Tag Archives: Yayu Unru

Review: Ivanna (2022)

Dengan keberhasilan setiap film yang berada dalam semesta pengisahannya untuk mengumpulkan minimal 1,7 juta penonton – kecuali Asih 2 (Rizal Mantovani, 2020) yang entah mengapa dilepas ke layar bioskop ketika pandemi COVID-19 masih memuncak sehingga “hanya mampu” mendapatkan 300 ribuan penonton, MD Pictures kembali melanjutkan pengembangan teror dari semesta pengisahan Danur dengan Ivanna. Jika dua film Asih dikembangkan dari sosok karakter supranatural yang awalnya dikenalkan pada pengisahan Danur (Awi Suryadi, 2017), maka Ivanna menjadi film sempalan yang didasarkan pada sosok karakter supranatural bernama sama yang sebelumnya sempat muncul pada alur cerita Danur 2: Maddah (Suryadi, 2018). Menempatkan Kimo Stamboel (Ratu Ilmu Hitam, 2019) untuk duduk di kursi penyutradaraan, Ivanna juga menghadirkan unsur slasher yang kental bagi warna penceritaan horornya. Continue reading Review: Ivanna (2022)

Review: Madu Murni (2022)

Diarahkan oleh Monty Tiwa (Layla Majnun, 2021) berdasarkan naskah garapan Musfar Yasin (Alangkah Lucunya (Negeri Ini), 2010), Madu Murni memulai linimasa pengisahannya dengan memperkenalkan sang karakter utama, Mustaqim (Ammar Zoni), seorang mantan guru mengaji yang kini bekerja sebagai penagih hutang bersama dengan rekannya, Rojak (Tanta Ginting), demi mendapatkan penghasilan lebih banyak. Sayang, profesi barunya tersebut ditentang oleh sang istri, Murni (Irish Bella). Sebanyak apapun uang yang dibawa pulang oleh Mustaqim, Murni enggan untuk menerima. Kesal dengan perlakuan Murni, Mustaqim memutuskan untuk mencari sosok pendamping yang lebih dapat menerima dirinya. Sosok tersebut ia temukan pada diri Yati (Aulia Sarah), seorang janda muda yang selama ini memang sebenarnya telah menaruh perhatian pada sosok Mustaqim yang memiliki penampilan fisik rupawan. Sial, di malam pertama pernikahan mereka, Mustaqim tidak mampu untuk memberikan kepuasan biologis pada Yati. Hal yang kemudian justru menambah pelik permasalahan dalam kehidupan Mustaqim. Continue reading Review: Madu Murni (2022)

Review: Keluarga Cemara 2 (2022)

Tiga tahun setelah perilisan Keluarga Cemara – adaptasi dari serial televisi berjudul sama garapan Arswendo Atmowiloto yang selama masa rilisnya berhasil mendatangkan lebih dari 1,7 juta penonton serta memenangkan dua dari enam kategori yang dinominasikan dari ajang Festival Film Indonesia 2019, sekuelnya akhirnya datang untuk menyapa. Terjadi sejumlah perubahan di balik layar Keluarga Cemara 2 yang kini menempatkan Ismail Basbeth (Arini, 2018) untuk duduk di kursi penyutradaraan dan mengarahkan naskah cerita yang dituliskan oleh M. Irfan Ramly (Generasi 90an: Melankolia, 2020). Kehadiran Basbeth tak ayal memang memberikan warna baru bagi tata penceritaan film ini. Jika film pertama terasa bertutur layaknya drama keluarga ringan yang mengalir hangat dan cenderung emosional, arahan Basbeth membuat Keluarga Cemara 2 tak lagi (terlalu) lantang dalam menyentuh sisi emosional penontonnya dengan penuturan yang minim konflik besar dan sentuhan simbolisasi yang acap ditemukan dalam karya-karya Basbeth. Continue reading Review: Keluarga Cemara 2 (2022)

Review: Gara-gara Warisan (2022)

Dengan naskah cerita yang ditulis dan diarahkan oleh aktor sekaligus komika, Muhadkly Acho – yang menjadikan film ini sebagai debut penyutradaraan film cerita panjangnya, Gara-gara Warisan memulai linimasa penceritaannya ketika seorang pemilik penginapan, Dahlan (Yayu Unru), berusaha untuk menemukan sosok yang tepat diantara ketiga anak-anaknya, Adam (Oka Antara), Laras (Indah Permatasari), dan Dicky (Ge Pamungkas), untuk menggantikan posisinya dalam mengelola penginapan ketika mengetahui dirinya mengidap penyakit yang sukar untuk disembuhkan. Dengan masalah perekonomian yang sedang menghimpit ketiganya, Adam, Laras, dan Dicky bersaing keras untuk memperebutkan warisan sang ayah yang jelas diharapkan dapat membantu kehidupan mereka. Di saat yang bersamaan, persaingan tersebut secara perlahan membuka kembali berbagai perseteruan, duka, hingga luka yang dirasakan setiap anggota keluarga tersebut semenjak lama. Continue reading Review: Gara-gara Warisan (2022)

Review: Ben & Jody (2022)

Ada yang berbeda dalam presentasi cerita Ben & Jody – film ketiga yang mengikuti perjalanan kehidupan dua karakter penikmat kopi yang saling bersahabat, Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto), yang kisahnya sebelumnya dihadirkan lewat dua seri film Filosofi Kopi garapan Angga Dwimas Sasongko. Jika Filosofi Kopi the Movie (2015) dan Filosofi Kopi the Movie 2: Ben & Jody (2017) bergumul dalam nada drama terkait dengan kisah tentang usaha kedua karakter tersebut dalam mengelola sebuah kedai kopi bernama Filosofi Kopi ataupun berbagai intrik yang mewarnai kisah persahabatan mereka, maka Ben & Jody tampil dengan lingkup penceritaan yang lebih kental akan nuansa aksi. Manuver cerita yang cukup berani, meskipun jelas tidak terlalu mengejutkan jika ditilik dari sejumlah tema maupun konflik yang sempat dihadirkan Sasongko dalam dua film Filosofi Kopi sebelumnya. Continue reading Review: Ben & Jody (2022)

Review: Serigala Langit (2021)

Diarahkan oleh Reka Wijaya (Sule Detektif Tokek, 2013) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Titien Wattimena (Milea: Suara dari Dilan, 2020) dan Rifki Ardisha, Serigala Langit bercerita tentang Gadhing Baskara (Deva Mahenra) yang merupakan seorang penerbang pesawat tempur bagi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan baru saja bergabung dengan Skadron Serigala Langit. Sebagai lulusan terbaik di Akademi Angkatan Udara dan Sekolah Penerbang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, Gadhing Baskara sempat merasa dirinya memiliki kemampuan yang lebih baik dari rekan-rekannya – sikap yang lantas membuat keberadaannya kurang disenangi oleh sejumlah seniornya. Karena langkah awal yang salah, Gadhing Baskara kini harus berjuang keras untuk membuktikan kelayakan dirinya untuk bergabung di Skadron Serigala Langit. Di saat yang bersamaan, Gadhing Baskara juga sedang dihantui oleh hubungannya yang memburuk dengan sang ayah (Nugie) yang kini sedang terbaring di rumah sakit dan terus menanyakan keberadaan dirinya. Continue reading Review: Serigala Langit (2021)

Review: The East (2020)

Menjadi film cerita panjang ketiga yang diarahkan oleh Jim Taihuttu setelah Rabat (2011) dan Wolf (2013), The East memiliki latar waktu pengisahan di tahun 1946 ketika Hindia Belanda memasuki masa Revolusi Nasional Indonesia. Dikisahkan, seorang pemuda asal Belanda bernama Johan de Vries (Martijn Lakemeier) yang menjadi seorang tentara relawan dan lantas dikirimkan ke daerah Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, untuk bertugas sebagai salah satu penjaga keamanan rakyat di Hindia Belanda yang sedang diwarnai konflik sipil selepas menyatakan kemerdekaannya dari jajahan Jepang. Awalnya, Johan de Vries dan rekan-rekannya merasa keseharian mereka begitu membosankan karena minimnya konflik maupun pertarungan yang harus mereka hadapi. Johan de Vries kemudian berkenalan dengan seorang pria karismatik yang dikenal dengan sebutan The Turk (Marwan Kenzari) yang lantas membimbing sekaligus memberikan infomasi lebih mendalam tentang medan perang yang sedang mereka jalani. Johan de Vries, secara perlahan, menjadi salah satu orang kepercayaan bagi The Turk. Sebuah posisi yang tanpa disangka kemudian menjebaknya dalam rangkaian pertumpahan darah yang membuatnya mempertanyakan makna perang sekaligus memberikan trauma di sepanjang sisa hidupnya. Continue reading Review: The East (2020)

Review: Ratu Ilmu Hitam (2019)

Dalam film terbaru arahan Kimo Stamboel, Ratu Ilmu Hitam, seorang pria bernama Hanif (Ario Bayu) mengajak istri, Nadya (Hannah Al Rashid), serta ketiga anak mereka, Sandi (Ari Irham), Dina (Adhisty Zara), dan Haqi (Muzakki Ramdhan), berkunjung ke panti asuhan tempat dirinya dahulu dibesarkan untuk menjenguk pengasuh panti tersebut, Bandi (Yayu Unru), yang kini sedang berada dalam kondisi kritis akibat sakit yang ia derita. Hanif dan keluarganya tidak datang sendirian. Dua sahabat Hanif, Jefri (Miller Khan) dan Anton (Tanta Ginting), juga turut datang sembari membawa pasangan mereka masing-masing, Lina (Salvita Decorte) dan Eva (Imelda Therinne). Pertemuan Hanif dengan dua sahabatnya tersebut tentu saja membawa begitu banyak kenangan akan kehidupan mereka di masa lalu. Sial, kunjungan tersebut secara perlahan kemudian berubah menjadi sebuah teror mematikan ketika kepingan-kepingan misteri dari masa lalu Hanif, Jefri, dan Anton hadir kembali untuk menghantui mereka dan orang-orang yang mereka sayangi. Continue reading Review: Ratu Ilmu Hitam (2019)

Review: Love for Sale 2 (2019)

Masih ingat dengan sosok Arini (Della Dartyan) yang mampu meluluhlantakkan hati (dan kehidupan) seorang pria penyendiri bernama Richard (Gading Marten) dalam pengisahan Love for Sale (Andibachtiar Yusuf, 2018)? Well… kisah perjalanan sang “gadis penjaja cinta” yang bekerja di sebuah perusahaan aplikasi kencan daring bernama Love Inc. tersebut berlanjut lewat Love for Sale 2. Kali ini, Arini ditugaskan untuk “mendampingi” Ican (Adipati Dolken), seorang pria berusia 32 tahun yang mulai kewalahan untuk menghadapi permintaan sang ibu, Rosmaida (Ratna Riantiarno), agar dirinya segera menikah. Oleh Ican, Arini diperkenalkan kepada sang ibu sebagai mantan kekasih di saat menjalani masa kuliah dahulu yang kini sedang bertugas di Jakarta. Rosmaida jelas merasa senang melihat kedekatan putera keduanya tersebut dengan seorang perempuan yang dirasakannya sangat memenuhi kriteria sebagai seorang menantu idaman: taat beribadah, pintar memasak, dan masih kental pemahamannya akan adat istiadat. Seperti halnya karakter Richard dalam Love for Sale, Ican mulai melihat perubahan yang dibawa Arini dalam kehidupannya dan merasakan hal yang berbeda ketika dirinya sedang menatap atau sedang bersama gadis tersebut. Ya, seperti ibunya, Ican sudah jatuh cinta dengan sosok Arini. Continue reading Review: Love for Sale 2 (2019)

Review: A Man Called Ahok (2018)

Merupakan film panjang naratif pertama Putrama Tuta setelah sebelumnya mengarahkan versi teranyar dari Catatan Harian Si Boy (2011), A Man Called Ahok adalah film biopik yang berkisah tentang kehidupan mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, dengan naskah cerita yang digarap oleh Tuta bersama dengan Ilya Sigma (Rectoverso, 2013) dan Dani Jaka Sembada (Pizza Man, 2015) berdasarkan buku berjudul sama yang ditulis oleh Rudi Valinka. Daripada menitikberatkan pengisahan film pada karakter Basuki Tjahaja Purnama serta tindakan dan pemikiran politik yang membuat keberadaannya begitu dikenal seperti saat ini, A Man Called Ahok sendiri memilih untuk mengekplorasi masa muda dari sang karakter, kehidupan masa kecilnya di Belitung, serta hubungannya dengan sang ayah yang nantinya membentuk karakter dari Basuki Tjahaja Purnama dewasa. Pilihan yang menarik walau naskah garapan Tuta, Sigma, dan Sembada kemudian kurang mampu menghadirkan keseimbangan penceritaan antara karakter Basuki Tjahaja Purnama dengan karakter sang ayah yang juga tampil mendominasi linimasa penceritaan film. Continue reading Review: A Man Called Ahok (2018)

Review: Something in Between (2018)

Dalam Something in Between – yang menandai kali keenam keduanya tampil bersama dalam jangka waktu satu tahun terakhir, Jefri Nichol dan Amanda Rawles berperan sebagai Gema dan Maya, dua murid sekolah menengah atas dengan dua kepribadian yang berbeda. Jika Maya merupakan seorang murid cerdas yang kini berada di kelas unggulan maka Gema merupakan sosok pemuda yang tidak begitu peduli dengan arti pentingnya pendidikan dan hidup bebas sesuai dengan kemauan hatinya. Namun, sikap Gema secara perlahan berubah ketika dirinya mulai mengenal Maya. Demi menarik perhatian sang gadis, Gema mulai serius menekuni setiap mata pelajaran yang diikutinya. Berhasil. Tidak hanya ketekunan belajarnya membuat Gema kemudian dipindahkan ke kelas unggulan, Maya juga akhirnya menaruh perhatian dan jatuh hati padanya. Layaknya dua remaja yang saling jatuh cinta lainnya, Gema dan Maya memadu janji untuk saling setia kepada satu sama lain untuk selamanya. Sebuah janji yang kemudian akan mengubah hidup mereka di masa sekarang… dan masa yang akan datang. Continue reading Review: Something in Between (2018)

Review: Wiro Sableng (2018)

Seperti halnya Si Doel the Movie (Rano Karno, 2018) – yang sejatinya merupakan sebuah novel karya Aman Datuk Majoindo berjudul Si Doel Anak Betawi yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama (Sjuman Djaja, 1972) namun mencapai popularitas yang lebih besar ketika diadaptasi menjadi sebuah serial televisi berjudul Si Doel Anak Sekolahan (1994 – 2008), perjalanan kisah Wiro Sableng juga dimulai sebagai seri novel garapan Bastian Tito sebelum akhirnya diadaptasi menjadi sejumlah film layar lebar yang dirilis pada akhir tahun ‘80an dan serial televisi yang cukup terkenal ketika ditayangkan pada pertengahan ‘90an hingga awal tahun 2000an. Film layar lebar terbaru Wiro Sableng sendiri diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko (Buka’an 8, 2017) dengan Vino G. Bastian – yang merupakan putera dari Tito – berperan sebagai sang karakter sentral. Sasongko, sekali lagi, berhasil menonjolkan kemampuan yang apik dalam tatanan pengarahannya. Namun, jelas penampilan Bastian yang menjadi jiwa dan memberikan kehidupan bagi alur pengisahan Wiro Sableng yang berdurasi 123 menit ini. Continue reading Review: Wiro Sableng (2018)

Review: Kafir (2018)

Tahun lalu, Joko Anwar memberikan “kuliah singkat” kepada para pembuat film horor Indonesia modern bagaimana cara untuk menggarap sebuah horor yang efektif meskipun dengan menggunakan premis cerita yang sebenarnya telah banyak diangkat oleh film-film horor sebelumnya. Pengabdi Setan arahan Anwar, yang merupakan versi teranyar dari film horor legendaris berjudul sama garapan Sisworo Gautama Putra, lantas berhasil meraih pujian luas dari kalangan kritikus film, mendapatkan 13 nominasi di ajang Festival Film Indonesia 2017 – termasuk nominasi Film Terbaik dan Sutradara Terbaik, sekaligus memberikan Anwar kesuksesan komersial perdananya ketika Pengabdi Setan kemudian ditonton lebih dari empat juta penonton yang menjadikannya sebagai film horor Indonesia tersukses sepanjang masa hingga saat ini. Jelas sebuah standar kesuksesan baru – baik dari segi kualitas maupun dari segi komersial – bagi film-film horor Indonesia yang hadir setelahnya. Continue reading Review: Kafir (2018)