Tag Archives: Saoirse Ronan

20 / 2020 – The 20 Best Movie Performances of 2020

What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama. Continue reading 20 / 2020 – The 20 Best Movie Performances of 2020

Review: Ammonite (2020)

Selepas kesuksesannya dalam mengarahkan God’s Own Country (2017) yang menandai debut pengarahan film layar lebarnya, Francis Lee kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk Ammonite. Dengan naskah cerita yang juga ditulisnya sendiri, Ammonite memiliki latar belakang waktu pengisahan pada tahun 1840an dan bertutur tentang sekelumit konflik dalam kehidupan pakar peneliti fosil kenamaan asal Inggris, Mary Anning (Kate Winslet). Di era dimana kaum perempuan masih sering dianggap sebagai warga kelas dua, kepopuleran nama Mary Anning sebagai seorang paleontologis tidak memberikan banyak dukungan pada kondisi keuangannya. Hal ini yang lantas menyebabkan Mary Anning tidak mampu menolak tawaran dari seorang ahli geologi yang juga pengagum dirinya, Roderick Murchison (James McArdle), untuk menjaga sang istri, Charlotte Murchison (Saoirse Ronan), dengan imbalan yang menggiurkan selama dirinya bertugas untuk beberapa minggu. Awalnya, Mary Anning menganggap kehadiran Charlotte Murchison akan menggaggu keseharian kerjanya. Namun, secara perlahan, kedua wanita yang berasal dari dua dunia yang berbeda tersebut mulai menemukan perhatian yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Continue reading Review: Ammonite (2020)

Review: Little Women (2019)

Jelas merupakan salah satu novel terpopular sepanjang masa di Amerika Serikat – bahkan dunia, Little Women (1868) yang ditulis oleh Louisa May Alcott telah diadaptasi ke berbagai media, mulai dari film, film televisi, serial televisi, drama panggung, hingga drama radio. Hollywood sendiri, semenjak tahun 1917, tercatat telah menghasilkan tujuh film yang alur kisahnya diadaptasi dari Little Women dengan nama-nama aktris besar seperti Katharine Hepburn, Elizabeth Taylor, Janet Leigh, Winona Ryder, Kirsten Dunst, Claire Danes, dan Susan Sarandon pernah turut terlibat didalamnya. Adaptasi terbaru dari Little Women hadir dalam arahan Greta Gerwig (Lady Bird, 2017) berdasarkan naskah cerita yang juga ditulisnya sendiri. Berbeda dengan kebanyakan film adaptasi Little Women sebelumnya yang memberikan fokus pengisahan yang besar bagi sosok Jo March, Gerwig membuka ruang pengisahan yang lebih luas bagi karakter kakak beradik March lainnya meskipun tetap menjadikan karakter Jo March menjadi sosok sentral bagi pengisahan film. Pilihan berani nan cerdas yang ternyata berhasil menjadikan pengisahan Little Women tampil lebih hidup. Continue reading Review: Little Women (2019)

The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

Banyak catatan menarik dari pengumuman nominasi The 92nd Annual Academy Awards. Joker (Todd Phillips, 2019) berhasil melampaui ekspektasi banyak pihak dengan raihan sebelas nominasi termasuk di kategori Best Picture, Best Director, Best Actor in a Leading Role untuk penampilan prima Joaquin Phoenix, dan Best Adapted Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis Phillips bersama dengan Scott Silver. Raihan sebelas nominasi tersebut juga tidak hanya menjadikan Joker sebagai film peraih nominasi terbanyak di ajang penghargaan Academy Awards kali ini namun juga menjadikannya sebagai film hasil adaptasi komik tersukses di sepanjang sejarah pelaksanaan ajang penghargaan insan film paling prestisius di Amerika Serikat (dunia?) tersebut. Kesuksesan Joker diikuti oleh 1917 (Sam Mendes, 2019), The Irishman (Martin Scorsese, 2019), dan Once Upon a Time in… Hollywood (Quentin Tarantino, 2019) yang sama-sama meraih sepuluh nominasi. Ketiga film tersebut juga akan bersaing bersama dengan Joker serta Ford v Ferrari (James Mangold, 2019), Jojo Rabbit (Taika Waititi, 2019), Little Women (Greta Gerwig, 2019), Marriage Story (Noah Baumbach, 2019), dan Parasite (Bong Joon-ho, 2019) untuk memperebutkan gelar Best Picture. Continue reading The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

Review: Loving Vincent (2017)

Loving Vincent bukanlah sebuah film animasi biasa. Diinspirasi oleh lukisan-lukisan karya Vincent van Gogh – yang sebagian kisah kehidupannya menjadi fokus utama penceritaan film ini, Loving Vincent dibuat dengan bantuan 125 pelukis yang berasal dari seluruh penjuru dunia yang kemudian menghasilkan sekitar 65 ribu frame gambar berupa lukisan cat minyak yang nantinya dipadukan untuk mengisi deretan adegan cerita film ini. Sebuah teknik yang jelas rumit dan akhirnya menghabiskan waktu selama empat tahun untuk menyelesaikan seluruh proses produksi film ini. Namun, sebagaimana layaknya sebuah lukisan yang menjadi mahakarya para pembuatnya, Loving Vincent yang digarap oleh Dorota Kobiela dan Hugh Welchman ini juga mampu hadir dengan kualitas akhir yang begitu memuaskan: deretan gambar dalam film ini tampil begitu indah untuk disaksikan dengan jalan cerita yang menyertainya bahkan mampu disajikan dengan sentuhan emosional yang begitu mengikat. Continue reading Review: Loving Vincent (2017)

Review: Lady Bird (2017)

Sekilas, Lady Bird mungkin terlihat seperti film-film drama remaja sepantarannya: menampilkan sosok remaja yang sedang berusaha mencari jati dirinya dan, dalam perjalanan tersebut, menghasilkan konflik dengan orang-orang terdekatnya. Familiar. Meskipun begitu, dengan kehandalannya dalam mengeksplorasi setiap karakter maupun friksi pengisahan yang dihadirkannya, film yang menjadi debut pengarahan bagi aktris Greta Gerwig ini mampu menjadikan elemen kefamiliaran kisah tersebut menjadi senjata kuat guna mengikat perhatian setiap penontonnya. Juga didukung dengan penampilan prima para pemerannya – mulai dari Saoirse Ronan, Timothée Chalamet, hingga Laurie Metcalf, Lady Bird berhasil menjadi sebuah presentasi pengisahan coming-of-age yang hangat dan seringkali mampu menyentuh dan jelas tidak akan mudah dilupakan begitu saja. Continue reading Review: Lady Bird (2017)

The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Film arahan Guillermo del Toro, The Shape of Water, menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak pada ajang The 90th Annual Academy Awards. Film tersebut mendapatkan nominasi di 13 kategori termasuk Best Picture, Best Director, Best Actress in a Leading Role untuk Sally Hawkins serta Best Original Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis oleh del Toro bersama dengan Vanessa Taylor. Bersaing bersama The Shape of Water di kategori Best Picture adalah Call Me by Your Name (Luca Guadagnino, 2017), Darkest Hour (Joe Wright, 2017), Dunkirk (Christopher Nolan, 2017), Get Out (Jordan Peele, 2017), Lady Bird (Greta Gerwig, 2017), Phantom Thread (Paul Thomas Anderson, 2017), The Post (Steven Spielberg, 2017), dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (Martin McDonagh, 2017). Nolan, Peele, Gerwig, dan Anderson juga berhasil mendapatkan nominasi di kategori Best Director bersama dengan del Toro. Continue reading The 90th Annual Academy Awards Nominations List

The 20 Best Movie Performances of 2017

What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.

Berikut adalah dua puluh – well… dua puluh lima, untuk tepatnya – penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2017, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis. Continue reading The 20 Best Movie Performances of 2017

Review: Violet & Daisy (2013)

violet-daisy-header

Usai kesuksesannya dalam menuliskan naskah cerita untuk film Precious: Based on the Novel “Push” by Sapphire (2009) – yang berhasil memberikannya berbagai penghargaan, termasuk sebuah Academy Awards untuk kategori Best Adapted Screenplay – Geoffrey Fletcher melanjutkan karirnya di dunia film dengan Violet & Daisy, sebuah film yang tidak hanya ia tuliskan naskah ceritanya namun juga menandai debut Fletcher sebagai seorang sutradara. Berbeda dari nada penceritaan Precious: Based on the Novel “Push” by Sapphire yang cenderung depresif, Fletcher merancang Violet & Daisy sebagai sebuah drama aksi komedi dengan balutan adegan aksi berdarah yang kemungkinan besar akan mengingatkan banyak orang akan film-film karya Quentin Tarantino. Dan meskipun harus diakui bahwa naskah cerita film ini terasa lemah di beberapa bagiannya, namun Fletcher berhasil menggarap Violet & Daisy menjadi sebuah sajian yang cukup menghibur, khususnya berkat dukungan penampilan solid dari Saoirse Ronan, Alexis Bledel dan James Gandolfini.

Continue reading Review: Violet & Daisy (2013)

Review: Byzantium (2013)

Di tahun 1994, sutradara asal Irlandia, Neil Jordan, berkesempatan untuk mengarahkan film Interview with the Vampire: The Vampire Chronicles yang diadaptasi dari novel legendaris berjudul sama karya novelis Anne Rice. Film yang bercerita mengenai kehidupan para vampir dan dibintangi oleh nama-nama besar seperti Tom Cruise, Brad Pitt, Antonio Banderas serta Kirsten Dunst tersebut cukup berhasil mendapatkan pujian dari para kritikus film dunia sekaligus mampu meraih kesuksesan komersial sebesar lebih dari US$223 juta dari bujet produksi yang hanya mencapai US$60 juta. Hampir 20 tahun kemudian, Jordan kembali lagi dengan sebuah film yang juga bercerita mengenai kehidupan para vampir, Byzantium. Dibintangi duo Gemma Arterton dan Saoirse Ronan, Byzantium sendiri memiliki struktur penceritaan yang jauh lebih kompleks dan kelam jika dibandingkan dengan Interview with the Vampire: The Vampire Chronicles. Meskipun begitu, pengarahan Jordan kepada cerita, tata produksi dan penampilan para jajaran pemerannya yang kuat akan mampu membuat film ini tampil begitu memikat bagi para penontonnya.

Continue reading Review: Byzantium (2013)

Review: The Host (2013)

the-host-header

Stephenie Meyer memulai masa kejayaannya ketika seri novel The Twilight Saga (2005 – 2008) yang ia tulis diadaptasi ke layar lebar oleh Hollywood. Meskipun kebanyakan bagian film seri tersebut mendapatkan kritikan tajam dari kritikus film Hollywood – khususnya akibat dialog maupun deretan adegan romansa cheesy yang terus mewarnai film seri tersebut, lima seri film The Twilight Saga (2008 – 2012) berhasil meraih kesuksesan komersial luar biasa dengan total pendapatan sebesar lebih dari US$3 milyar serta menjadi sebuah pop culture phenomenon bagi banyak kalangan muda. Tentu saja… ketika Meyer kemudian merilis The Host (2008)  – yang pada dasarnya masih merupakan sebuah novel bertema kisah cinta segitiga namun hadir dengan balutan penceritaan bernuansa science fiction yang lebih dewasa, Hollywood jelas tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengulang kembali kesuksesan luar biasa tersebut begitu saja. Namun… can the lightning really strikes the same place twice?

Continue reading Review: The Host (2013)

Review: The Way Back (2010)

Peter Weir bukanlah Woody Allen, yang sepertinya selalu merasa bahwa ia wajib memenuhi kuota untuk merilis satu film di setiap tahunnya. Weir, yang berhasil mengoleksi enam nominasi Academy Awards, sepertinya senang untuk membuat para peminat filmnya untuk menunggu. Namun, penantian tersebut jelas karena Weir adalah seorang sutradara yang menginginkan setiap karyanya untuk dapat tampil sesempurna mungkin. Ini dapat dibuktikan melalui The Way Back, film pertama Weir setelah merilis Master and Commander: The Far Side of the World pada tujuh tahun silam. Dengan dukungan jajaran pemeran yang solid serta tata teknis yang apik, The Way Back menjelma menjadi sebuah film yang megah, terlepas dari kurangnya faktor emosional yang mengikat di dalam jalan cerita film ini.

Continue reading Review: The Way Back (2010)

Review: The Lovely Bones (2009)

Entah mengapa, film The Lovely Bones mengingatkan saya pada Heavenly Creatures, film asal Selandia Baru yang disutradarai oleh Peter Jackson dan menjadi debut akting bagi aktris favorit saya, Kate Winslet, yang ketika itu masih berusia 16 tahun. Mungkin karena selain tema yang sedikit mirip, The Lovely Bones juga menampilkan penampilan apik dari Saoirse Ronan, aktris muda yang melejit lewat film drama period, Atonement. Continue reading Review: The Lovely Bones (2009)