Tag Archives: Movie

Review: Serigala Langit (2021)

Diarahkan oleh Reka Wijaya (Sule Detektif Tokek, 2013) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Titien Wattimena (Milea: Suara dari Dilan, 2020) dan Rifki Ardisha, Serigala Langit bercerita tentang Gadhing Baskara (Deva Mahenra) yang merupakan seorang penerbang pesawat tempur bagi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan baru saja bergabung dengan Skadron Serigala Langit. Sebagai lulusan terbaik di Akademi Angkatan Udara dan Sekolah Penerbang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, Gadhing Baskara sempat merasa dirinya memiliki kemampuan yang lebih baik dari rekan-rekannya – sikap yang lantas membuat keberadaannya kurang disenangi oleh sejumlah seniornya. Karena langkah awal yang salah, Gadhing Baskara kini harus berjuang keras untuk membuktikan kelayakan dirinya untuk bergabung di Skadron Serigala Langit. Di saat yang bersamaan, Gadhing Baskara juga sedang dihantui oleh hubungannya yang memburuk dengan sang ayah (Nugie) yang kini sedang terbaring di rumah sakit dan terus menanyakan keberadaan dirinya. Continue reading Review: Serigala Langit (2021)

Review: Notebook (2021)

Dimas Anggara dan Amanda Rawles kembali tampil bersama untuk film Notebook yang menandai debut pengarahan film cerita panjang layar lebar bagi Karsono Hadi yang sebelumnya dikenal sebagai penata gambar bagi film-film seperti Tjoet Nja’ Dhien (Eros Djarot, 1988), Taksi (Arifin C. Noer, 1991), dan Bibir Mer (Noer, 1992) yang memenangkannya sebuah Piala Citra untuk kategori Penata Gambar Terbaik di Festival Film Indonesia 1992. Hadi juga berhasil meraih nominasi di kategori Penulis Skenario Terbaik dari ajang Festival Film Indonesia 2004 untuk film Marsinah: Cry Justice (Slamet Rahardjo Djarot, 2001). Untuk Notebook sendiri, Hadi mengarahkan naskah cerita yang ditulis oleh Sukhdev Singh dan Tisa TS yang merupakan penulis naskah bagi tiga film yang telah mempertemukan Anggara dan Rawles, Promise (Asep Kusdinar, 2017), London Love Story 3 (Kusdinar, 2018), dan The Perfect Husband (Rudi Aryanto, 2018). Continue reading Review: Notebook (2021)

Review: Reminiscence (2021)

Meraih rekognisi lebih luas berkat kesuksesan serial televisi Westworld (2016) yang mereka ciptakan, Lisa Joy dan Jonathan Nolan kembali berkolaborasi untuk memproduseri film fiksi ilmiah, Reminiscence, yang juga menandai debut pengarahan film cerita panjang bagi Joy. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Joy, Reminiscence memiliki latar belakang waktu pengisahan di masa depan dimana dua orang veteran, Nick Bannister (Hugh Jackman) dan Emily Sanders (Thandiwe Newton), membuka sebuah usaha yang memanfaatkan teknologi terkini untuk dapat menghidupkan kembali ingatan tertentu bagi mereka yang menginginkannya. Teknologi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh seorang penyanyi klub malam, Mae (Rebecca Ferguson), untuk dapat mengingat kembali dimana keberadaan kunci-kuncinya. Tidak hanya mendapatkan kembali kunci-kuncinya, Mae juga berhasil menarik perhatian Nick Bannister. Romansa dengan segera tumbuh diantara keduanya. Namun, setelah beberapa saat menjalin hubungan, Mae meninggalkan Nick Bannister dan menghilang tanpa jejak begitu saja. Continue reading Review: Reminiscence (2021)

Review: Selesai (2021)

Merupakan film cerita panjang kedua yang diarahkan oleh Tompi (Pretty Boys, 2019) sekaligus menandai kali kedua kolaborasinya bersama dengan penulis naskah Imam Darto, Selesai adalah sebuah drama (drama komedi?) yang akan membawa para penontonnya ke sebuah perseteruan rumah tangga yang berlangsung antara karakter-karakternya. Linimasa pengisahannya bermula ketika Ayu (Ariel Tatum) yang berniat untuk menuntut cerai dan meninggalkan rumah yang ia tempati bersama suaminya, Broto (Gading Marten), setelah mengetahui bahwa sang suami kembali menjalin hubungan asmara dengan Anya (Anya Geraldine) yang sebenarnya telah menjadi sosok ketiga dalam pernikahan mereka dalam dua tahun terakhir. Langkah Ayu untuk keluar dari rumah terhenti ketika, di saat yang bersamaan, ibu mertuanya, Bu Sri (Marini), datang dan memilih untuk tinggal bersama anak dan menantunya guna menghabiskan masa isolasi wilayah yang sedang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran infeksi di masa pandemi. Ayu lantas memberikan sejumlah waktu pada Broto untuk dapat menjelaskan kondisi pernikahan mereka pada sang ibu sebelum ia benar-benar angkat kaki dari rumah tersebut. Continue reading Review: Selesai (2021)

Review: The East (2020)

Menjadi film cerita panjang ketiga yang diarahkan oleh Jim Taihuttu setelah Rabat (2011) dan Wolf (2013), The East memiliki latar waktu pengisahan di tahun 1946 ketika Hindia Belanda memasuki masa Revolusi Nasional Indonesia. Dikisahkan, seorang pemuda asal Belanda bernama Johan de Vries (Martijn Lakemeier) yang menjadi seorang tentara relawan dan lantas dikirimkan ke daerah Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, untuk bertugas sebagai salah satu penjaga keamanan rakyat di Hindia Belanda yang sedang diwarnai konflik sipil selepas menyatakan kemerdekaannya dari jajahan Jepang. Awalnya, Johan de Vries dan rekan-rekannya merasa keseharian mereka begitu membosankan karena minimnya konflik maupun pertarungan yang harus mereka hadapi. Johan de Vries kemudian berkenalan dengan seorang pria karismatik yang dikenal dengan sebutan The Turk (Marwan Kenzari) yang lantas membimbing sekaligus memberikan infomasi lebih mendalam tentang medan perang yang sedang mereka jalani. Johan de Vries, secara perlahan, menjadi salah satu orang kepercayaan bagi The Turk. Sebuah posisi yang tanpa disangka kemudian menjebaknya dalam rangkaian pertumpahan darah yang membuatnya mempertanyakan makna perang sekaligus memberikan trauma di sepanjang sisa hidupnya. Continue reading Review: The East (2020)

Review: CODA (2021)

Diadaptasi dari film Perancis berjudul La Famille Bélier (Éric Lartigau, 2014), CODA yang ditulis dan diarahkan oleh sutradara Siân Heder (Tallulah, 2016) berkisah mengenai kehidupan seorang remaja perempuan dengan kemampuan pendengaran normal bernama Ruby Rossi (Emilia Jones) yang terlahir dari pasangan tuli, Frank (Troy Kotsur) dan Jackie Rossi (Marlee Matlin). Dengan kemampuannya tersebut, keseharian Ruby Rossi dimulai dengan membantu ayah dan kakaknya – yang juga memiliki kondisi tuli, Leo Rossi (Daniel Durant), dalam usaha penangkapan ikan mereka. Ruby Rossi bahkan telah memiliki rencana untuk bergabung dengan usaha keluarganya sebagai pekerjaan tetap ketika dirinya telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atasnya. Namun, rencana tersebut berubah ketika Ruby Rossi bergabung dengan kegiatan paduan suara sekolahnya.

Continue reading Review: CODA (2021)

Review: The Suicide Squad (2021)

Masih ingat dengan Suicide Squad (David Ayer, 2016)? Well… mungkin cukup bijaksana memilih untuk melupakan berbagai hal buruk yang menyangkut penampilan Jared Leto sebagai Joker ataupun kualitas buruk secara keseluruhan yang ditampilkan oleh film ketiga dalam seri DC Extended Universe tersebut. Namun, dengan raihan komersial sebesar lebih dari US$700 juta di sepanjang masa rilisnya – dan penghargaan Best Makeup and Hairstyling dari ajang The 89th Annual Academy AwardsWarner Bros. Pictures tentu memiliki sejuta alasan untuk mengenyampingkan berbagai reaksi negatif yang datang dari sejumlah kritikus maupun penonton dan kembali memproduksi versi teranyar dari Suicide Squad. James Gunn (Guardians of the Galaxy Vol. 2, 2017) kemudian dipilih untuk duduk di kursi penyutradaraan sekaligus menjadi penulis naskah bagi The Suicide Squad – judul yang diberikan bagi film yang dimaksudkan menjadi standalone sequel bagi Suicide Squad. Menghadirkan beberapa karakter serta pemeran baru dan memadukannya dengan nada pengisahan khas Gunn yang brutal namun menyenangkan, The Suicide Squad tidak mampu menjadi penyetel ulang kualitas linimasa penceritaan seri Suicide Squad namun juga berhasil tampil sebagai salah satu film terbaik bagi DC Extended Universe. Continue reading Review: The Suicide Squad (2021)

Review: Space Jam: A New Legacy (2021)

Setelah sukses besar yang diraih oleh Space Jam (Joe Pytka, 1996) – termasuk kesuksesan fenomenal yang diraih oleh lagu temanya, I Believe I Can Fly, yang dibawakan R. Kelly – Warner Bros. Pictures memang telah langsung bersiap untuk memproduksi sekuelnya. Namun, ketika Michael Jordan – yang kepopulerannya sebagai atlet basket di kala itu memang menjadi salah satu kunci krusial bagi kesuksesan komersial yang berhasil diraih Space Jam – memutuskan untuk tidak lagi terlibat, Warner Bros. Pictures lantas juga memilih untuk tidak lagi meneruskan proses pembuatan sekuel Space Jam. Tahun demi tahun berlalu, ide akan pembuatan sekuel bagi Space Jam terus muncul dan sempat melibatkan nama-nama sejumlah atlet popular seperti Jeff Gordon dan Tiger Woods atau aktor Jackie Chan. Baru di tahun 2014, ketika nama bintang basket LeBron James mulai diikutsertakan, proses pembuatan sekuel bagi Space Jam kembali berjalan. Menunjuk Malcolm D. Lee (Scary Movie 5, 2013) untuk duduk di kursi penyutradaraan, sekuel yang kemudian diberi judul Space Jam: A New Legacy memulai proses produksinya di tahun 2019 dengan kembali menghadirkan deretan karakter animasi Looney Tunes seperti Bugs Bunny, Daffy Duck, Sylvester, Tasmanian Devil, hingga Road Runner. Continue reading Review: Space Jam: A New Legacy (2021)

Review: Vivo (2021)

Setelah In the Heights (Jon M. Chu, 2021), Vivo menjadi film kedua dari empat film yang melibatkan aktor sekaligus penyanyi sekaligus penulis lagu sekaligus produser sekaligus penulis naskah drama panggung, Lin-Manuel Miranda, yang direncanakan untuk rilis di tahun ini. Berdasarkan ide cerita oleh penulis naskah In the Heights, Quiara Alegría Hudes, bersama dengan Peter Barsocchini yang dikenal berkat naskah cerita yang ia tulis untuk seri film televisi High School Musical (2006 – 2008), Miranda sebenarnya telah mulai mengembangkan Vivo di tahun 2010 ketika film animasi ini awalnya akan diproduksi oleh DreamWorks Animation. Namun, setelah DreamWorks Animation memutuskan untuk tidak melanjutkan proses produksi Vivo pada tahun 2015, film animasi musikal tersebut kemudian ditangani oleh Sony Pictures Animation semenjak tahun 2016 dengan Kirk DeMicco (The Croods, 2013) duduk di kursi penyutradaraan sekaligus menggarap naskah cerita bersama dengan Hudes. Miranda sendiri terus dilibatkan untuk menulis sebelas lagu yang akan ditampilkan di sepanjang pengisahan Vivo sekaligus menjadi pengisi suara bagi karakter bernama sama dengan judul film ini. Continue reading Review: Vivo (2021)

Review: A Quiet Place Part II (2020)

Pencapaiannya dalam mengarahkan A Quiet Place (2018) berhasil menempatkan nama John Krasinski sebagai salah satu sutradara yang patut untuk ditunggu dan diperhatikan karya-karyanya. Setelah mengarahkan dua film dengan genre drama komedi, Brief Interviews with Hideous Men (2009) dan The Hollars (2016), yang mendapatkan reaksi tidak begitu cemerlang baik dari kalangan kritikus film maupun para penikmat film, A Quiet Place yang bernada horor dengan tegas menunjukkan insting pengarahan Krasinski yang cerdas sekaligus kuat dalam mengelola ritme cerita filmnya guna menghasilkan banyak momen horor nan menegangkan yang jelas akan membuat setiap penonton berpegangan erat di kursi mereka. Film yang turut dibintangi Krasinski bersama dengan Emily Blunt, Millicent Simmonds, dan Noah Jupe tersebut juga sukses mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari US$350 juta dari masa perilisannya di seluruh dunia. A Quiet Place Part II, yang merupakan kelanjutan penceritaan dari A Quiet Place yang direncanakan Krasinski akan dibentuk menjadi sebuah trilogi, kembali memamerkan kelihaian Krasinski dalam mengarahkan penuturan kisah horornya sekaligus mengembangkannya untuk memberikan ruang bagi kehadiran sejumlah konflik dan karakter baru. Continue reading Review: A Quiet Place Part II (2020)

Review: Ghibah (2021)

Setelah sebelumnya mengembangkan film pendek Makmum menjadi film cerita panjang (Hadrah Daeng Ratu, 2019), Riza Pahlevi kembali bekerjasama dengan Vidya Talisa Ariestya untuk menggarap naskah cerita Ghibah. Juga melibatkan bantuan penulis naskah Aviv Elham (Jaga Pocong, 2018) dan sutradara Monty Tiwa (Pocong the Origin, 2019), naskah cerita Ghibah berkisah tentang sekelompok mahasiswa, Firly (Anggika Bolsterli), Arga (Verrell Bramasta), Reno (Jerry Likumahuwa), Ulfa (Arafah Rianti), Yola (Josephine Firmstone), dan Okta (Adila Fitri), yang saat ini juga bertugas untuk mengelola majalah kampus mereka. Tugas peliputan berita untuk majalah kampus yang mereka kelola menemui halangan setelah Okta secara mendadak tidak lagi dapat dihubungi atau ditemui oleh rekan-rekannya. Tidak sampai disitu, Firly dan Yola juga merasakan berbagai gangguan bernuansa mistis mulai menyelimuti keseharian mereka. Oleh pemilik kos yang mereka tempati, Mang Oppie (Opie Kumis) dan Umi Asri (Asri Welas), Firly, Ulfa, dan Okta diingatkan bahwa kejadian-kejadian buruk yang belakang menghantui mereka disebabkan oleh kegemaran mereka untuk bergunjing atau membicarakan aib orang lain. Continue reading Review: Ghibah (2021)

Review: The Empty Man (2020)

Dengan naskah cerita yang ditulis dan diarahkan oleh David Prior berdasarkan seri komik rilisan Boom! Studios yang berjudul sama, The Empty Man memulai pengisahannya ketika seorang mantan polisi, James Lasombra (James Badge Dale), berusaha membantu temannya, Nora Quail (Marin Ireland), untuk menemukan puterinya, Amanda Quail (Sasha Frolova), yang diduga telah melarikan diri. Pencarian yang dilakukan oleh James Lasombra lantas mempertemukan dirinya dengan salah seorang sahabat Amanda Quail, Davara Walsh (Samantha Logan), yang lantas mengungkapkan bahwa menghilangnya Amanda Quail berkaitan dengan ritual pemanggilan sosok legenda misterius yang dikenal dengan sebutan The Empty Man yang dilakukan oleh dirinya bersama dengan Amanda Quail serta beberapa teman mereka lainnya. Berdasarkan penuturan Davara Walsh, sosok The Empty Man akan dapat didengar keberadaannya satu hari setelah ritual pemanggilan, akan dapat dilihat setelah dua hari setelah ritual pemanggilan, dan akan datang tiga hari setelah ritual pemanggilan. James Lasombra, tentunya, tidak percaya begitu saja dengan keberadaan legenda tersebut. Namun, setelah Davara Walsh dan teman-temannya ditemukan tewas keesokan harinya, James Lasombra sadar bahwa ada kekuatan mistis yang sedang mengintainya. Continue reading Review: The Empty Man (2020)

Review: Pig (2021)

Dalam Pig, Nicolas Cage berperan sebagai Robin Feld, seorang mantan juru masak yang setelah kematian istrinya, Lorelai Feld (Cassandra Violet), memilih untuk mengasingkan diri dan tinggal di pedalaman belantara bersama dengan babi peliharaannya. Sial, suatu malam, sekawanan pencuri memasuki kediamannya dan mencuri babi tersebut. Tidak berdiam diri, Robin Feld lantas mencari tahu siapa dalang dibalik pencurian tersebut dan, tentu saja, berusaha untuk merebut kembali babi yang kini telah menjadi teman yang mengisi kesendirian dalam keseharian hidupnya. Merasa familiar karena premis film ini terdengar seperti versi alternatif dari John Wick (Chad Stahelski, 2014) yang dibintangi Keanu Reeves? WellPig mungkin memiliki kesan penuturan yang serupa tetapi dengan sosok anjing yang hilang kini digantikan oleh seekor babi. Namun, jika John Wick menerapkan elemen aksi yang brutal sebagai barisan tantangan yang harus dilalui oleh sosok protagonisnya, Pig justru mengupas lapisan-lapisan kisahnya sebagai proses meditasi bagi sang karakter utama. Tanpa adegan aksi. Tanpa adegan berdarah. Continue reading Review: Pig (2021)