Review: Mendarat Darurat (2022)


Film cerita panjang kedua yang ditulis, diarahkan, serta dibintangi oleh Pandji Pragiwaksono setelah Partikelir (2018), Mendarat Darurat, memiliki premis cerita yang cukup menarik. Linimasa pengisahannya dibuka dengan tuturan tentang kehidupan pernikahan antara Glenn (Reza Rahadian) dengan Maya (Marissa Anita) yang mulai terasa hambar. Glenn, khususnya, mulai merasa kesehariannya seperti berada di dalam penjara akibat Kania yang seringkali mengomeli serta mencurigainya berselingkuh. Pertahanan rasa kesetiaan Glenn terhadap sang istri kemudian goyah ketika salah seorang rekan kerjanya, Kania (Luna Maya), memberikan perhatian lebih kepada dirinya. Glenn lantas memutuskan untuk benar-benar berselingkuh. Dengan menggunakan alasan tugas ke luar kota kepada Maya, Glenn mengajak Kania untuk menghabiskan waktu berdua di sebuah kamar hotel. Sial, ketika sedang berdua, Glenn dan Kania menerima kabar pesawat yang seharusnya dinaiki Glenn untuk bertugas ke luar kota jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya. Situasi yang jelas menjebak Glenn dalam dilema mendalam: ia tidak mungkin selamanya berpura-pura mati, namun niatannya berselingkuh dengan Kania tentu akan ketahuan jika ia menghubungi dan mengakui hal yang sebenarnya kepada Maya.

Selain menarik, Mendarat Darurat memiliki landasan awal penceritaan yang mampu dieksekusi Pragiwaksono dengan seksama. Elemen drama dan komedi yang coba dikembangkan oleh naskah cerita garapan Pragiwaksono bersama dengan Shani Budi Pandita dan Gamila Arief juga mampu menghadirkan momen-momen ringan nan menyenangkan yang sekaligus memberikan ruang bagi penonton untuk mengenal karakter Glenn dan Maya, awal kisah romansa mereka, bibit-bibit konflik dalam rumah tangga mereka, hingga munculnya sosok lain dalam rumah tangga tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Noktah Merah Perkawinan (Sabrina Rochelle Kalangie, 2022), naskah cerita Mendarat Darurat juga tidak begitu saja memberikan label yang berkesan dangkal bagi sejumlah karakter yang terlibat dalam “hubungan perselingkuhan” dan justru memberikan eksplorasi yang penuh arti bagi karakter-karakter tersebut. Tatanan cerita yang menjadikan Mendarat Darurat terasa kuat dalam bertutur.

Sayang, premis emas dan solidnya pengolahan cerita di paruh pertama pengisahan film tidak mampu untuk dikembangkan dengan sama baiknya di paruh lanjutan Mendarat Darurat. Dengan durasi cerita yang mencapai 113 menit, paruh pertengahan film berisi terlalu banyak komponen plot – khususnya yang dikemas dengan unsur komedi – berkualitas medioker yang tidak pernah terasa esensial kehadirannya atau berkesan hanya dimunculkan guna mengulur-ulur waktu sebelum penceritaan memberikan konklusi bagi film. Tidak sepenuhnya buruk, namun seringkali menutupi kualitas penceritaan yang seharusnya dapat memberikan dampak emosional yang lebih mendalam. Lihat saja plot tentang hubungan antara karakter Glenn dengan karakter sang ibu (Dewi Irawan) atau olahan cerita bagi karakter Maya yang terkesan tenggelam begitu saja yang membuat pelintiran cerita serta resolusi yang dihadirkan Mendarat Darurat bagi hubungan antara karakter Glenn dan Maya berakhir datar.

Tidak dapat disangkal, pilihan Pragiwaksono untuk menempatkan Rahadian – yang selalu menyenangkan ketika berperan dalam film-film dengan nada pengisahan komedi, Anita, dan Maya untuk menghidupkan tiga karakter utama dalam jalan cerita Mendarat Darurat memberikan dorongan tersendiri bagi kualitas film. Meskipun plot ngalor ngidul antara kedua karakter yang mereka perankan tak pernah menghasilkan arti atau kesan yang mendalam, penampilan Rahadian dan Maya membuat kisah perjalanan mereka terus menyenangkan untuk diikuti. Anita juga mampu mencuri perhatian dalam setiap kehadiran penampilannya. Sebagai aktor, Pragiwaksono memang tidak mendapatkan kesempatan besar untuk dapat bersinar ketika berdampingan dengan penampilan akting yang diberikan Rahadian, Anita, dan Maya. Meskipun begitu, sebagai pengarah cerita, Pragiwaksono cukup berhasil mendapatkan penampilan akting terbaik dari para pengisi departemen aktingnya, termasuk dari penampilan-penampilan minor yang datang dari Irawan, Asri Welas, dan Tamara Geraldine.

Mendarat Darurat hadir sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan Partikelir – dan masih menunjukkan potensi Pragiwaksono sebagai seorang sutradara, namun tidak mampu untuk melangkah lebih jauh akibat hambatan yang dialami oleh naskah cerita untuk berkembang dengan lebih seksama.

popcornpopcornpopcornpopcorn2popcorn2

mendarat-darurat-reza-rahadian-luna-maya-movie-posterMendarat Darurat (2022)

Directed by Pandji Pragiwaksono Produced by Manoj Punjabi Written by Pandji Pragiwaksono, Shani Budi Pandita, Gamila Arief Starring Reza Rahadian, Luna Maya, Marissa Anita, Pandji Pragiwaksono, Dewi Irawan, Asri Welas, Tamara Geraldine, Ully Triani, Mareike Brenda, Gamila Arief, Soleh Solihun, Jupri, Cecep Arif Rahman, Afif Xavi, Boah Sartika, Ivanka Suwandi, Kania Awwe, Barry William, Arif Brata, Endhita, Rigen Rakelna, TJ Ruth, Steny Agustaf Music by Stevesmith Music Production Cinematography Ipung Rachmat Syaiful Editing by Cesa David Luckmansyah Studio Starvision Running time 113 minutes Country Indonesia Language Indonesian

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s