Tag Archives: Unique Priscilla

Review: Pamali (2022)

Setelah DreadOut (2019) – yang posisinya hampir saja digantikan oleh Jailangkung: Sandekala (2022) sebagai film terburuk dalam filmografi sutradara Kimo Stamboel – kini Pamali menjadi film layar lebar teranyar yang alur pengisahannya diadaptasi dari permainan video berjudul sama. Masih membawakan warna horor, film arahan Bobby Prasetyo (Eyang Putri, 2021) ini memiliki alur pengisahan yang terasa begitu familiar bahkan jika Anda sama sekali belum pernah mendengar apapun tentang permainan videonya. Dikisahkan, pasangan muda, Jaka Sunarya (Marthino Lio) dan Rika (Putri Ayudya), mendatangi rumah peninggalan orangtua Jaka Sunarya yang sebenarnya telah cukup lama tidak dikunjungi dengan niatan untuk tinggal beberapa hari guna membersihkannya sebelum kemudian dijual. Seperti yang dapat diduga, sejak pertama kali Jaka Sunarya dan Rika menginjakkan kakinya, atmosfer kelam dan tidak menyenangkan dengan segera menyeruak dari rumah itu. Dengan kondisinya yang sedang hamil tua, Rika meminta kepada sang suami agar keduanya dapat segera meninggalkan lokasi menyeramkan tersebut. Continue reading Review: Pamali (2022)

Review: Kukira Kau Rumah (2021)

Aktor muda yang baru akan menginjak usia 21 tahun pada 16 Februari mendatang, Umay Shahab, melakukan debut pengarahan film cerita panjangnya lewat Kukira Kau Rumah – sebuah drama romansa yang naskah ceritanya ia tulis bersama dengan Monty Tiwa (Ghibah, 2021) dan Imam Salimy (Will You Marry Me, 2016) berdasarkan lirik dari lagu berjudul sama yang dibawakan oleh kelompok musik Amigdala. Linimasa pengisahannya akan memperkenalkan penonton pada seorang gadis dengan gangguan bipolar, Niskala (Prilly Latuconsina), yang merasa dirinya bagai hidup dalam kurungan kedua orangtuanya, Dedi (Kiki Narendra) dan Mella (Unique Priscilla), yang bersikap overprotektif akibat kondisi mental yang dimilikinya. Beban perasaan yang dirasakan oleh Niskala mulai terasa menghilang ketika ia berkenalan dan menjalin hubungan dengan seorang pemuda bernama Pram (Jourdy Pranata). Hubungannya dengan Pram secara perlahan mengubah sikap Niskala dalam keseharian, termasuk sikapnya terhadap teman-teman terdekatnya, Dinda (Shenina Cinnamon) dan Octavianus (Raim Laode). Continue reading Review: Kukira Kau Rumah (2021)

Review: Ghibah (2021)

Setelah sebelumnya mengembangkan film pendek Makmum menjadi film cerita panjang (Hadrah Daeng Ratu, 2019), Riza Pahlevi kembali bekerjasama dengan Vidya Talisa Ariestya untuk menggarap naskah cerita Ghibah. Juga melibatkan bantuan penulis naskah Aviv Elham (Jaga Pocong, 2018) dan sutradara Monty Tiwa (Pocong the Origin, 2019), naskah cerita Ghibah berkisah tentang sekelompok mahasiswa, Firly (Anggika Bolsterli), Arga (Verrell Bramasta), Reno (Jerry Likumahuwa), Ulfa (Arafah Rianti), Yola (Josephine Firmstone), dan Okta (Adila Fitri), yang saat ini juga bertugas untuk mengelola majalah kampus mereka. Tugas peliputan berita untuk majalah kampus yang mereka kelola menemui halangan setelah Okta secara mendadak tidak lagi dapat dihubungi atau ditemui oleh rekan-rekannya. Tidak sampai disitu, Firly dan Yola juga merasakan berbagai gangguan bernuansa mistis mulai menyelimuti keseharian mereka. Oleh pemilik kos yang mereka tempati, Mang Oppie (Opie Kumis) dan Umi Asri (Asri Welas), Firly, Ulfa, dan Okta diingatkan bahwa kejadian-kejadian buruk yang belakang menghantui mereka disebabkan oleh kegemaran mereka untuk bergunjing atau membicarakan aib orang lain. Continue reading Review: Ghibah (2021)

Review: A Perfect Fit (2021)

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh sutradara film ini, Hadrah Daeng Ratu (Makmum, 2019), bersama dengan Garin Nugroho (99 Nama Cinta, 2019), A Perfect Fit berkisah mengenai pertemuan yang tidak disengaja antara Saski (Nadya Arina), seorang penulis di bidang fesyen, dengan Rio (Refal Hady), yang secara perlahan berujung pada kedekatan antara keduanya. Padahal, Saski telah bertunangan dengan Deni Wijaya (Giorgino Abraham), seorang pemuda yang sebentar lagi akan meneruskan bisnis hotel milik ayahnya (Mathias Muchus). Di saat yang bersamaan, oleh sang ibu (Unique Priscilla), Rio juga sedang dijodohkan dengan teman masa kecilnya, Tiara (Anggika Bolsterli), yang kini telah menjelma menjadi seorang pengusaha dan turut berniat untuk mengembangkan toko sepatu yang dimiliki oleh Rio. Meskipun telah memiliki sosok lain yang akan segera mendampingi mereka dalam kehidupan pernikahan, namun baik Saski dan Rio tidak dapat membantah kenyamanan yang mereka rasakan ketika keduanya sedang bercengkrama bersama. Continue reading Review: A Perfect Fit (2021)

Review: Till Death Do Us Part (2021)

Setelah sebelumnya tampil bersama dalam drama romansa The Way I Love You (Rudi Aryanto, 2019), Rizky Nazar dan Syifa Hadju kembali saling beradu akting dalam film terbaru arahan Anggy Umbara (Sabar ini Ujian, 2020), Till Death Do Us Part. Hadju berperan sebagai Vanesha, seorang aktris yang di suatu hari mendatangi seorang jurnalis bernama Arya (Nazar) di kantor tempatnya bekerja. Tanpa disangka, begitu dirinya berhasil menemui Arya, Vanesha justru menodongkan sebuah senjata api ke arah Arya dan mengancam akan segera membunuhnya dengan alasan bahwa pemuda tersebut telah menyakiti hati dan perasaannya. Anehnya, Arya justru mengaku tidak pernah bertemu dengan Vanesha sebelumnya, sama sekali tidak mengenalnya, atau bahkan menjalin hubungan romansa dengan dirinya. Namun, Vanesha tidak ingin mendengar alasan apapun keluar dari mulut Arya. Tanpa mempedulikan rekan kerja Arya yang semakin panik, serta kedatangan polisi yang kemudian mencoba untuk menenangkan situasi tersebut, Vanesha bersiap untuk menuntaskan rasa dendamnya pada Arya. Continue reading Review: Till Death Do Us Part (2021)

Review: Wedding Proposal (2021)

Diarahkan oleh Emil Heradi (Night Bus, 2017), Wedding Proposal bercerita tentang seorang fotografer bernama Bisma (Dimas Anggara) yang telah diminta oleh kedua orangtuanya (Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan) untuk segera menikah. Kedua orangtua Bisma bahkan telah berupaya untuk melakukan perjodohan namun pemuda tersebut terus bersikeras hanya akan menikah dengan wanita yang dicintainya. Secara tidak disengaja, Bisma kemudian bertemu dengan Sissy (Sheryl Sheinafia), seorang pengelola sebuah jasa penyelenggara pernikahan yang dikenal sebagai sosok yang dingin, tangguh, dan, sayangnya, memandang sinis akan hubungan romansa. Awal pertemuan keduanya berlangsung buruk – Sissy menganggap Bisma adalah seorang fotografer amatiran yang hasil fotonya tidak layak untuk digunakan. Bisma tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan sahabatnya, Ito (Arya Saloka), Bisma mulai menyusun rencana untuk meluluhkan hati Sissy. Continue reading Review: Wedding Proposal (2021)

Review: Sunyi (2019)

In another not so necessary remake of the month – setelah Pet Sematary (Kevin Kölsch, Dennis Widmyer, 2019) yang dirilis minggu lalu, sutradara Awi Suryadi (Danur 2: Maddah, 2018) memberikan interpretasinya akan film horor asal Korea Selatan arahan Park Ki-hyung, Whispering Corridors (1998), melalui Sunyi. Dikisahkan, Alex (Angga Aldi) dan Maggie (Amanda Rawles) merupakan dua orang pelajar baru di sebuah sekolah unggulan. Bagi banyak pemuda seusianya, keberhasilan mereka untuk masuk di sebuah sekolah yang terkenal akan prestasi dan pencapaian para alumninya jelas merupakan sebuah hal yang membanggakan. Sayangnya, budaya senioritas yang ditunjukkan melalui tindakan perundungan secara disik maupun mental yang telah berlangsung secara turun temurun di lingkungan sekolah tersebut justru menjadi neraka bagi Alex dan Maggie. Tindakan perundungan tersebut begitu dirasakan oleh Alex khususnya dari tiga sahabat, Andre (Arya Vasco), Erika (Naomi Paulinda), dan Fahri (Teuku Ryzki). Namun, ketika Andre, Erika, dan Fahri memaksa Alex untuk melakukan ritual pemanggilan arwah, sebuah kesalahan fatal terjadi dan rangkaian kematian mulai menghantui sekolah tersebut. Continue reading Review: Sunyi (2019)

Review: This is Cinta (2015)

this-is-cinta-posterIt’s only February but heyit’s never too early to release the likely strong contender for the year’s worst movie, right? Dan beruntung, This is Cinta memiliki semua unsur yang akan membuat penontonnya merasa berdosa telah menghabiskan uang maupun waktu mereka guna menyaksikan film ini. Yes. It’s that bad.

Dengan naskah yang ditulis oleh Haqi Achmad (Refrain, 2013), This is Cinta bercerita mengenai seorang gadis bernama Rachel (Yuki Kato) dan seorang pemuda bernama Farel (Shawn Adrian Khulafa) yang dikisahkan telah menyukai satu sama lain semenjak mereka bersekolah di tingkat dasar namun kemudian terpisah ketika keluarga Rachel membawa gadis tersebut ke luar negeri. Meskipun terpisah dan sama sekali tidak pernah berkomunikasi satu sama lain, rasa suka antara keduanya tidak pernah menghilang dan justru terus menguat. Dua belas tahun kemudian, Rachel akhirnya kembali ke Indonesia. Tentu saja, Rachel dengan segera mencari dimana keberadaan Farel. Sayang, hubungan antara Rachel dan Farel kini terhambat oleh perjodohan yang dibentuk oleh Mama Rachel (Aida Nurmala) dengan anak dari sahabatnya, Nico (Fandy Christian).

Ada begitu banyak masalah dalam presentasi cerita This is Cinta. Yang pertama, dan mungkin sumber utama masalah terbesar bagi film ini, adalah naskah ceritanya. This is Cinta sebenarnya menawarkan garis penceritaan yang familiar dan jelas telah diramu oleh banyak film sejenis sebelumnya. Namun, ramuan Haqi Achmad untuk film ini terasa lemah di begitu banyak bagiannya – mulai dari penulisan dialog, karakter-karakter pendukung yang hadir tanpa porsi penceritaan yang jelas hingga motif dari beberapa karakter yang gagal untuk dikembangkan dengan baik. Lihat saja bagian dimana Mama Rachel digambarkan begitu membenci hubungan persahabatan antara anaknya dengan Farel tanpa penyebab yang pasti atau bagaimana karakter Nico tiba-tiba digambarkan menjadi sosok psikopat yang mampu menculik gadis idamannya atau ketika karakter Sasha (Fahira Alidrus) yang begitu menyukai Farel hadir di banyak adegan tanpa pernah dilibatkan atau serasa berguna dalam adegan tersebut. Terasa begitu konyol dan sangat, sangat menggelikan.

Tidak berhenti sampai disitu. Naskah cerita This is Cinta juga beberapa kali mengalami perubahan nada cerita pada paruh kedua dan ketiganya. Selain perubahan dari pengisahan drama romansa menjadi thriller ketika adegan karakter Nico digambarkan menculik dan menyekap Rachel, film ini juga berubah menjadi drama supranatural ketika jiwa dari karakter Rachel digambarkan terperangkap di dunia arwah dan tak mampu kembali lagi ke dunia nyata. Usaha yang sepertinya ingin meniru Just Like Heaven (Mark Waters, 2005) atau The Lovely Bones (Peter Jackson, 2009) namun sekali lagi berakhir sangat mamalukan akibat penulisan yang sangat lemah. Perubahan nada-nada penceritaan yang seringkali hadir secara tiba-tiba inilah yang membuat naskah cerita This is Cinta semakin terpuruk seiring dengan berjalannya durasi penceritaan film ini.

Pengarahan dari Sony Gaokasak (Bidadari-Bidadari Surga, 2012) juga jelas sama sekali tidak membantu. Sony terasa mengarahkan jalan cerita This is Cinta dengan tanpa adanya dorongan semangat sama sekali. This is Cinta akhirnya berjalan dengan ritme penceritaan yang berantakan dan datar dalam penyampaian emosionalnya. Keputusan Sony untuk menghadirkan gambar-gambar indah bagi This is Cinta memang cukup sesuai dengan mood penceritaan bagi film-film sejenis. Sayangnya, naskah penceritaan dan pengarahan yang demikian buruk telah mendorong kualitas This is Cinta untuk jatuh sedemikian dalam. Begitu pula dengan arahan musik dari Andhika Triyadi yang menampilkan tatanan musik khas film drama romansa Indonesia sejenis: berusaha (memaksa?) untuk menyentuh sanubari penonton dengan susunan musik orkestra di banyak adegan film.

Dari departemen akting, hampir seluruh jajaran pemeran film ini tampil lugas dalam menghidupkan karakter yang mereka perankan. Hampir, karena pemeran utama pria dalam film ini, Shawn Adrian Khulafa, sama sekali tidak berakting dalam film ini. Dan mengingat bahwa ia merupakan pemeran utama yang tampil hampir di setiap adegan maka ketidakmampuan Shawn jelas menjadi sebuah lubang yang sangat besar lainnya bagi kualitas film. Di sepanjang penceritaan film, Shawn Adrian Khulafa tampil dengan mimik wajah dan pengucapan dialog yang sangat, sangat datar. Mungkin Shawn berniat menampilkan sosok karakternya seperti karakter… let’s say… Edward Cullen dalam seri The Twilight Saga (2008 – 2012). Namun bahkan sosok pria yang telah bangkit dari kematiannya saja akan memiliki ekspresi wajah yang berbeda ketika ia baru saja mengalami kecelakaan dan kemudian lari kesana-kemari di rumah sakit untuk mencari tahu keadaan sang kekasih yang juga terlibat kecelakaan tersebut. Shawn Adrian Khulafa? Tidak. Tampil tetap dengan wajah datarnya yang sangat mengesalkan. Dan oh… Suara Shawn juga tampil sama datarnya ketika berduet dengan Yuki Kato dalam menyanyikan lagu tema film yang berjudul This is Cinta. Ouch.

Pemeran lain tampil tidak begitu mengecewakan. Yuki Kato cukup lugas dalam memerankan Rachel. She’s a good actress. Sayang Yuki seringkali terjebak dalam film-film berkualitas buruk atau medioker. Ari Wibowo dan Unique Priscilla tampil lumayan dalam peran yang begitu terbatas. Begitu pula dengan Fandy Christian dan Sasha Alidrus. Sementara itu, Aida Nurmala seringkali terlihat berlebihan dalam menterjemahkan karakternya sebagai seorang ibu yang overprotective terhadap anaknya. But wellthis movie probably deserves that kind of overacting and half-hearted performance. [E]

This is Cinta (2015)

Directed by Sony Gaokasak Produced by Fiaz Servia Written by Haqi Achmad Starring Yuki Kato, Shawn Adrian Khulafa, Unique Priscilla, Ari Wibowo, Aida Nurmala, Fandy Christian, Sandrinna Skornicki, Alwi Assegaf, Richelle Skornicki, Fahira Alidrus, Indra Bekti, Yuka Idol, Yama Carlos, Joe Richard, Joshua Pandelaki, Monica Oemardi, Emmie Lemu, McDanny, Uus, Mosidik, Faradilla Yoshi Music by Andhika Triyadi Cinematography Hani Pradigya Edited by Cesa David Luckmansyah Studio Starvision Running time 88 minutes Country Indonesia Language Indonesian