Review: Mumun (2022)


Diadaptasi dari serial televisi berjudul Jadi Pocong yang sempat cukup populer ketika tayang pada tahun 2002 – 2003 silam, Mumun yang menjadi film horor terbaru yang diarahkan oleh sutradara Rizal Mantovani (Kuntilanak 3, 2022) ini memulai linimasa penceritaannya dengan memperkenalkan dua karakter saudara kembar, Mimin dan Mumun (keduanya sama-sama diperankan oleh Acha Septriasa). Meskipun kembar, Mimin dan Mumun memiliki perangai yang saling bertolak belakang. Ketika Mimin memilih untuk mengejar ambisinya untuk menjadi sosok yang sukses dengan bekerja di kota, Mumun justru memilih untuk menjalani kehidupan yang sederhana dengan tinggal di kampung bersama kedua orangtuanya (Atet Zakaria dan Oce Permatasari) sembari membuka warung dan menunggu dirinya dilamar oleh sang kekasih, Juned (Dimas Aditya). Sial, sebelum impiannya untuk menikah terwujud, Mumun tewas akibat kecelakaan ketika dirinya sedang dikejar oleh seorang preman bernama Jefri (Volland Humonggio) yang memang semenjak lama telah menaruh hati pada dirinya. Bagaikan kemalangan yang tak berkesudahan, ketika jasadnya dikebumikan, tali kain kafan Mumun lupa dibukakan oleh sang penggali kubur, Husein (Mandra). Arwah Mumun pun bangkit sebagai sosok pocong bermata hijau yang kini menebar teror ke seisi kampung.

Oke. Sosok karakter Mumun bangkit kembali sebagai sosok pocong akibat tali kain kafannya lupa dibukakan. Lalu, mengapa tidak dengan segera menggali kuburnya lalu membukakan tali kain kafan tersebut? Penerimaan Anda terhadap alur cerita film yang naskahnya ditulis oleh Dirmawan Hatta (Bulan di Atas Kuburan, 2015) yang kemudian, tentu saja, memilih untuk mengenyampingkan jawaban logis demi membangun momen-momen horor dan komedi di sepanjang penuturan film akan menjadi penentu yang cukup krusial apakah Anda akan dapat menikmati Mumun. Presentasi cerita film ini sepertinya diolah Mantovani dan Hatta untuk dapat menghadirkan kesan nostalgia akan tayangan serial televisinya – penuh dengan guyonan yang bernilai “receh” atau momen-momen horor yang, tentu saja, diniatkan untuk menakuti (baca: mengagetkan) para penontonnya, serta tanpa pernah terasa begitu memusingkan struktur dramanya.

Di saat yang bersamaan, sukar untuk benar-benar dapat menerima penceritaan Mumun ketika naskah cerita garapan Hatta tidak pernah mampu memberikan struktur pengisahan yang mumpuni, khususnya ketika Hatta mencoba untuk menghadirkan sejumlah konflik bernuansa dramatis bagi para karakter-karakter dalam ceritanya. Tuturan cerita sering terasa melompat dari satu konflik ke konflik yang lain – mulai dari konflik keluarga, kisah konflik personal antara dua bersaudara, gambaran akan usaha untuk membuktikan kemampuan diri, hingga kasus kriminal serta alasan mengapa arwah dari karakter Mumun yang kini berwujud pocong menghantui orang-orang yang dikejarnya – seolah berusaha merangkum berbagai pengisahan yang sebelumnya pernah hadir di serial televisinya namun tanpa pernah diberikan pendalaman yang berarti bagi presentasi cerita dalam versi filmnya. Mumun hanya mampu hadir dari satu momen ke momen yang lain, tanpa ikatan penuturan yang kuat.

Cukup disayangkan. Mumun sebenarnya memiliki sejumlah potensi yang menjanjikan untuk menjadi presentasi horor komedi yang menarik – seperti yang sempat dirasakan hadir di sejumlah paruh pengisahan film. Arahan Mantovani memang berkesan klise namun, dengan dukungan kualitas produksi yang mumpuni, masih dapat menciptakan beberapa sentuhan horor maupun komedi yang memberikan energi pada linimasa penuturan film. Septriasa, seperti biasa, mampu hadir maksimal terlepas dari minimalisnya penggalian kisah yang diberikan pada dua (tiga, jika Septriasa juga benar-benar turut berperan sebagai pocong) karakter yang ia perankan. Momen-momen komedi dalam penuturan Mumun mampu dihadirkan dengan lugas lewat interaksi yang dibangun oleh Mandra, Ence Bagus, Beddu, dan Fajar Nugra.

popcornpopcornpopcornpopcorn2popcorn2

mumun-mandra-acha-septriasa-movie-posterMumun (2022)

Directed by Rizal Mantovani Produced by Dheeraj Kalwani Written by Dirmawan Hatta (screenplay), Mandra (series, Jadi Pocong) Starring Acha Septriasa, Dimas Aditya, Volland Humonggio, Mandra, Beddu, Ence Bagus, Fajar Nugra, Oce Permatasari, Atet Zakaria, Eddies Adellia, Malih, Sabar Bokir, Chacha Marissa, Adam Jackson, Diky Otoy, Sujad Samiaji, Sekar Asmoro Music by Joseph S. Djafar Cinematography Asep Kalila Edited by Ganda Harta Production companies Dee Company Running time 106 minutes Country Indonesia Language Indonesian

One thought on “Review: Mumun (2022)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s