Tag Archives: Sandra Bullock

Review: Bullet Train (2022)

Sutradara Atomic Blonde (2017), Deadpool 2 (2018), dan Fast & Furious Presents: Hobbs & Shaw (2019), David Leitch, kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk mengarahkan Bullet Train, sebuah film aksi komedi yang diadaptasi dari novel berjudul Maria Beetle yang ditulis oleh Kōtarō Isaka. Fokus pengisahannya berada pada sosok pembunuh bayaran yang dikenal dengan sebutan Ladybug (Brad Pitt) yang mendapatkan tugas untuk mencuri tas berisi uang sejumlah US$10 juta yang sedang dibawa oleh duo pembunuh bayaran asal Inggris yang dikenal dengan sebutan Tangerine (Aaron Taylor-Johnson) dan Lemon (Brian Tyree Henry) dalam perjalanan kereta api dari kota Tokyo menuju Kyoto. Ladybug dapat dengan mudah menjalankan tugas tersebut. Namun, di saat yang bersamaan, keberadaannya di kereta api tersebut ternyata mencuri perhatian “sejumlah orang” yang berprofesi dan memiliki niatan yang sama dengan Ladybug. Kekacauan yang jelas akan menjanjikan simbahan darah. Continue reading Review: Bullet Train (2022)

Review: The Lost City (2022)

The Lost City jelas memiliki premis yang akan mengingatkan penontonnya pada sejumlah film aksi-petualangan-romansa popular dari masa lampau – Raiders of the Lost Ark (Steven Spielberg, 1981), Romancing the Stone (Robert Zemeckis, 1984), atau bahkan The Mummy (Stephen Sommers, 1999), Knight and Day (James Mangold, 2010) dan Jungle Cruise (Jaume Collet-Serra, 2021). Diarahkan oleh Adam Nee dan Aaron Nee (Band of Robbers, 2015) berdasarkan naskah cerita yang ditulis keduanya bersama dengan Oren Uziel (Mortal Kombat, 2021) dan Dana Fox (Cruella, 2021), film ini berkisah tentang seorang penulis novel romansa dewasa, Loretta Sage (Sandra Bullock), yang diculik oleh seorang miliarder eksentrik, Abigail Fairfax (Daniel Radcliffe), karena menduga Loretta Sage mengetahui cara untuk menafsirkan peta kuno yang akan menunjukkan lokasi keberadaan sebuah harta karun. Kejadian penculikan Loretta Sage disaksikan secara langsung oleh Alan Caprison (Channing Tatum), pria tampan yang selama ini menjadi model bagi sampul depan novel-novel romansa dewasa karangan Loretta Sage. Alan Caprison, yang secara diam-diam memendam perasaan suka pada Loretta Sage, dengan segera mencari pertolongan dan bahkan terlibat langsung untuk menyelamatkan wanita idamannya. Continue reading Review: The Lost City (2022)

Review: Ocean’s 8 (2018)

Bayangkan memiliki barisan talenta akting seperti Sandra Bullock, Cate Blanchett, Anne Hathaway, Sarah Paulson, hingga Helena Bonham Carter namun gagal untuk menyajikan sebuah presentasi pengisahan film yang menarik. Sayangnya, hal itulah yang terjadi pada Ocean’s 8 yang digarap oleh Gary Ross (The Hunger Games, 2012). Ocean’s 8 sendiri merupakan film lepasan dari trilogi Ocean’s (2001 – 2007) garapan Steven Soderbergh yang film pemulanya, Ocean’s Eleven (2001), adalah buat ulang dari film klasik Ocean’s 11 (1960) yang digarap oleh Lewis Milestone. Berbeda dengan tiga film pendahulunya yang departemen aktingnya didominasi oleh para pemeran pria, Ocean’s 8 menghadirkan jajaran aktris papan atas Hollywood untuk memerankan barisan karakter yang berada di dalam jalan ceritanya. Sayangnya, kehadiran para aktris tersebut terasa tidak begitu berarti bagi naskah cerita film yang digarap oleh Ross bersama dengan Olivia Milch. Daripada menjadikan Ocean’s 8 sebagai sebuah heist movie dengan identitas baru yang sesuai dengan karakteristik para pemerannya, Ross justru mengikuti dengan patuh berbagai pola yang telah diterapkan sebelumnya oleh trilogi Ocean’s yang, tentu saja, menjadikan pengisahan Ocean’s 8 menjadi begitu mudah ditebak. Continue reading Review: Ocean’s 8 (2018)

Review: Minions (2015)

Minions-posterDunia pertama kali mengenal sekumpulan makhluk kecil berwarna kecil yang dikenal dengan sebutan minions ketika karakter-karakter tersebut hadir sebagai karakter pendukung pada film animasi produksi Illumination Entertainment, Despicable Me (Pierre Coffin dan Chris Renaud, 2010). Tidak hanya menjadi salah satu bagian terbaik dari Despicable Me, para minions berhasil mencuri jutaan hati para penikmat film tersebut yang kemudian menjadikan porsi penceritaan mereka meningkat secara signifikan ketika Despicable Me 2 dirilis tiga tahun kemudian. Kepopuleran minions yang cukup besar lantas mendorong para produser seri film Despicable Me untuk memproduksi sebuah film yang menjadikan minions sebagai bintang utamanya. Namun apakah para karakter yang terbiasa hadir sebagai karakter pendukung tersebut memiliki daya tarik yang sama (atau bahkan lebih?) kuat ketika ditempatkan pada garda terdepan sebuah film? Tidak, sayangnya.

Film Minions sendiri dimaksudkan untuk menjadi prekuel bagi seri Despicable Me dimana film ini mengisahkan tentang awal mula keberadaan minions sekaligus awal pertemuan mereka dengan Gru muda (Steve Carrell) yang kelak akan menjadi tuan mereka. Dikisahkan, minions merupakan makhluk yang telah ada semenjak Bumi diciptakan. Keberadaan minions sendiri memiliki satu tujuan: untuk menjadi pelayan bagi seorang tuan dengan sikap yang begitu jahat. Setelah melayani Tyrannosaurus rex, manusia primitif, Genghis Khan, Napoleon Bonaparte dan seorang drakula, minions tidak lagi menemukan seseorang yang tepat untuk dapat mereka layani. Keadaan tersebut membuat mereka menjadi depresi dan memilih untuk mengisolasi diri mereka ke Antartika. Tidak tahan dengan keadaan tersebut, tiga minion yang bernama Kevin, Stuart dan Bob (ketiganya diisisuarakan oleh Pierre Coffin) akhirnya memilih untuk melakukan perjalanan untuk menemukan seorang tuan yang baru. Setelah melalui beberapa rintangan, Kevin, Stuart dan Bob merasa mereka telah menemukan tuan yang tepat setelah berjumpa dengan seorang wanita penjahat yang kejam bernama Scarlett Overkill (Sandra Bullock).

Minions jelas memiliki penampilan yang cukup kuat untuk mengundang senyum atau bahkan tawa setiap penontonnya. Namun, dengan durasi penceritaan sepanjang 91 menit, penampilan lucu dari minions tersebut – yang dialognya hanya terdiri dari gumaman atau bentukan kata-kata yang kebanyakan tiada berarti – jelas tidak akan sanggup membuat film ini tampil menarik. Sayangnya, naskah cerita arahan Brian Lynch sepertinya benar-benar hanya mengandalkan guyonan khas minions untuk dapat menghibur penontonnya. Sebagian guyonan tersebut harus diakui masih mampu tampil lugas namun pada kebanyakan bagian guyonan-guyonan ciptaan Lynch gagal untuk tampil istimewa. Daya tarik minions sebagai penghibur yang dahulu begitu mencuri perhatian dalam dua seri Despicable Me jelas terasa menghilang ketika “dieksploitasi” secara lebih luas.

Seperti halnya ketiadaan seorang sosok tuan dalam kehidupan minions yang menyebabkan mereka merasa sengsara, naskah arahan Lynch juga gagal untuk tampil prima akibat ketiadaan karakter pendamping minions seperti karakter Gru dan ketiga anaknya dalam film ini. Minions memang menyajikan karakter Scarlett Overkill, namun karakter tersebut hadir dengan karakterisasi dan porsi penceritaan yang terlalu minim untuk dapat mencuri perhatian penonton. Karakter pasangan suami istri yang berprofesi sebagai penjahat, Walter dan Madge Nelson, sebenarnya lebih sering tampil dengan plot penceritaan yang menarik. Namun peran keduanya yang hanya tampil sebagai karakter pendukung sekunder jelas membuat kehadiran mereka lebih minim dengan fungsi penceritaan yang tidak terlalu berkembang.

Tidak sepenuhnya buruk. Selain dari beberapa guyonannya yang masih mampu memancing senyum, duo sutradara Pierre Coffin dan Kyle Balda berhasil menyajikan pengisahan filmnya dengan ritme yang cepat – meskipun tidak berpengaruh banyak akibat lemahnya kualitas penulisan naskah cerita film. Paruh ketiga dari Minions jelas adalah bagian paling kuat dari penceritaan film dimana baik Coffin maupun Balda mampu mengeksekusi sisi aksi dalam pengisahan Minions dengan cukup apik. Minions juga didukung dengan keberadaan deretan pengisi suara yang mampu memberikan karakter-karakter mereka identitas yang terasa unik dan begitu hidup. Lihat bagaimana pasangan Michael Keaton dan Allison Janney mampu membuat karakter Walter dan Madge Nelson menjadi begitu menarik. Atau Jennifer Saunders yang tampil jenaka dengan kemampuannya mengeksekusi setiap dialog yang dilontarkan karakter Queen Elizabeth II. Atau Geoffrey Rush yang mampu menjadi seorang narator yang baik dalam mewakili kisah perjalanan minions. Sayang, penampilan suara dari Sandra Bullock dan Jon Hamm terasa gagal dalam memberikan karakter mereka penampilan yang lebih baik. Bukan salah Bullock maupun Hamm sepenuhnya karena karakter-karakter mereka memang tergambar dengan begitu sempit. Bukan sebuah film animasi yang menyenangkan – bahkan ketika Anda mengharapkan sebuah film animasi untuk hanya menjadi sebuah tontonan bagi para penonton muda. [C-]

Minions (2015)

Directed by Pierre Coffin, Kyle Balda Produced by Chris Meledandri, Janet Healy Written by Brian Lynch Starring Pierre Coffin, Sandra Bullock, Jon Hamm, Michael Keaton, Allison Janney, Steve Coogan, Geoffrey Rush, Jennifer Saunders, Steve Carrell, Hiroyuki Sanada Music by Heitor Pereira Editing by Claire Dodgson Studio Illumination Entertainment Running time 91 minutes Country United States Language English

The 86th Annual Academy Awards Nominations List

oscars-2013The nominations are in! Dan hasilnya… American Hustle dan Gravity sama-sama memimpin daftar nominasi The 86th Annual Academy Awards dengan raihan sebanyak 10 nominasi. Jumlah tersebut diikuti oleh 12 Years a Slave yang berhasil meraih 9 nominasi. Ketiganya sama-sama akan bersaing untuk memperebutkan gelar Best Picture dengan enam film lainnya: Captain Phillips, Dallas Buyers Club, Her, Nebraska, Philomena dan The Wolf of Wall Street. David O. Russell – yang dinominasikan pada kategori Best Director untuk American Hustle – sekali lagi mengulang kesuksesannya pada tahun lalu lewat Silver Linings Playbook dengan keberhasilannya dalam menempatkan keempat pemeran filmnya untuk meraih nominasi di bidang akting: Christian Bale di kategori Best Actor in Leading Role, Amy Adams di kategori Best Actress in a Leading Role, Bradley Cooper di kategori Best Actor in a Supporting Role dan Jennifer Lawrence di kategori Best Actress in a Supporting Role. Secara keseluruhan, American Hustle menjadi film ke-15 di sepanjang pelaksanaan Academy Awards dimana setiap aktornya berhasil mendapatkan nominasi di kategori akting.

Continue reading The 86th Annual Academy Awards Nominations List

The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

golden-globesHollywood Foreign Press Association baru saja mengumkan daftar peraih nominasi untuk The 71st Annual Golden Globe Awards. Untuk barisan film layar lebar, berada di garda depan sebagai peraih nominasi terbanyak adalah film terbaru arahan Steve McQueen, 12 Years a Slave, serta film American Hustle arahan David O. Russell yang sama-sama meraih tujuh nominasi. Pun begitu, 12 Years a Slave dan American Hustle hanya akan sama-sama bersaing di dua kategori, Best Director dan Best Screenplay, mengingat Golden Globe Awards memberikan penghargaan yang terpisah bagi film dengan genre Drama (12 Years a Slave) dan Comedy or Musical (American Hustle). Di kategori Best Motion Picture – Drama sendiri, 12 Years a Slave akan bersaing dengan Captain Phillips, Gravity, Philomena dan Rush. Sementara American Hustle akan bersaing dengan Her, Inside Llewyn Davies, Nebraska dan The Wolf of Wall Street di kategori Best Motion Picture – Comedy or Musical.

Continue reading The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

Review: Gravity (2013)

gravity-header

Selain karena kegemaran mereka untuk berbagi cerita, umat manusia jelas menciptakan film agar mereka dapat merasakan pengalaman menjadi bagian sebuah dunia atau perjalanan atau petualangan dari jalan cerita yang mereka dengar atau saksikan. Sebuah pengalaman. Film teranyar arahan Alfonso Cuarón, Gravity, jelas dengan seksama melakukan hal tersebut. Dengan kualitas tatanan produksi audio visual yang mengagumkan, Cuarón mampu memberikan penontonnya sebuah pengalaman mengenai bagaimana rasanya menikmati perjalanan di luar angkasa sekaligus terjebak di dalamnya. Memang, Hollywood telah berulang kali mengeksploitasi angkasa luar sebagai bagian tidak terpisahkan dalam setiap film yang mereka produksi. Namun percayalah… kecuali Anda adalah seorang astronot yang telah berulang kali mengeksplorasi luar angkasa, maka Gravity akan menjadi satu-satunya kesempatan Anda untuk benar-benar melayang dan merasakan bagaimana pengalaman berada di lingkungan tanpa adanya gaya gravitasi tersebut.

Continue reading Review: Gravity (2013)

Review: The Heat (2013)

the-heat-header

Selepas kesuksesannya dalam mengarahkan Bridesmaids (2011) – yang berhasil mendapatkan pujian luas dari para kritikus film, mendapatkan dua nominasi di ajang The 84th Annual Academy Awards, mengenalkan dunia pada sosok Melissa McCarthy yang begitu jenaka sekaligus berhasil meraup pendapatan sebesar lebih dari US$280 juta dari masa rilisnya di seluruh dunia – Paul Feig menambah panjang daftar filmografinya dengan mengarahkan The Heat, sebuah film komedi yang kembali menempatkan sosok wanita sebagai karakter utama sekaligus penghasil tawa di dalam jalan ceritanya. Layaknya Bridesmaids, The Heat masih menampilkan kemampuan Feig dalam menghasilkan lelucon dari berbagai situasi umum yang sama sekali tidak memiliki atmosfer komedi. Meskipun harus diakui tidak secerdas maupun sekonsisten Bridesmaids dalam menyajikan komedinya, namun perpaduan chemistry yang erat antara kedua pemeran utamanya, McCarthy dan Sandra Bullock, jelas akan mampu memikat dan membuat setiap penonton jatuh cinta dengan mudah pada film komedi ini.

Continue reading Review: The Heat (2013)

Review: Extremely Loud and Incredibly Close (2011)

Didasarkan pada novel berjudul sama karya Jonathan Safran Foer yang dirilis perdana pada tahun 2005, Extremely Loud and Incredibly Close adalah sebuah sudut pandang lain dalam melihat tragedi 9/11 yang menimpa masyarakat Amerika Serikat. Extremely Loud and Incredibly Close tidak mengisahkan mengenai sekumpulan karakter yang terjebak dalam gedung World Trade Center yang kemudian luluh lantak ketika diserang sekumpulan teroris. Extremely Loud and Incredibly Close juga bukan sebuah kisah dari beberapa karakter yang berhasil meloloskan diri dan selamat dari tragedi tersebut. Extremely Loud and Incredibly Close lebih menitikberatkan jalan ceritanya pada bagaimana masyarakat Amerika Serikat, khususnya sang karakter utama, hidup dalam struktur sosial yang begitu berubah seusai terjadinya tragedi tersebut. Sebuah sudut pandang yang berbeda, cukup menjanjikan, namun di tangan Stephen Daldry – yang populer karena selalu berhasil menempatkan setiap film yang ia arahkan untuk meraih nominasi Best Picture di ajang Academy Awards – Extremely Loud and Incredibly Close justru terkesan hampa dengan jarak yang begitu terbentang antara penonton dengan kisah yang dihantarkan.

Continue reading Review: Extremely Loud and Incredibly Close (2011)

Indonesian Movie Bloggers Choice Awards 2011 Nominations List

Inception, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dan Sang Pencerah memimpin daftar perolehan nominasi Indonesian Movie Bloggers Choice Awards 2011. Untuk di kategori film berbahasa asing, Inception berhasil meraih sebanyak 14 nominasi dari 18 kategori yang tersedia. Jumlah tersebut unggul satu kategori dari film karya David Fincher, The Social Network, yang membuntuti dengan perolehan sebanyak 13 nominasi. Inception dan The Social Network sendiri akan berhadapan di banyak kategori termasuk di kategori Film Jawara, Sutradara Jawara serta Naskah Jawara. Kedua film tersebut akan bersaing dengan The Ghost Writer, Toy Story 3 dan Uncle Boonme who can Recall His Past Lives untuk memperebutkan gelar sebagai Film Jawara.

Continue reading Indonesian Movie Bloggers Choice Awards 2011 Nominations List

And the Oscar Goes To…

The Hurt Locker secara meyakinkan menyingkirkan pesaingnya, yang sama-sama meraih 9 nominasi Academy Awards, Avatar, untuk meraih gelar Best Picture pada perhelatan The 82nd Academy Awards. Selain gelar Best Picture, The Hurt Locker juga berhasil memenangkan gelar Best Director bagi sutradaranya Kathryn Bigelow, sekaligus menjadikan Bigelow sebagai wanita pertama yang berhasil memenangkan kategori tersebut.

Continue reading And the Oscar Goes To…

List of The 30th Annual Razzie Awards Winners

Dan seperti yang diduga sebelumnya, aktris Sandra Bullock meraih ‘penghargaan’ sebagai Worst Actress untuk perannya di film All About Steve. Sesuai dengan yang dijanjikannya, Bullock hadir dalam acara penyerahan ‘penghargaan’ tersebut. Ia bahkan membagi-bagikan 300 keping DVD All About Steve kepada para penggemarnya yang hadir di The 30th Annual Razzie Awards tersebut.

Continue reading List of The 30th Annual Razzie Awards Winners

Review: All About Steve (2009)

Ada kalanya, sekali, atau dua kali (dalam beberapa kasus, mungkin, tiga kali… atau lebih) seorang aktris atau aktor papan atas mengalami hari terburuk mereka dan memilih untuk turut berperan dalam sebuah film yang di kemudian hari akan dikenal sebagai salah satu film terburuk yang pernah mereka perankan.

Continue reading Review: All About Steve (2009)