Tag Archives: Dimas Anggara

Review: Inang (2022)

Di tengah gempuran horor yang mengisi layar bioskop di tanah air, cukup menyenangkan untuk menyaksikan Inang. Menjadi presentasi horor pertama yang diarahkan oleh Fajar Nugros (Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama, 2022), Inang bukanlah sajian yang komposisi utama ceritanya hanya berniat untuk mengagetkan atau menakut-nakuti penontonnya. Adegan-adegan teror tersebut masih ada, namun kengerian yang ditonjolkan dalam film ini lebih banyak berasal dari paduan akan eksplorasi yang dilakukan Nugros serta penulis naskah Deo Mahameru terhadap tata pengisahan folk horror yang menggunakan kepercayaan atau mitos masyarakat dalam membangun ketegangan cerita dengan teror psikologis yang datang dari atmosfer kesunyian yang mampu diciptakan mencekam serta penampilan efektif para jajaran pemeran film. Kombinasi yang mampu menyokong Inang menjadi salah satu sajian horor terbaik tahun ini. Continue reading Review: Inang (2022)

Review: Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama (2022)

Film terbaru arahan Fajar Nugros (Yowis Ben II, 2019), Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama, dibuka dengan barisan tulisan yang menarasikan bagaimana kelompok lawak Srimulat dibentuk pada tahun 1950 oleh sosok Teguh Slamet Rahardjo bersama dengan istrinya, Raden Ayu Srimulat – yang sekaligus menjadi inspirasi bagi nama kelompok lawak yang berasal dari Solo, Jawa Tengah tersebut. Jangan berharap narasi perkenalan tersebut lantas menjadi pembuka bagi runutan kisah jatuh bangun kelompok lawak Srimulat dalam usaha untuk bertahan sekaligus membesarkan namanya. Lewat naskah cerita yang ditulisnya sendiri, Nugros memilih untuk menjauh dari penggunaan formula familiar pengisahan biopik dengan menghantarkan sederetan “reka ulang” guyonan khas kelompok lawak Srimulat guna mendorong pergerakan cerita sekaligus memperkenalkan dan menggali karakterisasi dari setiap peran yang muncul dalam linimasa cerita film ini. Pilihan penceritaan yang berani… namun tidak tanpa masalah maupun dampak negatif tersendiri. Continue reading Review: Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama (2022)

Review: Notebook (2021)

Dimas Anggara dan Amanda Rawles kembali tampil bersama untuk film Notebook yang menandai debut pengarahan film cerita panjang layar lebar bagi Karsono Hadi yang sebelumnya dikenal sebagai penata gambar bagi film-film seperti Tjoet Nja’ Dhien (Eros Djarot, 1988), Taksi (Arifin C. Noer, 1991), dan Bibir Mer (Noer, 1992) yang memenangkannya sebuah Piala Citra untuk kategori Penata Gambar Terbaik di Festival Film Indonesia 1992. Hadi juga berhasil meraih nominasi di kategori Penulis Skenario Terbaik dari ajang Festival Film Indonesia 2004 untuk film Marsinah: Cry Justice (Slamet Rahardjo Djarot, 2001). Untuk Notebook sendiri, Hadi mengarahkan naskah cerita yang ditulis oleh Sukhdev Singh dan Tisa TS yang merupakan penulis naskah bagi tiga film yang telah mempertemukan Anggara dan Rawles, Promise (Asep Kusdinar, 2017), London Love Story 3 (Kusdinar, 2018), dan The Perfect Husband (Rudi Aryanto, 2018). Continue reading Review: Notebook (2021)

Review: Wedding Proposal (2021)

Diarahkan oleh Emil Heradi (Night Bus, 2017), Wedding Proposal bercerita tentang seorang fotografer bernama Bisma (Dimas Anggara) yang telah diminta oleh kedua orangtuanya (Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan) untuk segera menikah. Kedua orangtua Bisma bahkan telah berupaya untuk melakukan perjodohan namun pemuda tersebut terus bersikeras hanya akan menikah dengan wanita yang dicintainya. Secara tidak disengaja, Bisma kemudian bertemu dengan Sissy (Sheryl Sheinafia), seorang pengelola sebuah jasa penyelenggara pernikahan yang dikenal sebagai sosok yang dingin, tangguh, dan, sayangnya, memandang sinis akan hubungan romansa. Awal pertemuan keduanya berlangsung buruk – Sissy menganggap Bisma adalah seorang fotografer amatiran yang hasil fotonya tidak layak untuk digunakan. Bisma tidak menyerah begitu saja. Dengan bantuan sahabatnya, Ito (Arya Saloka), Bisma mulai menyusun rencana untuk meluluhkan hati Sissy. Continue reading Review: Wedding Proposal (2021)

Review: Aku Cinta Kamu (2014)

Aku Cinta Kamu adalah sebuah omnibus yang berisikan empat film pendek yang diarahkan oleh empat sutradara berbeda. Persamaan antara keempat film pendek tersebut? Seluruh film pendek yang mengisi Aku Cinta Kamu naskah ceritanya ditulis oleh Cassandra Massardi (Slank Nggak Ada Matinya, 2013) berdasarkan lagu-lagu yang ditulis oleh Satriyo Yudi Wahono – sosok yang di blantika musik Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Piyu. Well… seperti yang mungkin dapat digambarkan banyak penonton dari judul film ini, Aku Cinta Kamu berniat untuk memberikan gambaran mengenai berbagai peristiwa besar nan dramatis yang dapat terjadi dalam kehidupan manusia akibat dipicu dari penggunaan kalimat sederhana “aku cinta kamu”. Sounds romantic? Mungkin saja. Sayangnya, kecuali Anda menganggap kedangkalan penceritaan, pengarahan yang lemah, akting yang kaku dan jauh dari meyakinkan adalah sesuatu hal yang romantis, maka Anda kemungkinan besar tidak akan menemukan satupun sentuhan romansa dalam jalan penceritaan Aku Cinta Kamu.

Continue reading Review: Aku Cinta Kamu (2014)

Review: Radio Galau FM (2012)

Karena satu dan lain hal, sebuah film yang berjudul Radio Galau FM sama sekali tidak berkisah maupun menyinggung mengenai kehidupan di dunia radio. Satu-satunya hal yang berkaitan dengan radio di film ini adalah ketika karakter utamanya mendengarkan sebuah program radio yang penyiarnya berusaha untuk mengumpulkan para pendengarnya yang sedang mengalami kegalauan hati. Radio Galau FM justru merupakan sebuah drama komedi romantis yang berorientasi pada kehidupan percintaan di usia remaja yang dialami para karakternya. Menjadi remaja – suatu periode ketika manusia sedang berusaha mencari jati dirinya – memang bukanlah sebuah proses yang mudah untuk dijalani. But seriously… apakah romansa di kalangan remaja modern memang semengerikan apa yang digambarkan di dalam film ini?

Continue reading Review: Radio Galau FM (2012)