Tag Archives: Muzakki Ramdhan

Review: Inang (2022)

Di tengah gempuran horor yang mengisi layar bioskop di tanah air, cukup menyenangkan untuk menyaksikan Inang. Menjadi presentasi horor pertama yang diarahkan oleh Fajar Nugros (Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama, 2022), Inang bukanlah sajian yang komposisi utama ceritanya hanya berniat untuk mengagetkan atau menakut-nakuti penontonnya. Adegan-adegan teror tersebut masih ada, namun kengerian yang ditonjolkan dalam film ini lebih banyak berasal dari paduan akan eksplorasi yang dilakukan Nugros serta penulis naskah Deo Mahameru terhadap tata pengisahan folk horror yang menggunakan kepercayaan atau mitos masyarakat dalam membangun ketegangan cerita dengan teror psikologis yang datang dari atmosfer kesunyian yang mampu diciptakan mencekam serta penampilan efektif para jajaran pemeran film. Kombinasi yang mampu menyokong Inang menjadi salah satu sajian horor terbaik tahun ini. Continue reading Review: Inang (2022)

Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Jailangkung: Sandekala jelas merupakan usaha teranyar untuk menghidupkan sekaligus memberikan penyegaran bagi seri film Jailangkung. Kini diarahkan oleh Kimo Stamboel (Ivanna, 2022), film yang naskah ceritanya ditulis oleh Stamboel bersama dengan Rinaldy Puspoyo (Dilema, 2012) sendiri tidak memiliki keterikatan kisah dengan film-film Jailangkung sebelumnya, baik dua film Jailangkung (2017 – 2018) arahan Jose Poernomo dan Rizal Mantovani – meskipun sebuah adegan dalam film ini memberikan rujukan kecil bagi kedua film tersebut – maupun Jelangkung (2001) garapan Poernomo dan Mantovani yang legendaris itu beserta film-film sekuel dan lepasannya yang dirilis hingga tahun 2007 serta melibatkan Dimas Djayadiningrat dan Angga Dwimas Sasongko untuk duduk di kursi penyutradaraan. Jailangkung: Sandekala bahkan dihadirkan dengan tata penuturan bernuansa misteri investigasi yang jelas cukup menjauh dari atmosfer horor supranatural yang dibawakan oleh film-film Jelangkung/Jailangkung sebelumnya. Continue reading Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Review: Pengabdi Setan 2: Communion (2022)

Pengabdi Setan (2017) jelas memiliki posisi tersendiri dalam filmografi seorang Joko Anwar. Bukan hanya merupakan film horor supranatural pertama yang diarahkan oleh Anwar, Pengabdi Setan juga menjadi film garapan pertamanya yang berhasil meraih sukses secara komersial semenjak karir penyutradaraannya dimulai lewat Janji Joni (2005). Di sepanjang masa perilisannya, Pengabdi Setan mengumpulkan lebih dari empat juta penonton, memberikannya gelar sebagai film dengan perolehan jumlah penonton terbanyak pada tahun tersebut sekaligus sebagai film horor dengan perolehan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa – sebelum titel tersebut kemudian direbut oleh KKN di Desa Penari (Awi Suryadi, 2022). Kesuksesan masif Pengabdi Setan sepertinya juga memperkenalkan nama Anwar – yang sebelumnya lebih dikenal sebagai sutradara “kesayangan kritikus film dan sinefil” – pada kalangan penonton film yang lebih luas dan membuka jalan bagi dua film arahan Anwar selanjutnya, Gundala (2019) dan Perempuan Tanah Jahanam (2019), untuk meraih kesuksesan komersial yang berimbang dengan Pengabdi Setan. Continue reading Review: Pengabdi Setan 2: Communion (2022)

Review: Perjalanan Pertama (2021)

Menjadi film cerita panjang ketiga yang naskah ceritanya ditulis dan diarahkan oleh Arief Malinmudo setelah Surau dan Silek (2017) dan Liam dan Laila (2018), Perjalanan Pertama berkisah tentang hubungan antara seorang anak bernama Yahya (Muzakki Ramdhan) dengan kakeknya, Tan (Ahmad Tamimi Siregar), yang menjadi sosok orangtua tunggal dalam kehidupan Yahya dan telah merawat anak laki-laki tersebut semenjak ia kecil. Sekian lama, Yahya terus berusaha untuk menanyakan tentang keberadaan kedua orangtua kandungnya kepada Tan. Jawaban yang terus berubah akan pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan secara perlahan menyadarkan Yahya bahwa sang kakek tengah menyembunyikan sesuatu dari masa lalunya. Suatu hari, Tan mengajak sang cucu untuk turut serta mengantarkan cendera mata yang akan menjadi mahar pernikahan dari toko tempat ia bekerja. Perjalanan dengan menggunakan sepeda motor tersebut yang nantinya akan memberikan jawaban terhadap berbagai pertanyaan Yahya kepada sang kakek. Continue reading Review: Perjalanan Pertama (2021)

Review: Keluarga Cemara 2 (2022)

Tiga tahun setelah perilisan Keluarga Cemara – adaptasi dari serial televisi berjudul sama garapan Arswendo Atmowiloto yang selama masa rilisnya berhasil mendatangkan lebih dari 1,7 juta penonton serta memenangkan dua dari enam kategori yang dinominasikan dari ajang Festival Film Indonesia 2019, sekuelnya akhirnya datang untuk menyapa. Terjadi sejumlah perubahan di balik layar Keluarga Cemara 2 yang kini menempatkan Ismail Basbeth (Arini, 2018) untuk duduk di kursi penyutradaraan dan mengarahkan naskah cerita yang dituliskan oleh M. Irfan Ramly (Generasi 90an: Melankolia, 2020). Kehadiran Basbeth tak ayal memang memberikan warna baru bagi tata penceritaan film ini. Jika film pertama terasa bertutur layaknya drama keluarga ringan yang mengalir hangat dan cenderung emosional, arahan Basbeth membuat Keluarga Cemara 2 tak lagi (terlalu) lantang dalam menyentuh sisi emosional penontonnya dengan penuturan yang minim konflik besar dan sentuhan simbolisasi yang acap ditemukan dalam karya-karya Basbeth. Continue reading Review: Keluarga Cemara 2 (2022)

Review: Ben & Jody (2022)

Ada yang berbeda dalam presentasi cerita Ben & Jody – film ketiga yang mengikuti perjalanan kehidupan dua karakter penikmat kopi yang saling bersahabat, Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto), yang kisahnya sebelumnya dihadirkan lewat dua seri film Filosofi Kopi garapan Angga Dwimas Sasongko. Jika Filosofi Kopi the Movie (2015) dan Filosofi Kopi the Movie 2: Ben & Jody (2017) bergumul dalam nada drama terkait dengan kisah tentang usaha kedua karakter tersebut dalam mengelola sebuah kedai kopi bernama Filosofi Kopi ataupun berbagai intrik yang mewarnai kisah persahabatan mereka, maka Ben & Jody tampil dengan lingkup penceritaan yang lebih kental akan nuansa aksi. Manuver cerita yang cukup berani, meskipun jelas tidak terlalu mengejutkan jika ditilik dari sejumlah tema maupun konflik yang sempat dihadirkan Sasongko dalam dua film Filosofi Kopi sebelumnya. Continue reading Review: Ben & Jody (2022)

Festival Film Indonesia 2021 Nominations List

Penyalin Cahaya (2021), film yang menjadi debut pengarahan film panjang bagi Wregas Bhanuteja, mampu melampaui para pesaingnya dengan menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak di ajang Festival Film Indonesia 2021. Film yang dirilis secara internasional dengan judul Photocopier tersebut berhasil mengumpulkan 17 nominasi, termasuk di kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik untuk naskah cerita yang ditulis oleh Bhanuteja bersama dengan Henricus Pria, serta nominasi di seluruh kategori akting; Pemeran Utama Pria Terbaik untuk Chicco Kurniawan, Pemeran Utama Perempuan Terbaik untuk Shenina Cinnamon, Pemeran Pendukung Pria Terbaik untuk Guilio Parengkuan dan Jerome Kurnia, serta Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik untuk Dea Panendra. Continue reading Festival Film Indonesia 2021 Nominations List

Review: Quarantine Tales (2020)

Merupakan omnibus yang berisi lima film pendek arahan Dian Sastrowardoyo, Jason Iskandar, Ifa Isfansyah, Aco Tenri, dan Sidharta Tata, fokus pengisahan Quarantine Tales tidak hanya tentang barisan kisah mengenai sederetan karakter yang berusaha bertahan pada masa karantina dalam menghadapi pandemi COVID-19. Secara menyeluruh, tema “karantina” disajikan dengan menampilkan sosok-sosok karakter yang merasakan keterpisahan serta kehilangan – baik dari orang-orang yang mereka cintai, dari mimpi dan harapan, bahkan dari identitas diri mereka sendiri – dalam kehidupan mereka. Kehadiran Quarantine Tales juga menjadi simbol tersendiri bagi para pembuatnya ketika film ini diproduksi di tengah pandemi dalam kondisi kebiasaan baru yang serba terbatas dengan harapan untuk tetap menjaga kreativitas dan menjaga pertumbuhan industri perfilman Indonesia. Niat tulus yang berakhir gemilang ketika lima film pendek yang ditampilkan Quarantine Tales mampu tereksekusi dengan baik dalam menyampaikan seluruh alur pengisahannya. Continue reading Review: Quarantine Tales (2020)

Review: Ratu Ilmu Hitam (2019)

Dalam film terbaru arahan Kimo Stamboel, Ratu Ilmu Hitam, seorang pria bernama Hanif (Ario Bayu) mengajak istri, Nadya (Hannah Al Rashid), serta ketiga anak mereka, Sandi (Ari Irham), Dina (Adhisty Zara), dan Haqi (Muzakki Ramdhan), berkunjung ke panti asuhan tempat dirinya dahulu dibesarkan untuk menjenguk pengasuh panti tersebut, Bandi (Yayu Unru), yang kini sedang berada dalam kondisi kritis akibat sakit yang ia derita. Hanif dan keluarganya tidak datang sendirian. Dua sahabat Hanif, Jefri (Miller Khan) dan Anton (Tanta Ginting), juga turut datang sembari membawa pasangan mereka masing-masing, Lina (Salvita Decorte) dan Eva (Imelda Therinne). Pertemuan Hanif dengan dua sahabatnya tersebut tentu saja membawa begitu banyak kenangan akan kehidupan mereka di masa lalu. Sial, kunjungan tersebut secara perlahan kemudian berubah menjadi sebuah teror mematikan ketika kepingan-kepingan misteri dari masa lalu Hanif, Jefri, dan Anton hadir kembali untuk menghantui mereka dan orang-orang yang mereka sayangi. Continue reading Review: Ratu Ilmu Hitam (2019)

Review: Gundala (2019)

We’ve all been here before. Kisah tentang seseorang yang awalnya merasa tertindas, lemah, atau tidak berguna lalu secara perlahan mulai menemukan kekuatan yang lantas digunakannya untuk membela dan/atau membantu orang-orang lain yang merasa tertindas, lemah, atau tidak berguna untuk keluar dari kesulitan mereka. Kali ini, kisah familiar tersebut dituturkan oleh Joko Anwar (Pengabdi Setan, 2017) lewat Gundala – sebuah film yang juga dicanangkan sebagai langkah awal bagi keberadaan jagat sinematik film-film bertemakan pahlawan super di industri film Indonesia. Layaknya sebuah origin story, Gundala memperkenalkan penonton pada sosok sang pahlawan super, kekuatan yang dimilikinya, hingga berbagai masalah yang menghampiri: mulai dari usaha untuk mengenal sekaligus mengendalikan kekuatan yang ia miliki serta orang-orang yang kemudian mulai merasa terganggu dengan keberadaan kekuatan tersebut. Pola pengisahan yang cukup mendasar bagi film-film sejenis namun jelas akan tetap mampu terasa menarik ketika diaplikasikan dalam ruang lingkup cerita yang memiliki latar belakang lokasi dan budaya yang lebih dekat dengan penonton lokal. Continue reading Review: Gundala (2019)

Review: The Returning (2018)

Merupakan passion project dari film bloggerturnedfilmmaker, Witra Asliga – yang bahkan telah mulai dikembangkan sebelum dirinya terlibat untuk mengarahkan salah satu segmen dalam omnibus 3 Sum (Asliga, William Chandra, Andri Cung, 2013), The Returning membuka perjalanan kisahnya dengan menggambarkan kehidupan Natalie (Laura Basuki) dan kedua anaknya, Maggie (Tissa Biani Azzahra) dan Dom (Muzakki Ramdhan), setelah suaminya, Colin (Ario Bayu), dinyatakan hilang saat panjat tebing. Tiga bulan setelah hilangnya Colin, semua orang mulai berusaha untuk meyakinkan Natalie agar dirinya merelakan kepergian sang suami dan segera melanjutkan hidup. Namun, rasa cintanya yang besar kepada Colin, dan jenazah Colin yang tak kunjung ditemukan, membuat Natalie masih yakin akan adanya peluang bahwa suaminya masih berada dalam keadaan hidup. Kejutan. Satu malam, Colin benar-benar kembali ke rumahnya untuk menemui Natalie dan kedua anak mereka. Sebuah reuni yang jelas menghadirkan lagi kebahagiaan bagi keluarga tersebut. Namun, secara perlahan, kembalinya Colin turut menghadirkan deretan teror bagi Natalie, Maggie, dan Dom. Apakah Colin benar-benar telah kembali pada keluarganya? Continue reading Review: The Returning (2018)