Review: Keluarga Cemara 2 (2022)


Tiga tahun setelah perilisan Keluarga Cemara – adaptasi dari serial televisi berjudul sama garapan Arswendo Atmowiloto yang selama masa rilisnya berhasil mendatangkan lebih dari 1,7 juta penonton serta memenangkan dua dari enam kategori yang dinominasikan dari ajang Festival Film Indonesia 2019, sekuelnya akhirnya datang untuk menyapa. Terjadi sejumlah perubahan di balik layar Keluarga Cemara 2 yang kini menempatkan Ismail Basbeth (Arini, 2018) untuk duduk di kursi penyutradaraan dan mengarahkan naskah cerita yang dituliskan oleh M. Irfan Ramly (Generasi 90an: Melankolia, 2020). Kehadiran Basbeth tak ayal memang memberikan warna baru bagi tata penceritaan film ini. Jika film pertama terasa bertutur layaknya drama keluarga ringan yang mengalir hangat dan cenderung emosional, arahan Basbeth membuat Keluarga Cemara 2 tak lagi (terlalu) lantang dalam menyentuh sisi emosional penontonnya dengan penuturan yang minim konflik besar dan sentuhan simbolisasi yang acap ditemukan dalam karya-karya Basbeth.

Konflik dalam alur kisah Keluarga Cemara 2 menghadirkan fokus yang lebih melekat pada sosok karakter Ara (Widuri Puteri). Karakter tersebut digambarkan tengah dirundung rasa kesepian setelah para anggota keluarga yang selama ini menjadi pusat kehidupannya masing-masing kini telah menemukan kesibukan yang menyita waktu: Abah (Ringgo Agus Rahman) yang tengah menyesuaikan diri dengan pekerjaan barunya, Emak (Nirina Zubir) yang sering kerepotan dalam membagi waktu antara memikirkan usaha sampingannya bersama dengan Ceu Salma (Asri Welas) serta menjaga puteri termudanya, Agil (Niloufer Bahalwan), serta Euis (Adhisty Zara) yang telah menginjak masa remaja dan memilih untuk tidak lagi sering bercengkerama dengan adiknya. Ara menemukan kesibukannya sendiri ketika ia mendapati seekor anak ayam yang terpisah dari keluarganya. Ara, bersama dengan teman barunya, Aril (Muzakki Ramdhan), lantas berinisiatif untuk menemukan keluarga dari anak ayam tersebut.

Dapat melihat benang merah yang tergaris antara rasa kesepian dan terlupakan yang dirasakan oleh karakter Ara dengan usaha dari karakter tersebut untuk “menyelamatkan” anak ayam yang ditemukannya? Atau dengan plot tentang “kemampuan” yang dimiliki oleh karakter Ara untuk “mendengar” dan “berkomunikasi” dengan para ayam? Tidak seperti Keluarga Cemara yang bertutur dengan sudut pandang keluarga sebagai sebuah kesatuan, Keluarga Cemara 2 memecah fokus pengisahannya sehingga penonton dapat merasakan sudut pandang dari sosok karakter tertentu. Karakter Ara memang memegang perhatian utama dan berusaha membawa penontonnya untuk melihat konflik dalam film ini melalui kacamata seorang anak kecil, Di saat yang bersamaan, linimasa pengisahan Keluarga Cemara 2 juga membiarkan penontonnya merasakan bagaimana karakter Euis yang beranjak dewasa dan tenggelam dalam rasa cinta pertamanya – termasuk dengan sebuah adegan “hampir ciuman” – atau bagaimana karakter Abah maupun Emak yang terus berusaha (dan kewalahan) untuk menyelamatkan ekonomi keluarga sekaligus tetap menjaga perhatian mereka kepada para anak-anaknya.

Pengembangan konflik yang cenderung lebih dewasa dan serius memang terasa meninggalkan penonton muda pada beberapa momen penceritaan. Meskipun begitu, Keluarga Cemara 2 tetap akan mampu menjadi sajian yang menarik, khususnya ketika linimasa film berfokus pada hubungan persahabatan antara karakter Ara dan Aril serta alur kisah akan petualangan yang mereka jalani. Memang, paruh awal film dimana alur pengisahan terasa terombang-ambing antara karakter satu dengan yang lain sempat membuat Keluarga Cemara 2 terasa ringkih dalam bertutur. Belum lagi arahan Basbeth yang seringkali terasa bergulir pelan untuk mampu dapat menghasilkan ikatan emosional yang lebih kuat pada tuturan kisah keluarga yang disajikan film ini.

Namun, seperti halnya paparan cerita film dimana masing-masing keluarga dapat menemukan kembali arti kebersamaan dalam sebuah unit keluarga, arahan cerita Basbeth juga secara perlahan menyatukan elemen-elemen cerita pada paruh awal dan kemudian menggunakannya untuk mendorong penuturan film bergerak maju. Basbeth memang tidak frontal dalam menjabarkan sisi emosional yang dirasakan oleh para karakter dalam perjalanan cerita mereka. Apalagi dengan usahanya untuk berbicara dan bercerita melalui sejumlah pilihan visual dalam adegan film yang jelas kadang terasa berjarak. Basbeth lebih memilih agar penonton turut merasakan kembalinya perguliran rasa hangat dalam karakter-karakter filmnya sebagai sebuah kesatuan keluarga sehingga sentuhan emosional cerita serasa tertahan di sejumlah bagian untuk kemudian terus bertambah dan bertambah seiring dengan perjalanan cerita. Perlakuan yang cukup berbeda dari film sebelumnya namun jelas berhasil menghasilkan kesan penceritaan yang kaya sekaligus tetap hangat ketika Basbeth mampu menerapkannya secara efektif.

Jika departemen akting Keluarga Cemara mengedepankan penampilan Rahman dan Zubir, Keluarga Cemara 2 jelas memberikan porsi yang lebih besar pada penampilan akting yang diberikan oleh Puteri. Jangan salah. Rahman dan Zubir masih memberikan penampilan terkuat mereka – Zubir, pada beberapa kesempatan, bahkan mampu hadir dengan jangkauan emosional mendalam dengan hanya perantaraan gerak tubuh maupun air mukanya. Begitu pula dengan Zara dan juga Welas yang selalu mampu mencuri perhatian.

Namun, Keluarga Cemara 2 jelas adalah pencapaian besar bagi penampilan Puteri yang mampu menjawab tantangan akan diberikannya porsi pengisahan yang lebih besar dan krusial bagi karakter yang ia perankan. Peran Puteri sebagai seorang anak yang sedang dirundung rasa kesepian dan mencoba untuk mencari jalan keluarnya sendiri dihadirkan dengan lugas, tanpa pernah terasa berakting berlebihan. Alami sehingga begitu mudah untuk disukai. Puteri juga mampu menghasilkan chemistry yang meyakinkan dengan Ramdhan – yang juga hadir dengan kapabilitas akting yang prima – dan membuat kisah petualangan mereka menjadi sangat menarik. Sebuah film lepasan yang berfokus pada petualangan karakter Ara dan Aril a la karakter Sherina dan Saddam dalam Petualangan Sherina (Riri Riza, 2000) di masa mendatang, mungkin?

popcornpopcornpopcornpopcorn-halfpopcorn2

keluarga-cemara-2-ringgo-agus-rahman-nirina-zubir-movie-posterKeluarga Cemara 2 (2022)

Directed by Ismail Basbeth Produced by Anggia Kharisma Written by M. Irfan Ramly Starring Ringgo Agus Rahman, Nirina Zubir, Adhisty Zara, Widuri Puteri, Asri Welas, Niloufer Bahalwan, Muzakki Ramdhan, Asri Welas, Abdurrahman Arif, Kafin Sulthan, Joshia Frederico, Kawai Labiba, Yasamin Jasem, Yayu AW Unru, Epy Kusnandar, Joehana Sutisna, Totos Rasiti, Ruth Marini Music by Ofel Obaja Setiawan Cinematography Yadi Sugandi Edited by Hendra Adhie Susanto Production company Visinema Pictures/Jagartha/Blibli/Astro Shaw Running time 114 minutes Country Indonesia Language Indonesian

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s