Setelah DreadOut (2019) – yang posisinya hampir saja digantikan oleh Jailangkung: Sandekala (2022) sebagai film terburuk dalam filmografi sutradara Kimo Stamboel – kini Pamali menjadi film layar lebar teranyar yang alur pengisahannya diadaptasi dari permainan video berjudul sama. Masih membawakan warna horor, film arahan Bobby Prasetyo (Eyang Putri, 2021) ini memiliki alur pengisahan yang terasa begitu familiar bahkan jika Anda sama sekali belum pernah mendengar apapun tentang permainan videonya. Dikisahkan, pasangan muda, Jaka Sunarya (Marthino Lio) dan Rika (Putri Ayudya), mendatangi rumah peninggalan orangtua Jaka Sunarya yang sebenarnya telah cukup lama tidak dikunjungi dengan niatan untuk tinggal beberapa hari guna membersihkannya sebelum kemudian dijual. Seperti yang dapat diduga, sejak pertama kali Jaka Sunarya dan Rika menginjakkan kakinya, atmosfer kelam dan tidak menyenangkan dengan segera menyeruak dari rumah itu. Dengan kondisinya yang sedang hamil tua, Rika meminta kepada sang suami agar keduanya dapat segera meninggalkan lokasi menyeramkan tersebut.
Naskah cerita Pamali yang ditulis oleh Evelyn Afnila (Keluarga Tak Kasat Mata, 2017) tidak hanya memusatkan fokus cerita pada konflik yang dialami oleh pasangan karakter Jaka Sunarya dan Rika. Dalam sejumlah bagiannya, penceritaan film menghadirkan adegan kilas balik akan kehidupan karakter kakak dari Jaka Sunarya, Nenden Sunarya (Taskya Namya), yang dikisahkan kehilangan suaminya ketika tinggal di rumah tersebut di masa lampau dan lantas menjadi potongan kisah akan penyebab berbagai hal misterius terjadi pada pasangan karakter Jaka Sunarya dan Rika di masa sekarang. Usaha Prasetyo dan Afnila untuk mengalirkan dan menyeimbangkan penuturan dua cerita yang berasal dari dua linimasa yang berbeda ini cukup mampu memberikan nyawa bagi pengisahan Pamali, baik melalui pengembangan konflik yang terjadi pada tiap karakter maupun penataan teknis transisi dari satu linimasa cerita ke linimasa cerita yang lain.
Di saat yang bersamaan, konsep penuturan cerita yang dibawakan oleh film ini tidak pernah mampu berkembang secara matang akibat naskah cerita garapan Afnila yang begitu kebingungan untuk mengolah ide-ide yang sebelumnya telah terlontar. Mencoba memberikan singgungan terhadap tema yang dibawakan judulnya, alur cerita film menghadirkan beberapa karakter yang melakukan pelanggaran terhadap sejumlah pantangan. Namun, linimasa cerita Pamali kemudian tidak pernah mampu memberikan talian apakah berbagai misteri yang terjadi berhubungan dengan aksi pelanggaran pantangan tersebut. Elemen cerita bernuansa kultural tersebut kemudian menghilang begitu saja tanpa pernah diberikan pengembangan yang berarti. Kaitan antara teror yang dialami oleh karakter Jaka Sunarya dan Rika dengan kisah kelam dari masa lalu keluarganya juga tergarap lemah yang kemudian secara perlahan mengarah kepada kemasan konklusi cerita yang sama lemahnya pula.
Arahan Prasetyo juga berada dalam kualitas pengarahan horor yang seadanya. Dalam banyak kesempatan, Prasetyo cenderung memilih untuk memberikan pemaparan cerita yang berkesan lamban untuk menciptakan tatanan horor yang berkesan atmosferik. Tanpa keberadaan dukungan cerita yang kuat, tata cerita tersebut justru membuat Pamali menjadi tertatih sekaligus hampa. Beruntung, Prasetyo memiliki barisan pengisi departemen akting yang mampu memberikan penampilan yang solid. Terlepas dari mediokernya galian karakter maupun adegan-adegan horor yang diniatkan untuk menghadirkan lonjakan ketajutan yang muncul dalam naskah cerita, Lio, Ayudya, Namya, Rukman Rosadi, Unique Priscilla, dan Fajar Nugra – yang selalu berhasil mencuri perhatian – hadir dalam kapasitas akting yang membuat karakter-karakter yang mereka perankan terasa hidup dan mudah untuk disukai. Meskipun bukanlah sebuah presentasi cerita yang benar-benar buruk, Pamali terasa kehilangan kesempatan untuk mengolah berbagai potensi yang dimilikinya.
Pamali (2022)
Directed by Bobby Prasetyo Produced by Andi Suryanto, Wida Handoyo, Willy Suryanto Written by Evelyn Afnilia Starring Marthino Lio, Putri Ayudya, Taskya Namya, Unique Priscilla, Rukman Rosadi, Fajar Nugra, Iang Darmawan, Inayma, Jordan Omar Music by Ricky Lionardi Cinematography Yudi Datau Edited by Bobby Prabowo Production company Lyto Pictures Running time 99 minutes Country Indonesia Language Indonesian