Review: Kalian Pantas Mati (2022)


Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Alim Sudio (Miracle in Cell No. 7, 2022) berdasarkan film horor asal Korea Selatan yang berjudul Mourning Grave (Oh In-chun, 2014), Kalian Pantas Mati bercerita tentang kehidupan seorang pemuda bernama Rakka (Emir Mahira) yang dianugerahi kemampuan untuk berkomunikasi dengan para roh dari orang-orang yang telah meninggal namun masih bergentayangan di sekitaran manusia. Biasanya, para roh tersebut mencoba berkomunikasi untuk meminta bantuan Rakka dalam menyelesaikan masalah-masalah mereka yang belum selesai di dunia. Tidak heran, ketika sesosok hantu cantik yang mengaku sama sekali tidak mengingat nama maupun siapa dirinya (Zee JKT48) datang menghampirinya, Rakka menduga sang hantu juga akan meminta bantuannya. Namun, sang hantu ternyata hanya ingin menemani Rakka karena merasa kesepian dengan kehidupannya sebagai hantu. Di saat yang bersamaan, beberapa anak di tempat Rakka bersekolah menghilang secara misterius. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Rakka mulai mencari tahu tentang misteri kelam yang sedang menyelimuti sekolahnya.

Meskipun mengikuti dengan patuh alur pengisahan yang telah diterapkan oleh film yang menjadi inspirasi ceritanya, Kalian Pantas Mati mampu menghadirkan bangunan kisah yang lebih solid dari Mourning Grave. Di tangan Sudio dan sutradara Ginanti Rona – yang setelah Midnight Show (2016) kini kembali memamerkan kemampuannya untuk menyajikan garapan horor dengan elemen tampilan brutal nan berdarah-darah – paparan akan kisah perundungan yang ingin ditonjolkan linimasa penceritaan film tampil kuat dan maksimal. Karakterisasi yang diberikan pada barisan karakter pelaku perundungan memang berkesan satu dimensi – jika tidak ingin menyebutnya sebagai dangkal. Kesan ini juga dapat dirasakan dari olahan akan kisah perundungan yang melibatkan karakter-karakter guru di sekolah tempat terjadinya peristiwa perundungan. Namun Sudio dan Rona mampu memanfaatkan kehadiran tiap karakter tersebut menjadi sumber teror sekaligus horor yang meyakinkan bagi alur cerita Kalian Pantas Mati. Capaian yang mungkin akan membuat setiap penonton bergumam “pantas” pada setiap aksi mematikan yang kemudian terjadi pada karakter-karakter tersebut.

Tingkat kebrutalan cerita yang dihadirkan Kalian Pantas Mati memang berhasil memberikan daya tarik tersendiri. Meskipun begitu, momen-momen terbaik dalam film ini justru hadir ketika alur kisahnya mengeksplorasi perjalanan cerita akan hubungan yang terbentuk antara karakter Rakka dan sang gadis hantu cantik – yang tabir identitasnya justru telah dibuka lebih dahulu oleh berbagai konten yang diproduksi untuk mempromosikan film ini. Didorong chemistry hangat yang terbentuk antara Mahira dan Zee, galian akan hubungan yang terbentuk antara kedua karakter yang mereka perankan membentuk banyak momen manis yang terasa begitu menyenangkan untuk diikuti. Lihat saja adegan ketika karakter sang gadis hantu cantik yang berjalan keluar dari bus dan kemudian dipayungi oleh karakter Rakka untuk melindunginya dari hujan yang sedang turun. Momen manis yang jelas kental dengan atmosfer drama komedi romansa buatan sineas Korea Selatan.

Kuatnya elemen komedi romansa – yang selain dibentuk oleh chemistry antara Mahira dan Zee juga diperkuat oleh tata musik garapan Ricky Lionardi yang mengiringi sejumlah adegan dengan komposisi musik bernuansakan komedi – bahkan sering membayangi elemen misteri maupun horor dalam penuturan Kalian Pantas Mati. Hal ini yang kemudian membuat paruh akhir film terasa hambar. Tidak ada lagi kisah yang berfokus pada hubungan antara karakter Rakka dengan karakter sang gadis hantu cantik, berubah menjadi presentasi brutal yang terasa mencoba mengakumulasikan adegan-adegan brutal yang telah hadir sebelumnya. Garapan produksi yang apik memang membuat presentasi bersimbah darah tersebut mampu memberikan faktor kejutan dan kengerian yang kuat. Sayangnya, kemunculannya yang mengandung terlalu banyak unsur “tiba-tiba” ataupun penjelasan akan sebuah kejadian membuat paruh cerita ini tampil dipaksakan demi menyelesaikan seluruh konflik secara sekaligus.

Pilihan Rona untuk mengisi barisan pemerannya dengan wajah-wajah muda memang terasa menyegarkan. Beberapa dari penampil tersebut memang masih hadir dengan kapasitas akting yang goyah di sejumlah bagian. Beberapa diantaranya, seperti Angel Sianturi, cukup mampu menyita perhatian. Dalam debut akting layar lebarnya, Zee juga tidak mengecewakan. Ia bahkan mampu bersinar di sejumlah adegan dengan kharismanya yang sangat mudah untuk disukai. Dengan jam terbang yang lebih banyak dibandingkan dengan para pemeran lainnya, Mahira, tentu saja, mampu hadir dengan kelas aktingnya tersendiri. Merupakan penampilan di film layar lebar perdananya setelah menjadi pendukung bagi film Soekarno (Hanung Bramantyo, 2013), Mahira tampil lugas dan meyakinkan dalam setiap kesempatan. Mungkin menjadi awalan bagi tahapan baru dalam karir akting Mahira yang jelas akan semakin terus menanjak.

popcornpopcornpopcornpopcorn2popcorn2

kalian-pantas-mati-emir-mahira-zee-jkt48-movie-posterKalian Pantas Mati (2022)

Directed by Ginanti Rona Produced by Robert Ronny Written by Alim Sudio (screenplay), Lee Jong-ho (original screenplay, Mourning Grave) Starring Emir Mahira, Zee JKT48, Andrew Barrett, Angel Sianturi, Iszur Muchtar, Randhika Djamil, Kezia Caroline, Shatora Narajan, Farandika, Chelcy Clarissa, Gaby Warouw, Neysa Chandria, Jenny Zhang, Ariyo Wahab, Joshua Rundengan, Nelly Sukma, Udin Bhakti, Bernadette Bonita, Kameo Lova, Citra Ambasari, Kake Dharmawan, Robby Bombom, Graciella Abigail, Kemas Keizio, Ghaza Alhabsy Music by Ricky Lionardi Cinematography Padri Nadeak Edited by Wawan I. Wibowo Production company Ideosource Entertainment/Newko Global Entertainment/Paragon Pictures/Anami Films/IDS/WME Independent Running time 106 minutes Country Indonesia Language Indonesian

Leave a Reply