Setelah sebelumnya mengembangkan film pendek Makmum menjadi film cerita panjang (Hadrah Daeng Ratu, 2019), Riza Pahlevi kembali bekerjasama dengan Vidya Talisa Ariestya untuk menggarap naskah cerita Ghibah. Juga melibatkan bantuan penulis naskah Aviv Elham (Jaga Pocong, 2018) dan sutradara Monty Tiwa (Pocong the Origin, 2019), naskah cerita Ghibah berkisah tentang sekelompok mahasiswa, Firly (Anggika Bolsterli), Arga (Verrell Bramasta), Reno (Jerry Likumahuwa), Ulfa (Arafah Rianti), Yola (Josephine Firmstone), dan Okta (Adila Fitri), yang saat ini juga bertugas untuk mengelola majalah kampus mereka. Tugas peliputan berita untuk majalah kampus yang mereka kelola menemui halangan setelah Okta secara mendadak tidak lagi dapat dihubungi atau ditemui oleh rekan-rekannya. Tidak sampai disitu, Firly dan Yola juga merasakan berbagai gangguan bernuansa mistis mulai menyelimuti keseharian mereka. Oleh pemilik kos yang mereka tempati, Mang Oppie (Opie Kumis) dan Umi Asri (Asri Welas), Firly, Ulfa, dan Okta diingatkan bahwa kejadian-kejadian buruk yang belakang menghantui mereka disebabkan oleh kegemaran mereka untuk bergunjing atau membicarakan aib orang lain. Continue reading Review: Ghibah (2021)
Tag Archives: Arafah Rianti
Review: Milly & Mamet (2018)
Jika Mira Lesmana dan Riri Riza membutuhkan waktu selama 16 tahun untuk membawa kembali Cinta dan teman-temannya untuk hadir dalam sekuel Ada Apa dengan Cinta? (Rudy Soedjarwo, 2002), Ada Apa dengan Cinta? 2 (Riza, 2016), maka tidak membutuhkan waktu begitu lama bagi Lesmana dan Riza untuk menyajikan film sempalan pertama dalam semesta pengisahan film Ada Apa dengan Cinta?, Milly & Mamet. Seperti yang dituturkan oleh judul film ini, daripada mengeksplorasi kembali kelanjutan kisah cinta antara karakter Cinta dan Rangga, film ini mengalihkan fokusnya pada hubungan asmara yang terjalin antara karakter Milly dan Mamet – yang sebelumnya telah dikenalkan pada Ada Apa dengan Cinta? 2. Milly & Mamet juga memilih nada pengisahan yang cukup berbeda dengan dua film Ada Apa Dengan Cinta? Jika kedua film tersebut hadir dengan atmosfer drama dan romansa yang kental, maka Milly & Mamet, yang diarahkan oleh Ernest Prakasa (Susah Sinyal, 2017), tampil dengan penuturan komedi yang lebih maksimal seperti yang selalu dihadirkan Prakasa dalam setiap film-filmnya. Sebuah penyegaran yang cukup menyenangkan meskipun sentuhan komedi Prakasa – seperti yang terjadi pada dua film terakhir yang ia tulis dan arahkan, Cek Toko Sebelah (2016) dan Susah Sinyal – acapkali membayangi unsur drama yang sebenarnya membutuhkan lebih banyak ruang untuk berkembang. Continue reading Review: Milly & Mamet (2018)
Review: Insya Allah Sah 2 (2018)
Sejujurnya, Insya Allah Sah (Benni Setiawan, 2017) bukanlah sebuah karya yang benar-benar buruk. Namun, terlepas dari berhasil menghadirkan beberapa momen komikal yang cukup menghibur serta penampilan yang cukup prima dari Pandji Pragiwaksono dan Titi Kamal, kebanyakan penonton mungkin akan lebih mengingat Insya Allah Sah sebagai sebuah film yang hadir dengan kualitas penceritaan yang cenderung monoton dan seorang sosok karakter utama yang begitu sukar untuk disukai dan benar-benar mengganggu. Well… Insya Allah Sah 2 kini dihadirkan untuk mencoba memperbaiki beberapa “kesalahan” yang telah diperbuat oleh seri pendahulunya – dan, tentu saja, mencoba mengulangi kembali (atau bahkan melampaui) kesuksesan komersial yang berhasil diraih Insya Allah Sah. Continue reading Review: Insya Allah Sah 2 (2018)
Review: Cek Toko Sebelah (2016)
Ernest Prakasa memang bukanlah komika pertama yang mencoba peruntungannya dalam menggali dan mengembangkan bakat mereka dalam mengarahkan sebuah film layar lebar ketika ia merilis Ngenest di tahun 2015 lalu. Namun, berbeda dengan film-film yang diarahkan rekan-rekan sepantarannya yang memiliki warna penceritaan yang lebih menyasar pada penonton muda dan remaja, Prakasa menggarap Ngenest sebagai sebuah drama komedi yang bertutur secara lebih dewasa. Film yang jalan ceritanya diadaptasi dari tiga buku yang juga ditulis oleh Prakasa tersebut kemudian berhasil meraih kesuksesan, baik mendapatkan tanggapan positif dari banyak kritikus sekaligus mampu menarik sejumlah besar penonton film Indonesia. Tak pelak lagi, kesuksesan Ngenest berhasil mendorong nama Prakasa menjadi salah satu sutradara muda baru dengan karya mendatangnya yang layak untuk dinantikan. Continue reading Review: Cek Toko Sebelah (2016)