Tag Archives: Margot Robbie

Review: The Suicide Squad (2021)

Masih ingat dengan Suicide Squad (David Ayer, 2016)? Well… mungkin cukup bijaksana memilih untuk melupakan berbagai hal buruk yang menyangkut penampilan Jared Leto sebagai Joker ataupun kualitas buruk secara keseluruhan yang ditampilkan oleh film ketiga dalam seri DC Extended Universe tersebut. Namun, dengan raihan komersial sebesar lebih dari US$700 juta di sepanjang masa rilisnya – dan penghargaan Best Makeup and Hairstyling dari ajang The 89th Annual Academy AwardsWarner Bros. Pictures tentu memiliki sejuta alasan untuk mengenyampingkan berbagai reaksi negatif yang datang dari sejumlah kritikus maupun penonton dan kembali memproduksi versi teranyar dari Suicide Squad. James Gunn (Guardians of the Galaxy Vol. 2, 2017) kemudian dipilih untuk duduk di kursi penyutradaraan sekaligus menjadi penulis naskah bagi The Suicide Squad – judul yang diberikan bagi film yang dimaksudkan menjadi standalone sequel bagi Suicide Squad. Menghadirkan beberapa karakter serta pemeran baru dan memadukannya dengan nada pengisahan khas Gunn yang brutal namun menyenangkan, The Suicide Squad tidak mampu menjadi penyetel ulang kualitas linimasa penceritaan seri Suicide Squad namun juga berhasil tampil sebagai salah satu film terbaik bagi DC Extended Universe. Continue reading Review: The Suicide Squad (2021)

Review: Birds of Prey and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn (2020)

Masih ingat ketika DC Extended Universe memperkenalkan Jared Leto sebagai pemeran terbaru dari karakter antagonis ikonik Joker lewat Suicide Squad (David Ayer, 2016) namun dunia malah kemudian terpesona dengan penampilan apik Margot Robbie yang berperan sebagai sosok karakter kekasih dari Joker yang bernama Harley Quinn? Well… keberhasilan Harley Quinn untuk mencuri perhatian – dan kepopuleran nama Robbie yang terus menanjak di Hollywood – memberikan ide bagi Warner Bros. Pictures dan DC Films untuk memproduksi sebuah film sempalan bagi Suicide Squad yang menjadikan Harley Quinn sebagai bintang utama dari film tersebut. Selain memberikan porsi pengisahan yang lebih luas bagi karakter Harley Quinn, film berjudul Birds of Prey and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn, atau mungkin akan lebih mudah untuk menyebutnya sebagai Birds of Prey, yang diarahkan oleh Cathy Yan (Dead Pigs, 2018) ini juga akan memperkenalkan sejumlah karakter perempuan krusial lainnya yang jelas memiliki potensi untuk mendapatkan pengembangan cerita lebih lanjut jika Birds of Prey mendapatkan tanggapan yang memuaskan dari para penonton. Continue reading Review: Birds of Prey and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn (2020)

The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

Banyak catatan menarik dari pengumuman nominasi The 92nd Annual Academy Awards. Joker (Todd Phillips, 2019) berhasil melampaui ekspektasi banyak pihak dengan raihan sebelas nominasi termasuk di kategori Best Picture, Best Director, Best Actor in a Leading Role untuk penampilan prima Joaquin Phoenix, dan Best Adapted Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis Phillips bersama dengan Scott Silver. Raihan sebelas nominasi tersebut juga tidak hanya menjadikan Joker sebagai film peraih nominasi terbanyak di ajang penghargaan Academy Awards kali ini namun juga menjadikannya sebagai film hasil adaptasi komik tersukses di sepanjang sejarah pelaksanaan ajang penghargaan insan film paling prestisius di Amerika Serikat (dunia?) tersebut. Kesuksesan Joker diikuti oleh 1917 (Sam Mendes, 2019), The Irishman (Martin Scorsese, 2019), dan Once Upon a Time in… Hollywood (Quentin Tarantino, 2019) yang sama-sama meraih sepuluh nominasi. Ketiga film tersebut juga akan bersaing bersama dengan Joker serta Ford v Ferrari (James Mangold, 2019), Jojo Rabbit (Taika Waititi, 2019), Little Women (Greta Gerwig, 2019), Marriage Story (Noah Baumbach, 2019), dan Parasite (Bong Joon-ho, 2019) untuk memperebutkan gelar Best Picture. Continue reading The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

Review: Bombshell (2019)

Pada Juli 2016, industri media Amerika Serikat dihebohkan dengan kabar tuntutan hukum yang diajukan kepada pemimpin Fox News, Roger Ailes, oleh salah satu mantan pembawa acara beritanya, Gretchen Carlson, dengan tuduhan bahwa Ailes melakukan tindak pemecatan kepada Carlson karena dirinya menolak untuk berhubungan seksual dengan Ailes. Dengan kapasitas Fox News sebagai salah satu media konservatif terbesar dan paling berpengaruh di Amerika Serikat, berita tersebut terus bergulir dan menimbulkan banyak dugaan tindakan pelecehan seksual lain yang terjadi di perusahaan tersebut terhadap para karyawan perempuannya. Sejumlah perempuan, baik yang sedang maupun pernah bekerja di Fox News, kemudian memberikan kesaksian tambahan atas keberadaan tindakan pelecehan seksual yang tidak hanya dilakukan oleh Ailes namun juga oleh beberapa petinggi Fox News lainnya. Ketika Megyn Kelly – yang merupakan pembawa acara perempuan Fox News paling popular – turut memperkuat tuduhan kepada Ailes, posisi Ailes sebagai pimpinan Fox News serta tokoh yang disegani di industri media Amerika Serikat segera jatuh dan tak lagi terselamatkan. Continue reading Review: Bombshell (2019)

The 20 Best Movie Performances of 2019

What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.

Berikut adalah dua puluh penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2019, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis.

Continue reading The 20 Best Movie Performances of 2019

Review: Once Upon a Time in… Hollywood (2019)

Bahkan semenjak merilis film layar lebar pertama yang diarahkannya, Reservoir Dogs (1992), Hollywood beserta seluruh isi dan pemujanya telah mengetahui bahwa Quentin Tarantino memiliki caranya sendiri untuk menyampaikan setiap kisah yang ingin diceritakannya. Pilihan untuk menggunakan barisan dialog yang cenderung padat, adegan bernuansa kekerasan yang dieksekusi dengan kesan yang begitu nyata, struktur cerita yang seringkali jauh dari kesan teratur, hingga penggunaan lagu-lagu yang banyak berasal dari era ‘60an hingga ‘70an untuk mengisi banyak adegan filmnya memang membuat film-film arahan Tarantino tidak mudah diakses oleh kalangan penikmat film dalam skala yang lebih besar. Namun, di saat yang bersamaan, kejeniusan Tarantino dalam menggarap setiap filmnya telah membuat berbagai elemen pengisahan yang cenderung tidak biasa tersebut menjadi sebuah ciri khas yang mendorong nama Tarantino untuk dikenal sebagai salah satu sutradara dengan filmografi paling mengesankan di Hollywood. Well… kualitas filmografi yang mengesankan tersebut semakin solid dengan kehadiran film terbarunya, Once Upon a Time in… Hollywood. Continue reading Review: Once Upon a Time in… Hollywood (2019)

The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Film arahan Guillermo del Toro, The Shape of Water, menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak pada ajang The 90th Annual Academy Awards. Film tersebut mendapatkan nominasi di 13 kategori termasuk Best Picture, Best Director, Best Actress in a Leading Role untuk Sally Hawkins serta Best Original Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis oleh del Toro bersama dengan Vanessa Taylor. Bersaing bersama The Shape of Water di kategori Best Picture adalah Call Me by Your Name (Luca Guadagnino, 2017), Darkest Hour (Joe Wright, 2017), Dunkirk (Christopher Nolan, 2017), Get Out (Jordan Peele, 2017), Lady Bird (Greta Gerwig, 2017), Phantom Thread (Paul Thomas Anderson, 2017), The Post (Steven Spielberg, 2017), dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (Martin McDonagh, 2017). Nolan, Peele, Gerwig, dan Anderson juga berhasil mendapatkan nominasi di kategori Best Director bersama dengan del Toro. Continue reading The 90th Annual Academy Awards Nominations List

The 20 Best Movie Performances of 2017

What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.

Berikut adalah dua puluh – well… dua puluh lima, untuk tepatnya – penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2017, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis. Continue reading The 20 Best Movie Performances of 2017

Review: Focus (2015)

focus-posterDengan kemampuan akting dan daya tariknya yang demikian memikat, Will Smith pernah menjadi bintang terbesar di Hollywood. Film-film yang ia bintangi seperti Independence Day (1996), Men in Black (1997), Hitch (2007) dan Hancock (2008) berhasil meraih kesuksesan komersial luar biasa dan meraup pendapatan lebih dari US$500 juta selama masa edarnya di seluruh dunia. Tidak hanya itu, Smith juga mampu mengimbangi kesuksesan komersialnya dengan kesuksesan artistik ketika ia berhasil meraih nominasi Best Actor in a Leading Role di ajang Academy Awards untuk perannya di film Ali (2001) dan The Pursuit of Happyness (2006). Namun, layaknya sebuah roda yang berputar, peruntungan Smith mulai menemui masa terjal. Dimulai dengan Seven Pounds (2008) yang gagal baik secara komersial maupun kritikal, film-film lain yang dibintangi Smith seperti Men in Black 3 (2012), After Earth (2013) dan Winter’s Tale (2014) turut menemui nasib yang tidak lebih baik daripada Seven Pounds. Ketidakberuntungan secara beruntun itulah yang kemudian menyebabkan banyak pihak kini memandang Smith sebagai aktor yang tidak lagi relevan di Hollywood.

Namun Hollywood selalu dipenuhi oleh kisah para petarung yang tidak akan pernah berhenti berjuang demi harga dirinya. Dan jika ada satu film yang akan mampu meremajakan kembali karir Smith yang telah melesu maka film itu adalah Focus. Film arahan duo Glenn Ficarra dan John Requa (Crazy, Stupid, Love., 2011) ini adalah sebuah film drama komedi romansa yang mampu mendayagunakan daya tarik dan kemampuan komikal Smith sebagai seorang aktor secara maksimal. Tidak seperti empat film terakhirnya dimana Smith terlihat setengah hati dalam menghidupkan karakter yang ia perankan, Smith yang hadir dalam Focus terlihat sebagai seorang aktor yang mencoba membuktikan kembali kemampuan dirinya… dan berhasil. Perannya sebagai seorang pencopet dan penipu lihai bernama Nicky Spurgeon mampu disajikan dengan begitu matang, dan benar-benar hidup.

Oh. Hal lain yang jelas mendukung kesuksesan penceritaan Focus jelas adalah kualitas penulisan naskah cerita Ficarra dan Requa yang benar-benar cerdik. Berkisah mengenai kehidupan komplotan para penipu yang mencari penghidupan mereka dengan mencopet di jalanan – plus dengan beberapa plot romansa di beberapa bagiannya, Ficarra dan Requa mampu memberikan apa yang diinginkan penonton dari film-film sejenis. Dalam penceritaannya, Focus membawa para penontonnya untuk mengenal berbagai trik penipuan yang dapat berlangsung di jalanan. Dikemas secara komikal, kejutan demi kejutan yang dikemas dengan baik oleh kedua sutradara film ini akan berhasil memberikan hiburan tersendiri bagi para penontonnya.

Focus sendiri tidak lepas dari beberapa kelemahan. Sebagai sebuah film yang berjudul Focus, Ficarra dan Requa seringkali terasa kehilangan fokus mereka dalam bercerita akibat terlalu… errr… berfokus dalam penyajian kejutan dalam cerita. Kejutan yang awalnya terasa segar di setengah bagian awal penceritaan secara perlahan mulai terasa menjemukan pada beberapa bagian akhir. Beberapa plot penceritaan juga kurang mampu terasah dengan baik, khususnya di bagian pengisahan mengenai karakter Nicky Spurgeon dan Jess Barrett (Margot Robbie) dalam menjalani kehidupan baru mereka di paruh kedua penceritaan. Belum lagi dalam hal pengaturan ritme penceritaan yang kadang terasa berbenturan antara berusaha menjadi sebuah film romansa atau film tentang kehidupan para penipu jalanan. Pengarahan cerita Ficarra dan Requa benar-benar melemah meskipun akhirnya mampu dibangkitkan kembali di penghujung bagian ketiga penceritaan.

Berbicara mengenai Margot Robbie, Focus juga mampu tampil demikian memikat berkat chemistry yang demikian erat antara Smith dan Robbie. Jalinan love and hate relationship yang terjalin antara dua karakter yang mereka perankan benar-benar mampu diterjemahkan dengan sangat baik. Robbie sendiri – selepas penampilannya yang spektakuler dalam The Wolf of Wall Street (2013) – juga mampu membuktikan bahwa dirinya adalah lebih dari sekedar aktris yang hanya bermodalkan tampang saja. Penampilan dan kharisma Robbie mampu mengimbangi Smith dengan baik untuk menjadikan penonton lupa akan beberapa kelemahan yang hadir dalam penyajian cerita film ini.

Selain Smith dan Robbie, Focus juga didukung oleh penampilan solid para pengisi departemen akting lainnya – meskipun penulisan karakter yang terasa benar-benar minimalis jelas membuat kehadiran mereka terasa kurang berarti. Dari sisi teknikal film ini juga mampu dihadirkan dalam tata produksi yang kuat. Tata sinematografi yang tampil glossy serta pemilihan musik yang benar-benar menghidupkan atmosfer playful dalam jalan cerita film menjadi dua elemen teknikal paling kuat dalam film yang akan sanggup membuat penontonnya kembali menghargai kehadiran Will Smith. Welcome back, Mr. Smith! [B-]

Focus (2015)

Directed by Glenn Ficarra, John Requa Produced by Denise Di Novi Written by Glenn Ficarra, John Requa  Starring Will Smith, Margot Robbie, Rodrigo Santoro, Gerald McRaney, B. D. Wong, Robert Taylor, Dominic Fumusa, Brennan Brown, Griff Furst, Adrian Martinez, Alfred Tumbley Music by Nick Urata Cinematography Xavier Pérez Grobet Edited by Jan Kovac Production company Zaftig Films/Di Novi Pictures/Kramer & Sigman Films/Overbrook Entertainment Running time 104 minutes Country United States Language English

Review: About Time (2013)

about-time-header

Dengan film-film seperti Four Weddings and a Funeral (1994), Notting Hill (1999), Bridget Jones’ Diary (2001) dan Love Actually (2003) berada di dalam filmografinya sebagai film yang pernah ia tulis maupun arahkan, Richard Curtis jelas hidup untuk meluluhkan hati setiap penontonnya. Film terbarunya, About Time, kemungkinan besar juga akan memberikan pengaruh yang sama pada penontonnya. Dengan karakter-karakter yang diciptakan serta diarahkan begitu hangat oleh Curtis, About Time mampu memberikan sebuah perjalanan kisah romansa sekaligus drama keluarga yang manis dan mengharukan… meskipun hadir dalam penceritaan yang cenderung bertele-tele.

Continue reading Review: About Time (2013)