Tag Archives: Teuku Rifnu Wikana

Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Jailangkung: Sandekala jelas merupakan usaha teranyar untuk menghidupkan sekaligus memberikan penyegaran bagi seri film Jailangkung. Kini diarahkan oleh Kimo Stamboel (Ivanna, 2022), film yang naskah ceritanya ditulis oleh Stamboel bersama dengan Rinaldy Puspoyo (Dilema, 2012) sendiri tidak memiliki keterikatan kisah dengan film-film Jailangkung sebelumnya, baik dua film Jailangkung (2017 – 2018) arahan Jose Poernomo dan Rizal Mantovani – meskipun sebuah adegan dalam film ini memberikan rujukan kecil bagi kedua film tersebut – maupun Jelangkung (2001) garapan Poernomo dan Mantovani yang legendaris itu beserta film-film sekuel dan lepasannya yang dirilis hingga tahun 2007 serta melibatkan Dimas Djayadiningrat dan Angga Dwimas Sasongko untuk duduk di kursi penyutradaraan. Jailangkung: Sandekala bahkan dihadirkan dengan tata penuturan bernuansa misteri investigasi yang jelas cukup menjauh dari atmosfer horor supranatural yang dibawakan oleh film-film Jelangkung/Jailangkung sebelumnya. Continue reading Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Review: Miracle in Cell No. 7 (2022)

Berbeda dengan adaptasi asal Turki berjudul sama (Mehmet Ada Öztekin, 2019) yang menggunakan premis serupa namun dengan sejumlah perubahan signifikan pada elemen cerita guna lebih menonjolkan unsur pengisahan drama, versi buat ulang teranyar dari Miracle in Cell No. 7 (Lee Hwan-kyung, 2013) yang diarahkan oleh sutradara Hanung Bramantyo (Satria Dewa: Gatotkaca, 2022) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Alim Sudio (Sayap Sayap Patah, 2022) lebih memilih untuk tetap setia pada garis besar alur pengisahan drama komedi yang sebelumnya telah diterapkan oleh Lee. Linimasa ceritanya dimulai dengan usaha seorang pengacara bernama Kartika (Mawar de Jongh) untuk membuka kembali kasus kejahatan yang dahulu dituduhkan kepada ayahnya, Dodo Rozak (Vino G. Bastian), dan lantas membuat sang ayah yang merupakan penyandang disabilitas mental menerima hukuman mati. Mengumpulkan kembali orang-orang yang dahulu sempat mengenal sang ayah ketika dirinya berada di dalam penjara, mulai dari rekan-rekan satu selnya, Japra (Indro Warkop), Jaki (Tora Sudiro), Bewok (Rigen Rakelna), Atmo (Indra Jegel), dan Bule (Bryan Domani), hingga kepala sipir yang dahulu bertugas, Hendro Sanusi (Denny Sumargo), Kartika bertekad untuk membersihkan nama ayahnya dari tuduhan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya. Continue reading Review: Miracle in Cell No. 7 (2022)

Review: Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama (2022)

Film terbaru arahan Fajar Nugros (Yowis Ben II, 2019), Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama, dibuka dengan barisan tulisan yang menarasikan bagaimana kelompok lawak Srimulat dibentuk pada tahun 1950 oleh sosok Teguh Slamet Rahardjo bersama dengan istrinya, Raden Ayu Srimulat – yang sekaligus menjadi inspirasi bagi nama kelompok lawak yang berasal dari Solo, Jawa Tengah tersebut. Jangan berharap narasi perkenalan tersebut lantas menjadi pembuka bagi runutan kisah jatuh bangun kelompok lawak Srimulat dalam usaha untuk bertahan sekaligus membesarkan namanya. Lewat naskah cerita yang ditulisnya sendiri, Nugros memilih untuk menjauh dari penggunaan formula familiar pengisahan biopik dengan menghantarkan sederetan “reka ulang” guyonan khas kelompok lawak Srimulat guna mendorong pergerakan cerita sekaligus memperkenalkan dan menggali karakterisasi dari setiap peran yang muncul dalam linimasa cerita film ini. Pilihan penceritaan yang berani… namun tidak tanpa masalah maupun dampak negatif tersendiri. Continue reading Review: Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama (2022)

Review: Wedding Proposal (2021)

Diarahkan oleh Emil Heradi (Night Bus, 2017), Wedding Proposal bercerita tentang seorang fotografer bernama Bisma (Dimas Anggara) yang telah diminta oleh kedua orangtuanya (Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan) untuk segera menikah. Kedua orangtua Bisma bahkan telah berupaya untuk melakukan perjodohan namun pemuda tersebut terus bersikeras hanya akan menikah dengan wanita yang dicintainya. Secara tidak disengaja, Bisma kemudian bertemu dengan Sissy (Sheryl Sheinafia), seorang pengelola sebuah jasa penyelenggara pernikahan yang dikenal sebagai sosok yang dingin, tangguh, dan, sayangnya, memandang sinis akan hubungan romansa. Awal pertemuan keduanya berlangsung buruk – Sissy menganggap Bisma adalah seorang fotografer amatiran yang hasil fotonya tidak layak untuk digunakan. Bisma tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan sahabatnya, Ito (Arya Saloka), Bisma mulai menyusun rencana untuk meluluhkan hati Sissy. Continue reading Review: Wedding Proposal (2021)

Review: Quarantine Tales (2020)

Merupakan omnibus yang berisi lima film pendek arahan Dian Sastrowardoyo, Jason Iskandar, Ifa Isfansyah, Aco Tenri, dan Sidharta Tata, fokus pengisahan Quarantine Tales tidak hanya tentang barisan kisah mengenai sederetan karakter yang berusaha bertahan pada masa karantina dalam menghadapi pandemi COVID-19. Secara menyeluruh, tema “karantina” disajikan dengan menampilkan sosok-sosok karakter yang merasakan keterpisahan serta kehilangan – baik dari orang-orang yang mereka cintai, dari mimpi dan harapan, bahkan dari identitas diri mereka sendiri – dalam kehidupan mereka. Kehadiran Quarantine Tales juga menjadi simbol tersendiri bagi para pembuatnya ketika film ini diproduksi di tengah pandemi dalam kondisi kebiasaan baru yang serba terbatas dengan harapan untuk tetap menjaga kreativitas dan menjaga pertumbuhan industri perfilman Indonesia. Niat tulus yang berakhir gemilang ketika lima film pendek yang ditampilkan Quarantine Tales mampu tereksekusi dengan baik dalam menyampaikan seluruh alur pengisahannya. Continue reading Review: Quarantine Tales (2020)

Review: Perempuan Tanah Jahanam (2019)

Setelah mengarahkan Gundala (2019) – yang direncanakan menjadi awal bagi keberadaan sebuah jagat sinematik film-film bertemakan pahlawan super bertajuk Bumilangit Cinematic Universe, Joko Anwar kembali ke ranah horor lewat Perempuan Tanah Jahanam. Meskipun dirilis setelah Gundala dan Pengabdi Setan (2017) – yang hingga saat ini masih tercatat sebagai film horor Indonesia dengan raihan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa, benih pengisahan Perempuan Tanah Jahanam sendiri telah dikembangkan Anwar semenjak sepuluh tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, naskah cerita dari film yang juga direncanakan rilis internasional dengan judul Impetigore itu kemudian mendapatkan polesan yang lebih mendalam pada penataan konflik dan karakternya. Para penikmat film-film Anwar jelas dapat merasakan kehadiran berbagai elemen pengisahan horor yang pernah disentuh sang sutradara dalam film-film yang ia arahkan sebelumnya. Menyenangkan, meskipun presentasi tersebut seringkali tampil lemah akibat balutan cerita yang cenderung kurang matang pengolahannya. Continue reading Review: Perempuan Tanah Jahanam (2019)

Review: Doremi & You (2019)

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh sutradara film ini, BW Purbanegara (Ziarah, 2016), bersama dengan Jujur Prananto (Jelita Sejuba, 2018), Doremi & You berkisah mengenai persahabatan yang terjalin antara Putri (Adyla Rafa Naura Ayu), Imung (Fatih Unru), Markus (Toran Waibro), dan Anisa (Nashwa Zahira). Jalinan persahabatan yang terjalin antara keempat pelajar sekolah menengah pertama tersebut mendapatkan sebuah ujian ketika mereka, secara tidak sengaja, menghilangkan uang pembelian jaket kelompok ekstrakurikuler paduan suara di sekolah mereka. Putri lantas mengusulkan pada teman-temannya untuk mengikuti kompetisi menyanyi bertajuk Doremi & You yang cukup terkenal di kalangan muda kota Yogyakarta guna mendapatkan hadiah senilai jutaan rupiah yang nantinya akan digunakan untuk mengganti uang yang telah mereka hilangkan. Dengan bantuan kakak kelas mereka, Reno (Devano Danendra), keempatnya mulai berlatih keras meskipun mendapatkan beberapa halangan dari berbagai masalah pribadi mereka masing-masing. Continue reading Review: Doremi & You (2019)

Review: Kuntilanak 2 (2019)

Melanjutkan kesuksesan Kuntilanak (Rizal Mantovani, 2018) yang di sepanjang masa perilisannya tahun lalu berhasil mengumpulkan lebih dari satu juta penonton, Kuntilanak 2 kembali mempertemukan penonton dengan lima anak yatim piatu, Kresna (Andryan Bima), Dinda (Sandrinna Michelle Skornicki), Panji (Adlu Fahrezy), Miko (Ali Fikry), dan Ambar (Ciara Nadine Brosnan), yang dirawat oleh ibu asuh mereka, Donna (Nena Rosier), dalam petualangan baru mereka. Kali ini, Dinda dikisahkan dijemput oleh ibu kandungnya, Karmila (Karina Suwandi), yang dahulu menitipkan Dinda di panti asuhan namun kini meminta agar gadis kecil tersebut tinggal kembali bersamanya. Walau awalnya merasa curiga dengan kedatangan Karmila, Donna tetap memberikan izin pada Dinda untuk berangkat dan menemui Karmila di kediamannya. Ditemani oleh Julia (Susan Sameh), Edwin (Maxime Bouttier), dan anak-anak asuhan Donna lainnya sebagai bentuk perpisahan mereka, perjalanan Dinda untuk kembali ke rumah ibu kandungnya akhirnya dimulai. Kecurigaan Donna terbukti ketika perjalanan tersebut kemudian diwarnai berbagai kejadian aneh bernuansa mistis yang sepertinya berhubungan dengan kehidupan Dinda di masa lalu. Continue reading Review: Kuntilanak 2 (2019)

Review: Dilan 1991 (2019)

Setelah Dilan 1990 (Fajar Bustomi, Pidi Baiq, 2018), kisah cinta Dilan dan Milea kini berlanjut lewat Dilan 1991. Dengan naskah cerita yang masih ditulis oleh Titien Wattimena berdasarkan novel berjudul Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991 yang ditulis oleh Baiq, Dilan 1991 berkisah mengenai hubungan antara Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla) yang kini telah resmi berpacaran. Kebahagiaan hubungan asmara pasangan muda tersebut, sayangnya, kemudian mendapatkan rintangan ketika Dilan kembali terlibat dalam sebuah perkelahian yang menyebabkan dirinya ditahan oleh pihak kepolisian dan terancam untuk dikeluarkan dari sekolahnya. Milea jelas merasa kesal dengan perilaku Dilan dan mengancam untuk mengakhiri hubungan mereka jika Dilan tidak berhenti terlibat dalam berbagai perseteruan bersama dengan geng motornya. Tanpa disangka, karena tidak suka merasa dikekang oleh siapapun, Dilan malah memilih untuk meninggalkan hubungan asmaranya dan kemudian mulai menjauhi Milea. Continue reading Review: Dilan 1991 (2019)

Review: Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018)

Jelas tidak mudah untuk tidak memandang sebelah mata terhadap Suzzanna: Bernapas dalam Kubur dan menganggapnya hanya sebagai sebuah usaha murahan para produsernya untuk meraup kesuksesan komersial dengan cara memanfaatkan elemen nostalgia terhadap salah satu aktris film Indonesia paling ikonik tersebut. Dan jelas bukanlah sebuah prasangka yang salah pula – setidaknya kualitas yang ditampilkan dua seri Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! (Anggy Umbara, 2016 – 2017) serta Benyamin Biang Kerok (Hanung Bramantyo, 2018) layak mendapatkan prasangka tersebut. Seperti halnya dua film yang telah disebutkan sebelumnya, Suzzanna: Bernapas dalam Kubur juga bukanlah sebuah film yang jalan ceritanya mendaur ulang pengisahan yang dahulu pernah ditampilkan dalam film-film horor yang dibintangi Suzzanna. Film ini memilih untuk “mengekploitasi” berbagai karakteristik peran yang membuat Suzzanna menjadi aktris horor Indonesia yang ikonik dan membingkainya dengan struktur pengisahan yang baru – meskipun bukanlah bangunan pengisahan yang benar-benar terasa segar. And strangelyit works pretty well! Continue reading Review: Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018)

Festival Film Indonesia 2018 Nominations List

Komite Festival Film Indonesia akhirnya mengumumkan daftar nominasi Festival Film Indonesia 2018and they’re pretty boldand spot on. Daripada berusaha memenuhi kuota sejumlah judul atau nama untuk mengisi satu kategori, Komite Festival Film Indonesia kali ini hanya memberikan nominasi pada deretan judul atau nama yang dinilai benar-benar telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Tidak mengherankan, mengingat minimnya penampilan kualitas film-film Indonesia yang tergolong mengesankan yang rilis di sepanjang tahun ini, beberapa kategori utama kemudian hanya memiliki tiga atau empat peraih nominasi. Dengan melakukan penilaian terhadap setiap film Indonesia yang rilis di layar bioskop pada jangka waktu 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017) berhasil menjadi film dengan raihan nominasi terbesar pada ajang Festival Film Indonesia 2018. Film yang juga menjadi unggulan Indonesia untuk berkompetisi di kategori Best Foreign Languange Film di Academy Awards mendatang tersebut sukses mencatatkan dirinya pada 15 kategori yang tersedia – termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Surya), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Marsha Timothy), dan Skenario Asli Terbaik (Surya, Rama Adi). Continue reading Festival Film Indonesia 2018 Nominations List

Review: Wiro Sableng (2018)

Seperti halnya Si Doel the Movie (Rano Karno, 2018) – yang sejatinya merupakan sebuah novel karya Aman Datuk Majoindo berjudul Si Doel Anak Betawi yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama (Sjuman Djaja, 1972) namun mencapai popularitas yang lebih besar ketika diadaptasi menjadi sebuah serial televisi berjudul Si Doel Anak Sekolahan (1994 – 2008), perjalanan kisah Wiro Sableng juga dimulai sebagai seri novel garapan Bastian Tito sebelum akhirnya diadaptasi menjadi sejumlah film layar lebar yang dirilis pada akhir tahun ‘80an dan serial televisi yang cukup terkenal ketika ditayangkan pada pertengahan ‘90an hingga awal tahun 2000an. Film layar lebar terbaru Wiro Sableng sendiri diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko (Buka’an 8, 2017) dengan Vino G. Bastian – yang merupakan putera dari Tito – berperan sebagai sang karakter sentral. Sasongko, sekali lagi, berhasil menonjolkan kemampuan yang apik dalam tatanan pengarahannya. Namun, jelas penampilan Bastian yang menjadi jiwa dan memberikan kehidupan bagi alur pengisahan Wiro Sableng yang berdurasi 123 menit ini. Continue reading Review: Wiro Sableng (2018)

Review: Sultan Agung (2018)

Diarahkan bersama oleh Hanung Bramantyo (Kartini, 2017) dan x.Jo (Garuda: The New Indonesian Superhero, 2015), Sultan Agung memulai intrik ceritanya ketika Raden Mas Rangsang yang masih remaja (Marthino Lio) terpaksa harus menduduki posisi sebagai pemimpin bagi Kesultanan Mataram setelah meninggalnya sang ayah. Dengan gelar sebagai Sultan Agung Hanyakrakusuma, dirinya tidak lagi dapat lepas bermain dengan teman-teman sebayanya maupun memadu kasih dengan wanita pilihan hatinya, Lembayung (Putri Marino) – yang kebetulan berasal dari kelas sosial yang berbeda dengan dirinya. Meskipun begitu, dengan bantuan orang-orang kepercayaannya, Sultan Agung Hanyakrakusuma yang memiliki mimpi dan tekad untuk menyatukan seluruh pemimpin kerajaan di tanah Jawa mampu menjelma menjadi sosok yang kuat dan dicintai oleh rakyatnya. Namun, tantangan terbesar bagi kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma dewasa (Ario Bayu) hadir ketika tanah Jawa kedatangan para “pedagang” dari negeri Belanda yang menamakan diri mereka sebagai Vereenigde Oostindische Compagnie pimpinan Jan Pieterszoon Coen (Hans de Kraker). Reputasi Vereenigde Oostindische Compagnie yang seringkali berlaku tidak adil dan memiliki sejarah kelam dengan para penduduk di Kepulauan Banda membuat Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi was-was dan memerintahkan pasukan Kesultanan Mataram untuk bersiap-siap jika Vereenigde Oostindische Compagnie datang untuk menyerang. Continue reading Review: Sultan Agung (2018)