Tag Archives: Ruth Marini

Review: Inang (2022)

Di tengah gempuran horor yang mengisi layar bioskop di tanah air, cukup menyenangkan untuk menyaksikan Inang. Menjadi presentasi horor pertama yang diarahkan oleh Fajar Nugros (Srimulat: Hil yang Mustahal – Babak Pertama, 2022), Inang bukanlah sajian yang komposisi utama ceritanya hanya berniat untuk mengagetkan atau menakut-nakuti penontonnya. Adegan-adegan teror tersebut masih ada, namun kengerian yang ditonjolkan dalam film ini lebih banyak berasal dari paduan akan eksplorasi yang dilakukan Nugros serta penulis naskah Deo Mahameru terhadap tata pengisahan folk horror yang menggunakan kepercayaan atau mitos masyarakat dalam membangun ketegangan cerita dengan teror psikologis yang datang dari atmosfer kesunyian yang mampu diciptakan mencekam serta penampilan efektif para jajaran pemeran film. Kombinasi yang mampu menyokong Inang menjadi salah satu sajian horor terbaik tahun ini. Continue reading Review: Inang (2022)

Review: Keluarga Cemara 2 (2022)

Tiga tahun setelah perilisan Keluarga Cemara – adaptasi dari serial televisi berjudul sama garapan Arswendo Atmowiloto yang selama masa rilisnya berhasil mendatangkan lebih dari 1,7 juta penonton serta memenangkan dua dari enam kategori yang dinominasikan dari ajang Festival Film Indonesia 2019, sekuelnya akhirnya datang untuk menyapa. Terjadi sejumlah perubahan di balik layar Keluarga Cemara 2 yang kini menempatkan Ismail Basbeth (Arini, 2018) untuk duduk di kursi penyutradaraan dan mengarahkan naskah cerita yang dituliskan oleh M. Irfan Ramly (Generasi 90an: Melankolia, 2020). Kehadiran Basbeth tak ayal memang memberikan warna baru bagi tata penceritaan film ini. Jika film pertama terasa bertutur layaknya drama keluarga ringan yang mengalir hangat dan cenderung emosional, arahan Basbeth membuat Keluarga Cemara 2 tak lagi (terlalu) lantang dalam menyentuh sisi emosional penontonnya dengan penuturan yang minim konflik besar dan sentuhan simbolisasi yang acap ditemukan dalam karya-karya Basbeth. Continue reading Review: Keluarga Cemara 2 (2022)

Review: Kukira Kau Rumah (2021)

Aktor muda yang baru akan menginjak usia 21 tahun pada 16 Februari mendatang, Umay Shahab, melakukan debut pengarahan film cerita panjangnya lewat Kukira Kau Rumah – sebuah drama romansa yang naskah ceritanya ia tulis bersama dengan Monty Tiwa (Ghibah, 2021) dan Imam Salimy (Will You Marry Me, 2016) berdasarkan lirik dari lagu berjudul sama yang dibawakan oleh kelompok musik Amigdala. Linimasa pengisahannya akan memperkenalkan penonton pada seorang gadis dengan gangguan bipolar, Niskala (Prilly Latuconsina), yang merasa dirinya bagai hidup dalam kurungan kedua orangtuanya, Dedi (Kiki Narendra) dan Mella (Unique Priscilla), yang bersikap overprotektif akibat kondisi mental yang dimilikinya. Beban perasaan yang dirasakan oleh Niskala mulai terasa menghilang ketika ia berkenalan dan menjalin hubungan dengan seorang pemuda bernama Pram (Jourdy Pranata). Hubungannya dengan Pram secara perlahan mengubah sikap Niskala dalam keseharian, termasuk sikapnya terhadap teman-teman terdekatnya, Dinda (Shenina Cinnamon) dan Octavianus (Raim Laode). Continue reading Review: Kukira Kau Rumah (2021)

Review: Ben & Jody (2022)

Ada yang berbeda dalam presentasi cerita Ben & Jody – film ketiga yang mengikuti perjalanan kehidupan dua karakter penikmat kopi yang saling bersahabat, Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto), yang kisahnya sebelumnya dihadirkan lewat dua seri film Filosofi Kopi garapan Angga Dwimas Sasongko. Jika Filosofi Kopi the Movie (2015) dan Filosofi Kopi the Movie 2: Ben & Jody (2017) bergumul dalam nada drama terkait dengan kisah tentang usaha kedua karakter tersebut dalam mengelola sebuah kedai kopi bernama Filosofi Kopi ataupun berbagai intrik yang mewarnai kisah persahabatan mereka, maka Ben & Jody tampil dengan lingkup penceritaan yang lebih kental akan nuansa aksi. Manuver cerita yang cukup berani, meskipun jelas tidak terlalu mengejutkan jika ditilik dari sejumlah tema maupun konflik yang sempat dihadirkan Sasongko dalam dua film Filosofi Kopi sebelumnya. Continue reading Review: Ben & Jody (2022)

Review: Asih 2 (2020)

Entah sampai kapan MD Pictures dan Pichouse Films akan terus “mengeksploitasi” kisah dari sesosok karakter supranatural bernama Asih yang diangkat dari seri novel garapan Risa Saraswati ini. Film sebelumnya, Asih (Awi Suryadi, 2018) – yang merupakan pengembangan cerita dari semesta pengisahan seri film Danur yang telah dimulai oleh Danur: I Can See Ghosts (2017) dan Danur 2: Maddah (2018) yang keduanya juga diarahkan oleh Suryadi, berupaya untuk memberikan perhatian utama pada sosok karakter supranatural tersebut. Sayangnya, alur cerita, gambaran penokohan, hingga teknik penyajian momen-momen horornya terasa tidak lebih dari sekedar daur ulang dari elemen-elemen cerita yang telah ditampilkan dalam dua film sebelumnya. Meskipun begitu, dirilis di tahun yang sama dengan perilisan Danur 2: Maddah, Asih masih mampu meraih kesuksesan komersial dengan mendapatkan lebih dari 1,7 juta penonton selama masa perilisannya. Tidak mengherankan jika MD Pictures dan Pichouse Films dengan mudah melanjutkan rencana perilisan dari film-film lanjutan dalam semesta pengisahan Danur. Continue reading Review: Asih 2 (2020)

Review: Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020)

Do we really (like really, really) need a sequel to Sebelum Iblis Menjemput (2018)? Tentu, film arahan Timo Tjahjanto tersebut mampu mengumpulkan lebih dari satu juta penonton di sepanjang masa perilisannya. Namun, bangunan cerita yang dibentuk oleh Tjahjanto bagi Sebelum Iblis Menjemput sebenarnya tidak menyimpan cukup banyak ruang untuk mendapatkan pengembangan lanjutan dan dapat diakhiri begitu saja. But, anyway, here we are. Dalam sekuel film yang berjudul Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2, Tjahjanto menyeret dua karakter dari film pendahulu ke sebuah konflik yang sesungguhnya tidak pernah benar-benar membutuhkan kehadiran mereka. Mendengar apa yang terjadi pada kakak beradik, Alfie (Chelsea Islan) dan Nara (Hadijah Shahab), sekelompok sahabat, Laksmi (Shareefa Daanish), Jenar (Lutesha), Martha (Karina Salim), Leo (Arya Vasco), Gadis (Widika Sidmore), dan Budi (Baskara Mahendra) lantas memberanikan diri untuk meminta bantuan Alfie untuk membantu mereka atas permasalahan serupa yang juga sedang mereka alami. Awalnya, tentu saja, Alfie menolak permintaan tersebut. Namun, guna menghindari resiko alur kisah Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 berakhir hanya dalam 30 menit, Alfie lantas memutuskan untuk memberikan bantuan pada enam orang yang sama-sama pernah menghabiskan masa kecil mereka di sebuah panti asuhan tersebut. Continue reading Review: Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020)

Review: Ratu Ilmu Hitam (2019)

Dalam film terbaru arahan Kimo Stamboel, Ratu Ilmu Hitam, seorang pria bernama Hanif (Ario Bayu) mengajak istri, Nadya (Hannah Al Rashid), serta ketiga anak mereka, Sandi (Ari Irham), Dina (Adhisty Zara), dan Haqi (Muzakki Ramdhan), berkunjung ke panti asuhan tempat dirinya dahulu dibesarkan untuk menjenguk pengasuh panti tersebut, Bandi (Yayu Unru), yang kini sedang berada dalam kondisi kritis akibat sakit yang ia derita. Hanif dan keluarganya tidak datang sendirian. Dua sahabat Hanif, Jefri (Miller Khan) dan Anton (Tanta Ginting), juga turut datang sembari membawa pasangan mereka masing-masing, Lina (Salvita Decorte) dan Eva (Imelda Therinne). Pertemuan Hanif dengan dua sahabatnya tersebut tentu saja membawa begitu banyak kenangan akan kehidupan mereka di masa lalu. Sial, kunjungan tersebut secara perlahan kemudian berubah menjadi sebuah teror mematikan ketika kepingan-kepingan misteri dari masa lalu Hanif, Jefri, dan Anton hadir kembali untuk menghantui mereka dan orang-orang yang mereka sayangi. Continue reading Review: Ratu Ilmu Hitam (2019)

Festival Film Indonesia 2018 Nominations List

Komite Festival Film Indonesia akhirnya mengumumkan daftar nominasi Festival Film Indonesia 2018and they’re pretty boldand spot on. Daripada berusaha memenuhi kuota sejumlah judul atau nama untuk mengisi satu kategori, Komite Festival Film Indonesia kali ini hanya memberikan nominasi pada deretan judul atau nama yang dinilai benar-benar telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Tidak mengherankan, mengingat minimnya penampilan kualitas film-film Indonesia yang tergolong mengesankan yang rilis di sepanjang tahun ini, beberapa kategori utama kemudian hanya memiliki tiga atau empat peraih nominasi. Dengan melakukan penilaian terhadap setiap film Indonesia yang rilis di layar bioskop pada jangka waktu 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017) berhasil menjadi film dengan raihan nominasi terbesar pada ajang Festival Film Indonesia 2018. Film yang juga menjadi unggulan Indonesia untuk berkompetisi di kategori Best Foreign Languange Film di Academy Awards mendatang tersebut sukses mencatatkan dirinya pada 15 kategori yang tersedia – termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Surya), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Marsha Timothy), dan Skenario Asli Terbaik (Surya, Rama Adi). Continue reading Festival Film Indonesia 2018 Nominations List

Review: Wiro Sableng (2018)

Seperti halnya Si Doel the Movie (Rano Karno, 2018) – yang sejatinya merupakan sebuah novel karya Aman Datuk Majoindo berjudul Si Doel Anak Betawi yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama (Sjuman Djaja, 1972) namun mencapai popularitas yang lebih besar ketika diadaptasi menjadi sebuah serial televisi berjudul Si Doel Anak Sekolahan (1994 – 2008), perjalanan kisah Wiro Sableng juga dimulai sebagai seri novel garapan Bastian Tito sebelum akhirnya diadaptasi menjadi sejumlah film layar lebar yang dirilis pada akhir tahun ‘80an dan serial televisi yang cukup terkenal ketika ditayangkan pada pertengahan ‘90an hingga awal tahun 2000an. Film layar lebar terbaru Wiro Sableng sendiri diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko (Buka’an 8, 2017) dengan Vino G. Bastian – yang merupakan putera dari Tito – berperan sebagai sang karakter sentral. Sasongko, sekali lagi, berhasil menonjolkan kemampuan yang apik dalam tatanan pengarahannya. Namun, jelas penampilan Bastian yang menjadi jiwa dan memberikan kehidupan bagi alur pengisahan Wiro Sableng yang berdurasi 123 menit ini. Continue reading Review: Wiro Sableng (2018)

Review: Sebelum Iblis Menjemput (2018)

Dalam episode terbaru dari “Orangtuaku Menjual Jiwa Mereka ke Setan dan Menjadikanku Sebagai Tumbal,” film arahan sutradara Timo Tjahjanto (Headshot, 2016), Sebelum Iblis Menjemput, mencoba untuk memberikan interpretasinya sendiri atas tema pengisahan yang semakin familiar dalam film-film horor belakangan. Filmnya sendiri berkisah tentang Alfie (Chelsea Islan) yang diundang oleh ibu tirinya, Laksmi (Karina Suwandi), untuk membantu saudara-saudaranya, Maya (Pevita Pearce), Ruben (Samo Rafael), dan Nara (Hadijah Shahab), mengumpulkan benda-benda berharga yang terdapat di vila milik keluarga mereka untuk kemudian dijual dan uangnya digunakan untuk membayar biaya pengobatan sang ayah, Lesmana (Ray Sahetapy). Alfie sebenarnya begitu membenci Lesmana setelah kematian ibu kandungnya (Kinaryosih). Namun, rasa penasaran terhadap masa lalu sang ayah akhirnya mendorong Alfie untuk datang menemui keluarga tirinya. Sebuah keputusan yang kemudian justru menghadapkan gadis tersebut pada sebuah misteri yang dapat mengancam kehidupannya. Continue reading Review: Sebelum Iblis Menjemput (2018)