Masih ingat dengan Suicide Squad (David Ayer, 2016)? Well… mungkin cukup bijaksana memilih untuk melupakan berbagai hal buruk yang menyangkut penampilan Jared Leto sebagai Joker ataupun kualitas buruk secara keseluruhan yang ditampilkan oleh film ketiga dalam seri DC Extended Universe tersebut. Namun, dengan raihan komersial sebesar lebih dari US$700 juta di sepanjang masa rilisnya – dan penghargaan Best Makeup and Hairstyling dari ajang The 89th Annual Academy Awards – Warner Bros. Pictures tentu memiliki sejuta alasan untuk mengenyampingkan berbagai reaksi negatif yang datang dari sejumlah kritikus maupun penonton dan kembali memproduksi versi teranyar dari Suicide Squad. James Gunn (Guardians of the Galaxy Vol. 2, 2017) kemudian dipilih untuk duduk di kursi penyutradaraan sekaligus menjadi penulis naskah bagi The Suicide Squad – judul yang diberikan bagi film yang dimaksudkan menjadi standalone sequel bagi Suicide Squad. Menghadirkan beberapa karakter serta pemeran baru dan memadukannya dengan nada pengisahan khas Gunn yang brutal namun menyenangkan, The Suicide Squad tidak mampu menjadi penyetel ulang kualitas linimasa penceritaan seri Suicide Squad namun juga berhasil tampil sebagai salah satu film terbaik bagi DC Extended Universe. Continue reading Review: The Suicide Squad (2021)
Tag Archives: John Cena
Review: Dolittle (2020)
Setelah Doctor Dolittle (Richard Fleischer, 1967) – yang berhasil meraih sembilan nominasi, termasuk nominasi di kategori Best Picture, dari ajang The 40th Annual Academy Awards – serta Doctor Dolittle (Betty Thomas, 1998) – yang dibintangi Eddie Murphy dan mampu meraih sukses besar secara komersial sehingga dibuatkan empat film sekuelnya, Hollywood seperti masih belum akan berhenti mencoba untuk mengadaptasi seri buku Doctor Dolittle yang ditulis oleh Hugh Lofting. Kali ini, adaptasi dari seri buku cerita anak-anak popular tersebut hadir lewat Dolittle yang diarahkan oleh Stephen Gaghan (Gold, 2016) dan menampilkan Robert Downey Jr. sebagai pemeran sang karakter utama. Apakah kisah klasik petualangan Doctor Dolittle yang dapat berkomunikasi dengan hewan-hewan yang berada di sekitarnya masih mampu untuk menarik perhatian penonton yang jelas kini banyak berasal dari generasi yang berbeda? Well… Biaya produksi sebesar lebih dari US$175 juta yang dikucurkan oleh Universal Pictures mungkin berhasil menciptakan gambar-gambar dengan unsur efek visual khusus yang cukup meyakinkan. Namun, sayangnya, kualitas paparan cerita dan pengarahan Gaghan yang jauh dari mengesankan membuat Dolittle hadir menjadi presentasi film keluarga yang monoton dan begitu membosankan. Continue reading Review: Dolittle (2020)
Review: Playing with Fire (2019)
Dengan film-film seperti You Again (2010), Parental Guidance (2012), dan Paul Blart: Mall Cop 2 (2015) mengisi daftar filmografinya, sepertinya cukup mudah untuk sedikit menduga presentasi film semacam apa yang akan dihadirkan Andy Fickman lewat film terbaru arahannya, Playing with Fire. Memanfaatkan talenta akting dan kemampuan komedi dari nama-nama seperti John Cena, John Leguizamo, dan Keegan-Michael Key, Playing with Fire berkisah mengenai sekelompok pasukan pemadam kebakaran khusus yang baru saja menyelamatkan tiga orang anak, Brynn (Brianna Hildebrand), Will (Christian Convery), dan Zoey (Finley Rose Slater), yang kediamannya mengalami kebakaran ketika orangtua mereka sedang berada di luar rumah. Sial, menangani anak-anak ternyata bukanlah sebuah kemampuan yang dimiliki Jake Carson (Cena), Mark Rogers (Key), Rodrigo Torres (Leguizamo), dan Axe (Tyler Mane). Keempat anggota pasukan pemadam kebakaran khusus tersebut harus berjuang semalaman dalam menghadapi kenakalan Brynn, keisengan Will, serta tangis besar yang dikeluarkan Zoey ketika mereka harus menunggu orangtua ketiga anak tersebut untuk datang dan menjemput mereka. Continue reading Review: Playing with Fire (2019)
Review: Bumblebee (2018)
Mendapatkan gelar sebagai “film terbaik” dalam seri film Transformers mungkin bukanlah tugas yang cukup berat. Semenjak perilisan live-action perdananya pada tahun 2007 – lewat film arahan Michael Bay yang berhasil mengenalkan serta mempopulerkan nama Shia LaBeouf dan Megan Fox ke seantero dunia, seri film Transformers secara konsisten terus berhasil meraup kesuksesan komersial dalam setiap perilisannya walaupun, di saat yang bersamaan, juga secara konsisten tidak pernah mendapatkan dukungan dari para kritikus film dunia. All good things come to an end, unfortunately. Seri terakhirnya menjadi pembuktian betapa para penikmat film telah merasa jenuh dengan kualitas penceritaan seri Transformers yang cenderung monoton ketika Transformers: The Last Knight (2017) menjadi seri yang mendapatkan ulasan paling buruk sekaligus raihan pendapatan paling kecil jika dibandingkan dengan empat film Transformers yang telah dirilis sebelumnya. “Peringatan” tersebut ditanggapi serius oleh Bay dan barisan produser seri film ini. Hasilnya, penyegaran kemudian dilakukan dengan cara menghasilkan sebuah film sempalan yang tidak melibatkan Bay sebagai sutradara, jalan cerita yang lebih berfokus pada salah satu karakter Transformers, dan dengan pendekatan cerita yang juga menjauh dari tatanan a la film aksi yang penuh ledakan seperti yang selama ini dilakukan oleh Bay. And, surprise, surprise, it works! Continue reading Review: Bumblebee (2018)
Review: Daddy’s Home Two (2017)
Daddy’s Home, film komedi arahan Sean Anders yang mempertemukan kembali Mark Wahlberg dengan Will Ferrell setelah kesuksesan mereka lewat The Other Guys (Adam McKay, 2010), adalah sebuah kejutan yang cukup menyenangkan ketika dirilis menjelang liburan Natal pada tahun 2015. Meskipun tidak begitu disenangi oleh para kritikus film dunia namun dengan kekuatan humornya yang kental film tersebut mampu mendapatkan raihan komersial sebesar lebih dari US$242 juta dari biaya produksi sebesar US$69 juta. Dua tahun setelah perilisan film pertamanya, Anders, Wahlberg, dan Ferrell kembali bekerjasama untuk memproduksi sekuel Daddy’s Home yang kini juga menghadirkan penampilan akting dari John Lithgow dan Mel Gibson – bahkan dengan bujet produksi yang tidak berubah dari seri sebelumnya. Well… maybe lightning never strikes the same place twice. Dengan formula pengisahan yang relatif tidak berubah namun disajikan dengan kerangka cerita yang semakin minimalis, Daddy’s Home Two kini tampil melelahkan dan berubah menjadi sebuah sajian komedi yang kehilangan seluruh daya tariknya. Continue reading Review: Daddy’s Home Two (2017)
Review: The Wall (2017)
Dengan film-film yang memiliki tampilan efek bombastis seperti The Bourne Identity (2002), Mr. & Mrs. Smith (2005) dan Edge of Tomorrow (2014) berada di dalam filmografinya, mungkin sedikit mengherankan untuk mengetahui bahwa The Wall adalah sebuah film yang juga diarahkan oleh Doug Liman. Berbeda dengan film yang telah disebutkan sebelumnya, The Wall memiliki presentasi yang begitu sederhana: departemen akting yang hanya diisi oleh dua aktor (dan seorang pengisi suara yang tak pernah terlihat wujud fisiknya), alur kisah yang dipenuhi oleh deretan dialog antar karakter serta tampilan visual yang… well… sesuai dengan bujet produksi film ini yang “hanya” mencapai US$3 juta. Namun apakah Liman memiliki kemampuan untuk menghadirkan kualitas pengarahan yang kuat untuk film yang sederhana dan personal seperti The Wall? Continue reading Review: The Wall (2017)