Setelah Love for Sale 2 (Andibachtiar Yusuf, 2019), Adipati Dolken dan Della Dartyan kembali tampil berpasangan untuk film fantasi romansa Akhirat: A Love Story yang ditulis dan diarahkan oleh Jason Iskandar yang sekaligus menandai debut pengarahan film cerita panjang bagi Iskandar. Penuturan cerita film ini dibangun dengan dasar kisah asmara yang terbentuk antara dua karakter utama, Timur (Dolken) dan Mentari (Dartyan), yang memiliki kepercayaan berbeda. Meskipun keluarga mereka kurang begitu antusias menerima, Timur dan Mentari bertekad untuk tetap teguh bersama mempertahankan hubungan asmara yang terjalin antara keduanya. Sayang, garisan nasib menentukan lain. Timur dan Mentari terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat keduanya kemudian berada dalam keadaan koma serta terjebak dalam ruang antara dunia dan akhirat. Continue reading Review: Akhirat: A Love Story (2021)
Tag Archives: Adipati Dolken
Review: Love for Sale 2 (2019)
Masih ingat dengan sosok Arini (Della Dartyan) yang mampu meluluhlantakkan hati (dan kehidupan) seorang pria penyendiri bernama Richard (Gading Marten) dalam pengisahan Love for Sale (Andibachtiar Yusuf, 2018)? Well… kisah perjalanan sang “gadis penjaja cinta” yang bekerja di sebuah perusahaan aplikasi kencan daring bernama Love Inc. tersebut berlanjut lewat Love for Sale 2. Kali ini, Arini ditugaskan untuk “mendampingi” Ican (Adipati Dolken), seorang pria berusia 32 tahun yang mulai kewalahan untuk menghadapi permintaan sang ibu, Rosmaida (Ratna Riantiarno), agar dirinya segera menikah. Oleh Ican, Arini diperkenalkan kepada sang ibu sebagai mantan kekasih di saat menjalani masa kuliah dahulu yang kini sedang bertugas di Jakarta. Rosmaida jelas merasa senang melihat kedekatan putera keduanya tersebut dengan seorang perempuan yang dirasakannya sangat memenuhi kriteria sebagai seorang menantu idaman: taat beribadah, pintar memasak, dan masih kental pemahamannya akan adat istiadat. Seperti halnya karakter Richard dalam Love for Sale, Ican mulai melihat perubahan yang dibawa Arini dalam kehidupannya dan merasakan hal yang berbeda ketika dirinya sedang menatap atau sedang bersama gadis tersebut. Ya, seperti ibunya, Ican sudah jatuh cinta dengan sosok Arini. Continue reading Review: Love for Sale 2 (2019)
Review: Perburuan (2019)
Seperti halnya Bumi Manusia (Hanung Bramantyo, 2019), Perburuan adalah sebuah film yang naskah ceritanya diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer. Jika Bumi Manusia memuat kisah yang berlatarbelakang masa penjajahan yang dilakukan oleh Belanda, Perburuan menghadirkan ceritanya pada momen-momen terakhir penjajahan Jepang di tanah Indonesia. Fokus penceritaannya sendiri berada pada karakter Hardo (Adipati Dolken), seorang mantan pemimpin peleton Pembela Tanah Air yang bersama dengan rekan-rekan yang sepemikiran dengannya kemudian melakukan pemberontakan demi menuntut kemerdekaan Indonesia dari Jepang. Sial, usaha pemberontakan tersebut mendapatkan pengkhianatan dan gagal terlaksana. Tentara Jepang jelas tidak tinggal diam. Hardo dan rekan-rekannya diburu dan terancam akan mendapatkan hukuman berat. Hardo berhasil melarikan diri. Selama beberapa waktu, Hardo terus berlari dan mengasingkan dirinya dari keramaian. Bukan perkara mudah. Kesendirian diri dan rasa rindu pada sosok orang-orang yang dicintai secara perlahan mulai membuat Hardo kehilangan akal sehatnya. Continue reading Review: Perburuan (2019)
Festival Film Indonesia 2018 Nominations List
Komite Festival Film Indonesia akhirnya mengumumkan daftar nominasi Festival Film Indonesia 2018… and they’re pretty bold… and spot on. Daripada berusaha memenuhi kuota sejumlah judul atau nama untuk mengisi satu kategori, Komite Festival Film Indonesia kali ini hanya memberikan nominasi pada deretan judul atau nama yang dinilai benar-benar telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Tidak mengherankan, mengingat minimnya penampilan kualitas film-film Indonesia yang tergolong mengesankan yang rilis di sepanjang tahun ini, beberapa kategori utama kemudian hanya memiliki tiga atau empat peraih nominasi. Dengan melakukan penilaian terhadap setiap film Indonesia yang rilis di layar bioskop pada jangka waktu 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017) berhasil menjadi film dengan raihan nominasi terbesar pada ajang Festival Film Indonesia 2018. Film yang juga menjadi unggulan Indonesia untuk berkompetisi di kategori Best Foreign Languange Film di Academy Awards mendatang tersebut sukses mencatatkan dirinya pada 15 kategori yang tersedia – termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Surya), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Marsha Timothy), dan Skenario Asli Terbaik (Surya, Rama Adi). Continue reading Festival Film Indonesia 2018 Nominations List
Review: #TemanTapiMenikah (2018)
#TemanTapiMenikah adalah film terbaru arahan Rako Prijanto (Bangkit!, 2016) yang naskah ceritanya diadaptasi dari buku berjudul sama yang ditulis oleh pasangan suaami istri, Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion. Jalan cerita yang diinspirasi oleh kisah romansa pasangan penulis buku tersebut dimulai dengan Ditto (Adipati Dolken) yang telah sekian lama memendam rasa sukanya pada Ayu (Vanesha Prescilla). Hubungan persahabatan yang telah semenjak lama terjalin antara gadis yang juga merupakan seorang bintang serial televisi tersebut membuat Ditto terus menahan hasratnya untuk menyatakan perasaan yang sebenarnya pada Ayu. Suatu hari, Ayu menyatakan bahwa dirinya telah dilamar oleh kekasihnya (Refal Hady). Di saat itu pula, Ditto baru menyadari bahwa momen tersebut merupakan momen terbaik untuk menyatakan perasaannya kepada Ayu. Continue reading Review: #TemanTapiMenikah (2018)
The 20 Best Movie Performances of 2017
What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.
Berikut adalah dua puluh – well… dua puluh lima, untuk tepatnya – penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2017, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis. Continue reading The 20 Best Movie Performances of 2017
Review: Hujan Bulan Juni (2017)
Diadaptasi dari buku kumpulan puisi berjudul sama karya Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni berkisah mengenai hubungan asmara antara dua orang dosen, Pingkan (Velove Vexia) dan Sarwono (Adipati Dolken). Sebelum Pingkan berangkat ke Jepang untuk melanjutkan pendidikannya, Sarwono meminta bantuan gadis tersebut untuk menemaninya menyelesaikan sebuah tugas di kota Manado, Sulawesi Utara – yang juga merupakan kota kelahiran Pingkan. Kepulangan Pingkan kembali ke kampung halamannya jelas disambut dengan senang hati oleh keluarganya. Namun, di saat yang bersamaan, kedatangan Pingkan juga disambut oleh sepupu tirinya, Benny (Baim Wong), yang semenjak lama telah menaruh hati pada Pingkan. Ditambah dengan deretan pertanyaan yang hadir dari keluarga Pingkan mengenai perbedaan kepercayaan yang mereka nilai tidak dapat menyatukan Pingkan dengan dirinya, membuat Sarwono mulai mempertanyakan kekuatan hubungan asmara yang ia jalin selama ini. Continue reading Review: Hujan Bulan Juni (2017)
Review: Posesif (2017)
Diarahkan oleh Edwin (Kebun Binatang, 2012) dalam film yang menandai kali pertama film arahannya tayang secara luas di pelbagai jaringan bioskop komersial Indonesia, Posesif merupakan sebuah drama romansa remaja yang berkisah mengenai hubungan percintaan antara Lala (Putri Marino) dan Yudhis (Adipati Dolken). Lala, seorang siswi cerdas yang juga seorang atlet loncat indah berprestasi, langsung terkesan dengan perkenalannya dengan Yudhis yang merupakan seorang siswa baru di sekolahnya. Dalam waktu singkat, Lala dan Yudhis tak lagi dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hubungannya dengan Yudhis bahkan secara perlahan membuat Lala menarik diri dari sesi latihan loncat indahnya bersama sang ayah yang juga merupakan pelatihnya (Yayu Unru) sekaligus mengurangi waktu yang ia habiskan bersama dua sahabatnya, Ega (Gritte Agatha) dan Rino (Chicco Kurniawan). Namun, seiring dengan pertambahan usia hubungannya dengan Yudhis, Lala mulai menemukan sisi gelap dari kepribadian Yudhis yang membuatnya terjebak dalam sebuah hubungan yang tak dapat dihindarinya. Continue reading Review: Posesif (2017)
Festival Film Indonesia 2017 Nominations List
Setelah Fiksi (Mouly Surya, 2008) yang berhasil memenangkan beberapa kategori utama, termasuk kategori Film Bioskop Terbaik dan Sutradara Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2008 dan Belenggu (Upi, 2013) yang berhasil meraih 13 nominasi di pada Festival Film Indonesia 2013, tahun ini panitia penyelenggara Festival Film Indonesia kembali menunjukkan rasa cinta mereka terhadap genre horor dengan memberikan 13 nominasi kepada film Pengabdi Setan arahan Joko Anwar. Pengabdi Setan berhasil mendapatkan nominasi di beberapa kategori utama seperti Penulis Skenario Adaptasi Terbaik dan Sutradara Terbaik untuk Joko Anwar, serta Film Terbaik dimana Pengabdi Setan akan bersaing dengan Cek Toko Sebelah (Ernest Prakasa, 2016), Kartini (Hanung Bramantyo, 2017), Night Bus (Emil Heradi, 2017), dan Posesif (Edwin, 2017). Continue reading Festival Film Indonesia 2017 Nominations List
Review: Pertaruhan (2017)
Setelah sebelumnya menjadi produser bagi film-film Indonesia seperti Coklat Stroberi (2007) dan Tarzan ke Kota (2008), Krishto Damar Alam melakukan debut pengarahannya melalui Pertaruhan yang naskah ceritanya ditulis oleh Upi – yang baru saja meraih sukses besar lewat My Stupid Boss (2016), Sebagai sebuah debutan, Alam harus diakui mampu menampilkan filmnya dengan ritme pengisahan yang tepat, kualitas produksi yang meyakinkan sekaligus berhasil menghadirkan penampilan prima dari jajaran pengisi departemen aktingnya yang diisi nama-nama seperti Tio Pakusadewo, Adipati Dolken, Aliando Syarief, Jefri Nichol dan Giulio Parengkuan. Film ini, sayangnya, kemudian harus takluk terhadap lemahnya penulisan naskah cerita yang akhirnya membuat Pertaruhan gagal untuk tampil untuk menjadi sebuah drama yang lebih mengesankan. Continue reading Review: Pertaruhan (2017)
Review: Slank Nggak Ada Matinya (2013)
Jika Generasi Biru (2009) yang disutradarai oleh Garin Nugroho, John De Rantau dan Dosy Omar adalah sebuah film musikal eksperimental yang dibuat untuk memperingati 25 tahun perjalanan karir bermusik Slank, maka Slank Nggak Ada Matinya mungkin akan lebih tepat dilihat sebagai retrospektif terhadap 30 tahun keberadaan Slank di industri musik Indonesia dengan jalan penceritaan yang lebih berfokus pada setiap pribadi yang mengisi kelompok musik tersebut. Berbeda dengan Generasi Biru dimana masing-masing personel Slank turut berlaku sebagai pemeran utama dalam film tersebut, Slank Nggak Ada Matinya menempatkan Adipati Dolken, Ricky Harun, Aaron Shahab, Ajun Perwira dan Deva Mahendra yang masing-masing berperan sebagai para personel Slank. Lalu, apakah kelima aktor muda Indonesia tersebut mampu memerankan serta menghidupkan karakter para personel Slank yang semenjak lama dikenal sebagai sosok yang cukup eksentrik tersebut?
Festival Film Indonesia 2013 Winners List
Well… well… well… Meskipun menjadi film yang berhasil meraih jumlah nominasi terbanyak di ajang Festival Film Indonesia 2013, namun Belenggu justru hanya mampu membawa pulang dua penghargaan dari 13 (!) nominasi yang diraihnya, Penata Artistik Terbaik dan Penata Musik Terbaik. Untuk tahun ini sendiri, komite juri Festival Film Indonesia memilih film yang akan mewakili Indonesia di ajang Academy Awards mendatang, Sang Kiai, sebagai pemenang Film Terbaik. Selain memenangkan penghargaan utama, Sang Kiai juga berhasil memenangkan tiga kategori lainnya, Sutradara Terbaik untuk Rako Prijanto, Pemeran Pendukung Pria Terbaik untuk Adipati Dolken (!) dan Penata Suara Terbaik untuk Khikmawan Santosa, M. Ikhsan dan Yusuf A. Pattawari.
Festival Film Indonesia 2013 Nominations List
Setelah Fiksi yang berhasil memenangkan beberapa kategori utama, termasuk Film Bioskop Terbaik dan Sutradara Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2008, tahun ini panitia penyelenggara Festival Film Indonesia kembali menunjukkan rasa cinta mereka terhadap genre horor dengan memberikan 13 nominasi kepada film Belenggu arahan Upi. 13 dari 15 kategori yang tersedia dalam Festival Film Indonesia 2013! That’s huge! Belenggu berhasil mendapatkan nominasi di beberapa kategori utama seperti Naskah Asli Terbaik dan Sutradara Terbaik untuk Upi, Pemeran Utama Pria Terbaik untuk Abimana, Pemeran Utama Wanita Terbaik untuk dua pemerannya, Imelda Therinne dan Laudya Cinthya Bella, serta Film Terbaik dimana Belenggu akan bersaing dengan 5 cm, Habibie & Ainun, Laura & Marsha dan Sang Kiai.
Continue reading Festival Film Indonesia 2013 Nominations List