Selepas memenangkan Academy Awards di kategori Best Animated Short Film untuk film pendeknya Bao (2018) dari ajang The 91st Annual Academy Awards, sutradara Domee Shi melanjutkan karir penyutradaraannya dengan mengarahkan film animasi cerita panjang pertamanya Turning Red. Seperti halnya Bao, naskah cerita Turning Red yang digarap Shi bersama dengan Julia Cho juga mengedepankan tuturan tentang hubungan antara ibu dan anak dengan menggunakan budaya dan/atau tradisi masyarakat Asia sebagai benang merah dari jalinan hubungan tersebut. Mengikuti formula film-film produksi Pixar Animation Studios seperti Brave (Mark Andrews, Brenda Chapman, 2012) dan Inside Out (Pete Docter, 2015) sembari mengambil inspirasi dari kehidupan pribadinya sebagai seorang anak perempuan yang memasuki masa remaja, Shi menjadikan Turning Red sebagai gambaran yang berkesan universal akan pergolakan yang dialami oleh hubungan ibu dan anak ketika sang anak mulai berusaha untuk menentukan atau menemukan identitas kehidupannya sendiri. Continue reading Review: Turning Red (2022)
Tag Archives: Disney+ Hotstar
Review: Notebook (2021)
Dimas Anggara dan Amanda Rawles kembali tampil bersama untuk film Notebook yang menandai debut pengarahan film cerita panjang layar lebar bagi Karsono Hadi yang sebelumnya dikenal sebagai penata gambar bagi film-film seperti Tjoet Nja’ Dhien (Eros Djarot, 1988), Taksi (Arifin C. Noer, 1991), dan Bibir Mer (Noer, 1992) yang memenangkannya sebuah Piala Citra untuk kategori Penata Gambar Terbaik di Festival Film Indonesia 1992. Hadi juga berhasil meraih nominasi di kategori Penulis Skenario Terbaik dari ajang Festival Film Indonesia 2004 untuk film Marsinah: Cry Justice (Slamet Rahardjo Djarot, 2001). Untuk Notebook sendiri, Hadi mengarahkan naskah cerita yang ditulis oleh Sukhdev Singh dan Tisa TS yang merupakan penulis naskah bagi tiga film yang telah mempertemukan Anggara dan Rawles, Promise (Asep Kusdinar, 2017), London Love Story 3 (Kusdinar, 2018), dan The Perfect Husband (Rudi Aryanto, 2018). Continue reading Review: Notebook (2021)
Review: Ghibah (2021)
Setelah sebelumnya mengembangkan film pendek Makmum menjadi film cerita panjang (Hadrah Daeng Ratu, 2019), Riza Pahlevi kembali bekerjasama dengan Vidya Talisa Ariestya untuk menggarap naskah cerita Ghibah. Juga melibatkan bantuan penulis naskah Aviv Elham (Jaga Pocong, 2018) dan sutradara Monty Tiwa (Pocong the Origin, 2019), naskah cerita Ghibah berkisah tentang sekelompok mahasiswa, Firly (Anggika Bolsterli), Arga (Verrell Bramasta), Reno (Jerry Likumahuwa), Ulfa (Arafah Rianti), Yola (Josephine Firmstone), dan Okta (Adila Fitri), yang saat ini juga bertugas untuk mengelola majalah kampus mereka. Tugas peliputan berita untuk majalah kampus yang mereka kelola menemui halangan setelah Okta secara mendadak tidak lagi dapat dihubungi atau ditemui oleh rekan-rekannya. Tidak sampai disitu, Firly dan Yola juga merasakan berbagai gangguan bernuansa mistis mulai menyelimuti keseharian mereka. Oleh pemilik kos yang mereka tempati, Mang Oppie (Opie Kumis) dan Umi Asri (Asri Welas), Firly, Ulfa, dan Okta diingatkan bahwa kejadian-kejadian buruk yang belakang menghantui mereka disebabkan oleh kegemaran mereka untuk bergunjing atau membicarakan aib orang lain. Continue reading Review: Ghibah (2021)
Review: Devil on Top (2021)
Menyusul Sabar ini Ujian (2020) dan Till Death Do Us Part (2021), Devil on Top menjadi film ketiga arahan Anggy Umbara yang diproduksi oleh rumah produksi miliknya, Umbara Brothers Film, bersama dengan MD Pictures yang dirilis untuk ditayangkan melalui Disney+ Hotstar. Drama komedi ini berkisah mengenai seorang pemuda bernama Angga (Angga Yunanda), yang bersama dengan ketiga sahabat sekaligus rekan kerjanya, Richard (Kenny Austin), Rudi (Joshua Suherman), dan Boni (Lolox), menyusun rencana untuk menggulingkan atasan mereka, Sarah (Cinta Laura Kiehl), dikarenakan kerasnya sikap Sarah kepada setiap bawahannya di tempat mereka bekerja. Berbagai rencana mulai mereka susun. Angga, Richard, Rudi, dan Boni bahkan berusaha menggali masa lalu sekaligus rahasia-rahasia kelam milik Sarah agar perempuan tersebut dapat segera dipecat dari posisinya. Sial, ketika dirinya ditunjuk menjadi seorang direktur kreatif yang membuatnya harus sering bekerja secara langsung dan berdekatan dengan Sarah, Angga malah mulai merasakan benih-benih asmara tumbuh antara dirinya dengan sang atasan. Continue reading Review: Devil on Top (2021)
Review: Luca (2021)
Dengan film-film seperti WALL·E (Andrew Stanton, 2008), Toy Story 3 (Lee Unkrich, 2010), serta Inside Out (Pete Docter, 2015) dan Soul (Docter, 2020) berada di dalam filmografi Pixar Animation Studios, mungkin mudah untuk memandang premis cerita yang ditawarkan oleh Luca secara sebelah mata. Merupakan debut pengarahan film cerita panjang bagi sutradara Enrico Casarosa – yang sebelumnya mengarahkan film pendek berjudul La Luna (2011) yang berhasil mendapatkan nominasi Best Animated Short di ajang The 84th Annual Academy Awards, Luca berkisah mengenai persahabatan antara dua monster laut, Luca Paguro (Jacob Tremblay) dan Alberto Scorfano (Jack Dylan Grazer), yang menyadari bahwa spesies mereka memiliki kemampuan untuk berubah wujud menyerupai manusia ketika sedang berada di daratan. Dengan kemampuan tersebut, keduanya kemudian berpetualang ke sebuah kota bernama Portorosso yang terletak di wilayah pesisir Italia dan bersahabat dengan seorang anak perempuan bernama Giulia Marcovaldo (Emma Berman). Meskipun jalinan persahabatan antara ketiganya terus bertambah erat, baik Luca Paguro dan Alberto Scorfano terus merasa khawatir akan sikap Giulia Marcovaldo serta warga sekitar Portorosso jika mereka mengetahui siapa sosok diri mereka yang sebenarnya. Continue reading Review: Luca (2021)
Review: Till Death Do Us Part (2021)
Setelah sebelumnya tampil bersama dalam drama romansa The Way I Love You (Rudi Aryanto, 2019), Rizky Nazar dan Syifa Hadju kembali saling beradu akting dalam film terbaru arahan Anggy Umbara (Sabar ini Ujian, 2020), Till Death Do Us Part. Hadju berperan sebagai Vanesha, seorang aktris yang di suatu hari mendatangi seorang jurnalis bernama Arya (Nazar) di kantor tempatnya bekerja. Tanpa disangka, begitu dirinya berhasil menemui Arya, Vanesha justru menodongkan sebuah senjata api ke arah Arya dan mengancam akan segera membunuhnya dengan alasan bahwa pemuda tersebut telah menyakiti hati dan perasaannya. Anehnya, Arya justru mengaku tidak pernah bertemu dengan Vanesha sebelumnya, sama sekali tidak mengenalnya, atau bahkan menjalin hubungan romansa dengan dirinya. Namun, Vanesha tidak ingin mendengar alasan apapun keluar dari mulut Arya. Tanpa mempedulikan rekan kerja Arya yang semakin panik, serta kedatangan polisi yang kemudian mencoba untuk menenangkan situasi tersebut, Vanesha bersiap untuk menuntaskan rasa dendamnya pada Arya. Continue reading Review: Till Death Do Us Part (2021)
Review: Wedding Proposal (2021)
Diarahkan oleh Emil Heradi (Night Bus, 2017), Wedding Proposal bercerita tentang seorang fotografer bernama Bisma (Dimas Anggara) yang telah diminta oleh kedua orangtuanya (Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan) untuk segera menikah. Kedua orangtua Bisma bahkan telah berupaya untuk melakukan perjodohan namun pemuda tersebut terus bersikeras hanya akan menikah dengan wanita yang dicintainya. Secara tidak disengaja, Bisma kemudian bertemu dengan Sissy (Sheryl Sheinafia), seorang pengelola sebuah jasa penyelenggara pernikahan yang dikenal sebagai sosok yang dingin, tangguh, dan, sayangnya, memandang sinis akan hubungan romansa. Awal pertemuan keduanya berlangsung buruk – Sissy menganggap Bisma adalah seorang fotografer amatiran yang hasil fotonya tidak layak untuk digunakan. Bisma tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan sahabatnya, Ito (Arya Saloka), Bisma mulai menyusun rencana untuk meluluhkan hati Sissy. Continue reading Review: Wedding Proposal (2021)
Review: Nomadland (2020)
Menjadi film ketiga yang naskah ceritanya ditulis dan diarahkan oleh Chloé Zhao setelah Songs My Brothers Taught Me (2015) dan The Rider (2017), Nomadland berkisah mengenai seorang perempuan bernama Fern (Frances McDormand) yang setelah kehilangan pekerjaan serta kematian suaminya kemudian memutuskan untuk menjual seluruh harta bendanya, membeli sebuah mobil van, dan hidup serta tinggal di dalam mobil tersebut sembari melakukan perjalanan dan mencari pekerjaan sementara ke berbagai tempat di penjuru negeri. Fern bukanlah orang pertama maupun satu-satunya orang yang melakukan hal tersebut. Dalam perjalanannya, Fern bertemu dengan berbagai wajah dan nama asing yang seperti dirinya juga memutuskan untuk melepaskan “kehidupan normal” mereka dan memilih untuk “hidup di jalanan.” Pilihan hidup yang diambilnya bukannya tanpa konsekuensi. Dalam kesendiriannya, rasa kesepian seringkali mulai merasuk ke benak Fern yang membuatnya merindukan kehadiran almarhum suaminya atau mempertanyakan lagi berbagai pilihan hidup yang telah diambilnya. Continue reading Review: Nomadland (2020)
Review: Surga yang Tak Dirindukan 3 (2021)
Danur ternyata bukanlah satu-satunya seri film garapan MD Entertainment yang kini mendapatkan dukungan penampilan dari Marsha Timothy pada departemen aktingnya. Dalam Surga yang Tak Dirindukan 3, Timothy memerankan karakter Meirose yang pada dua seri film sebelumnya, Surga yang Tak Dirindukan (Kuntz Agus, 2015) dan Surga yang Tak Dirindukan 2 (Hanung Bramantyo, 2017), diperankan oleh Raline Shah. Timothy sendiri bukanlah satu-satunya nama baru yang hadir dalam departemen akting film ini. Sejumlah karakter pendukung, seperti karakter Nadia dan Akbar, kini juga diperankan oleh Zara Leola dan Ali Fikry yang menggantikan posisi Sandrinna Michelle Skornicki dan Keefe Bazli Ardiansyah. Reza Rahadian masih turut berakting dalam film ini namun, kejutan!, untuk peran yang berbeda dari seri film sebelumnya. Dengan naskah cerita yang masih digarap oleh Alim Sudio (Layla Majnun, 2021) berdasarkan novel berjudul sama karya Asma Nadia, Surga yang Tak Dirindukan 3 juga menjadi film cerita panjang kedua yang diarahkan oleh Pritagita Arianegara setelah sebelumnya mengarahkan Salawaku (2017). Continue reading Review: Surga yang Tak Dirindukan 3 (2021)
Review: Asih 2 (2020)
Entah sampai kapan MD Pictures dan Pichouse Films akan terus “mengeksploitasi” kisah dari sesosok karakter supranatural bernama Asih yang diangkat dari seri novel garapan Risa Saraswati ini. Film sebelumnya, Asih (Awi Suryadi, 2018) – yang merupakan pengembangan cerita dari semesta pengisahan seri film Danur yang telah dimulai oleh Danur: I Can See Ghosts (2017) dan Danur 2: Maddah (2018) yang keduanya juga diarahkan oleh Suryadi, berupaya untuk memberikan perhatian utama pada sosok karakter supranatural tersebut. Sayangnya, alur cerita, gambaran penokohan, hingga teknik penyajian momen-momen horornya terasa tidak lebih dari sekedar daur ulang dari elemen-elemen cerita yang telah ditampilkan dalam dua film sebelumnya. Meskipun begitu, dirilis di tahun yang sama dengan perilisan Danur 2: Maddah, Asih masih mampu meraih kesuksesan komersial dengan mendapatkan lebih dari 1,7 juta penonton selama masa perilisannya. Tidak mengherankan jika MD Pictures dan Pichouse Films dengan mudah melanjutkan rencana perilisan dari film-film lanjutan dalam semesta pengisahan Danur. Continue reading Review: Asih 2 (2020)
Review: Raya and the Last Dragon (2021)
Menjadi film animasi ke-59 yang diproduksi oleh Walt Disney Animation Studios, Raya and the Last Dragon merupakan usaha teranyar dari rumah produksi milik The Walt Disney Company tersebut dalam melakukan diversifikasi pada karakter maupun kisah yang ditampilkan oleh film-film yang mereka rilis. Setelah Moana (Ron Clements, John Musker, 2016) yang menampilkan sosok karakter dan kisah yang didasarkan pada sejarah maupun legenda yang berasal dari gugus kepulauan Polinesia, Raya and the Last Dragon kini memberikan fokus pada barisan karakter serta kisah yang berasal dari Asia Tenggara. Dari segi pengisahan, Raya and the Last Dragon memang tidak menghadirkan tata penuturan yang begitu berbeda dengan film-film produksi Walt Disney Animation Studios lainnya. Tetap saja, dengan garapan yang apik, Raya and the Last Dragon tidak hanya mampu menjelma menjadi sajian yang menghibur sekaligus inspiratif khas film-film animasi Disney lainnya namun, di saat yang bersamaan, juga memiliki signifikansi yang begitu terhubung dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat modern saat ini.
Review: Yang tak Tergantikan (2021)
Tidak salah untuk mengatakan bila film kedua arahan sutradara Herwin Novianto yang dirilis di Disney+ Hotstar merupakan sebuah companion piece bagi film pertamanya. Jika Sejuta Sayang Untuknya (2020) menempatkan Deddy Mizwar sebagai sosok ayah tunggal yang berjuang untuk menghidupi putri remajanya, maka Yang tak Tergantikan menghadirkan penampilan akting Lulu Tobing yang berperan sebagai seorang perempuan yang berusaha untuk tetap tangguh bertahan dalam menghadapi berbagai dinamika kehidupan demi masa depan kehidupan tiga anaknya. Seperti halnya Sejuta Sayang Untuknya, linimasa pengisahan Yang tak Tergantikan diisi dengan barisan konflik yang berkesan sederhana dan familiar namun mampu tergarap dengan kesan nyata yang kuat. Tidak mengherankan jika kemudian film yang naskah ceritanya ditulis oleh Novianto bersama dengan Gunawan Raharja (22 Menit, 2018) akan mampu dengan mudah untuk disukai setiap penontonnya. Continue reading Review: Yang tak Tergantikan (2021)
Review: Soul (2020)
Di tahun 2019, selepas merilis Toy Story 4 (Josh Cooley) di tahun tersebut, Pixar Animation Studios memberikan pernyataan bahwa mereka tidak akan lagi memproduksi sekuel dari film-film rilisan mereka terdahulu. Sebuah pernyataan yang jelas disambut baik oleh para penikmat, penggemar, sekaligus pecinta film-film animasi buatan rumah produksi rumah produksi milik The Walt Disney Company tersebut. Harus diakui, selain beberapa rilisan seperti Toy Story 3 (Lee Unkrich, 2010), Inside Out (Pete Docter, 2015), dan Coco (Unkrich, 2017), filmografi Pixar Animation Studios pada satu dekade lalu memang lebih banyak diisi dengan film-film sekuel maupun film-film dengan cerita orisinal yang kualitasnya jelas terasa medioker – tentu saja, “medioker” dalam ukuran film yang dihasilkan oleh rumah produksi sekelas Pixar Animation Studios. Membuka dekade baru, Pixar Animation Studios merilis Onward (2020) arahan Dan Scanlon yang tampil cukup meyakinkan sebagai sebuah sajian hiburan. Namun, Pixar Animation Studios benar-benar menunjukkan tajinya sebagai rumah produksi film animasi paling prestisius di dunia lewat film terbaru arahan Docter, Soul. Continue reading Review: Soul (2020)