Tag Archives: Marini Soerjosoemarno

Review: Asih 2 (2020)

Entah sampai kapan MD Pictures dan Pichouse Films akan terus “mengeksploitasi” kisah dari sesosok karakter supranatural bernama Asih yang diangkat dari seri novel garapan Risa Saraswati ini. Film sebelumnya, Asih (Awi Suryadi, 2018) – yang merupakan pengembangan cerita dari semesta pengisahan seri film Danur yang telah dimulai oleh Danur: I Can See Ghosts (2017) dan Danur 2: Maddah (2018) yang keduanya juga diarahkan oleh Suryadi, berupaya untuk memberikan perhatian utama pada sosok karakter supranatural tersebut. Sayangnya, alur cerita, gambaran penokohan, hingga teknik penyajian momen-momen horornya terasa tidak lebih dari sekedar daur ulang dari elemen-elemen cerita yang telah ditampilkan dalam dua film sebelumnya. Meskipun begitu, dirilis di tahun yang sama dengan perilisan Danur 2: Maddah, Asih masih mampu meraih kesuksesan komersial dengan mendapatkan lebih dari 1,7 juta penonton selama masa perilisannya. Tidak mengherankan jika MD Pictures dan Pichouse Films dengan mudah melanjutkan rencana perilisan dari film-film lanjutan dalam semesta pengisahan Danur. Continue reading Review: Asih 2 (2020)

Review: Asih (2018)

Well… dengan kesuksesan luar biasa dari dua seri Danur, Danur: I Can See Ghosts (2017) dan Danur 2: Maddah (2018) arahan Awi Suryadi yang keduanya berhasil menarik minat lebih dari dua juta penonton meskipun mendapatkan tanggapan yang medioker dari para kritikus film, Suryadi dan MD Pictures melanjutkan perjalanan untuk mengembangkan semesta pengisahan Danur dengan Asih. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh penulis naskah dua seri Danur sebelumnya, Lele Laila, berdasarkan buku berjudul sama karangan Risa Saraswati, Asih diniatkan hadir untuk menggali secara lebih dalam mengenai pengisahan sosok karakter supranatural bernama Asih yang dahulu popular setelah ditampilkan dalam Danur: I Can See Ghosts. Sayangnya, tidak banyak hal menarik yang dapat diperoleh dari presentasi film ini. Pengembangan cerita yang berjalan monoton menyebabkan Asih sering terasa membosankan – meskipun Suryadi mampu menghadirkan kualitas pengarahan yang, sekali lagi, tampil lebih baik. Continue reading Review: Asih (2018)

Review: Hijab (2015)

hijab-posterKemampuan untuk mengemas kritik maupun sindiran sosial dengan bahasa penyampaian yang renyah jelas adalah salah satu hal yang menjadi kelebihan tersendiri bagi setiap film yang diarahkan oleh Hanung Bramantyo. Lihat saja bagaimana Doa Yang Mengancam (2008) yang menyajikan sebuah satir tentang hubungan seorang umat manusia dengan Tuhan-nya atau Perempuan Berkalung Sorban (2009) yang memberikan sudut pandang lain tentang kehidupan di dalam sebuah pesantren atau Tanda Tanya (2011) yang mengangkat isu toleransi antar umat beragama yang memang sedang menghangat dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Dengan tutur bahasa yang lembut dan bersahaja, film-film Hanung seringkali mampu menyelam lebih dalam pada setiap isu sosial yang mungkin jarang berani diangkat oleh para pembuat film Indonesia lainnya.

Film terbaru arahan Hanung Bramantyo, Hijab, juga memberikan sebuah satir mengenai bagaimana hijab yang sejatinya merupakan sebuah identitas keteguhan hati kaum wanita Muslim dalam menganut kepercayaannya kini (seringkali) telah beranjak hanya menjadi (sekedar) fashion statement dalam keseharian banyak wanita Muslim di Indonesia. Terdengar sebagai sebuah isu yang berat dan serius? Jangan khawatir. Hanung tidak mengemas Hijab dengan nada penceritaan yang terlalu serius a la ketiga film arahannya yang telah disebutkan sebelumnya. Hanung justru mengemas Hijab dalam jalinan kisah persahabatan yang hangat seperti Catatan Akhir Sekolah (2004) dan Jomblo (2006) namun, tentu saja, tetap berisi deretan dialog dan plot penceritaan yang cukup tajam dalam mengupas tema cerita yang dibawakannya.

Dengan naskah cerita yang ditulis Hanung Bramantyo bersama dengan Rahabi Mandra (Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar, 2014), Hijab secara lantang mampu berbicara mengenai posisi hijab yang kini tidak lagi menjadi komoditas monopoli umat muslimah taat beragama di Indonesia serta beberapa isu sosial lain mulai dari dilema pernikahan, posisi wanita bekerja dalam sebuah rumah tangga atau tentang para “suami Arab” yang menetapkan hukum syariah dalam kehidupan mereka hingga sentilan-sentilan kecil mengenai beberapa kelompok yang begitu mudahnya untuk melakukan demonstrasi terhadap beberapa hal yang tidak sesuai dengan kepercayaan mereka hingga kehidupan dunia selebritas di industri hiburan Indonesia. Disajikan dalam kumpulan dialog dan plot penceritaan yang cukup tajam namun mampu tampil manis dengan balutan komedi (yang benar-benar) segar dalam kisah persahabatan dan kehidupan keseharian karakter-karakternya. Cerdas!

Namun, Hijab tidak selalu berjalan mulus. Untuk kelantangan dalam mengupas berbagai isu sosial yang dihadirkan Hanung Bramantyo dan Rahabi Mandra pada dua bagian awal cerita film, Hijab kemudian terasa begitu mudahnya berkompromi untuk menemukan penyelesaian masalah di paruh akhir penceritaan. Kedua penulis naskah terasa kebingungan untuk memberikan solusi masalah yang tepat bagi masing-masing karakter dan akhirnya justru melawan kembali berbagai satir yang sejak awal mereka sajikan dengan memilih akhir cerita yang tergolong aman melalui sebuah senjata pamungkas: dialog khotbah yang secara otomatis kemudian membawa kembali karakter-karakter dalam cerita film ini ke jalan kehidupan yang benar. Tidak benar-benar buruk namun berbanding begitu jauh dengan apa yang sedari awal telah ditanamkan oleh Hijab kepada para penontonnya.

Layaknya sebuah kisah persahabatan yang mampu tampil hangat dan meresap kepada setiap penonton film, Hanung Bramantyo sukses mengumpulkan deretan pengisi departemen akting yang berhasil menghadirkan penampilan akting dan chemistry satu sama lain yang benar-benar meyakinkan. Carissa Puteri, Zaskia Adya Mecca, Tika Bravani, Natasha Rizky, Nino Fernandez, Mike Lucock, Ananda Omesh dan Dion Wiyoko hadir dengan penampilan akting yang benar-benar santai – sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan setiap karakter yang mereka perankan – dan saling melengkapi satu sama lain. Kehangatan hubungan antara setiap karakter dalam Hijab akan memberikan kesan yang lebih mendalam jauh setelah penonton selesai menyaksikan film ini. Kehadiran banyak wajah-wajah familiar yang tampil sebagai “bintang tamu” dalam jalan penceritaan Hijab juga mampu memberikan tambahan hiburan tersendiri – dan dimanfaatkan dengan efektif oleh Hanung Bramantyo dengan tanpa mencuri perhatian dari para bintang utama film.

Meskipun tidak sempurna, Hijab kembali membuktikan posisi Hanung Bramantyo sebagai salah satu dari sedikit sutradara film Indonesia yang begitu lihai dalam mengemas cerita yang ingin ia sampaikan. Hijab adalah sebuah drama komedi persahabatan yang segar dan mampu bekerja dengan baik untuk menghibur maupun menampar jalan pemikiran para penontonnya. [B-]

Hijab (2015)

Directed by Hanung Bramantyo Produced by Hanung Bramantyo, Zaskia Adya Mecca, Haykal Kamil Written by Hanung Bramantyo, Rahabi Mandra Starring Carissa Puteri, Zaskia Adya Mecca, Tika Bravani, Natasha Rizky, Nino Fernandez, Mike Lucock, Ananda Omesh, Dion Wiyoko, Marini Soerjosoemarno, Jajang C Noer, Rina Hassim, Meriam Bellina, Mathias Muchus, Sophia Latjuba, Slamet Rahardjo Djarot, Bobby Tince, Mayang Faluthamia, Sogi Indra Dhuaja, Delano Daniel, Rifqa Amalsyita, Andi Keefe Bazli Ardiansyah, Kana Sybilla Bramantyo, Kala Madali Bramantyo, Ingrid Widjanarko, Epy Kusnandar, Lily SP, Pieter Gultom, Ida Zein, Steven Sakari, Sri Hartini, Otiq Pakis, Rofida, Adi Bambang Irawan, Barmastya Bhumi Brawijaya, Mpok Atiek, Cici Tegal, Vito Januarto, Marsha Natika, Tasya Nur Medina, Thalita Vitrianne, Azizah Mouri, Deby Kusuma Arum, Jelita Ramlan, Anggia Jelita, Senandung Nacita, Urip Arphan, Muhammad Assad, Hany Sabrina, Elly Sugigi, Nurul Jamilah, Luddy S, Andi Bersama, Lulung Mumtaza, Alhabsyi, Sita Nursanti, Joseph Ginting, Boy Idrus, Lasuardi Sudirman, Alfie Alfandy, Fauzan Smith, Fitri Arifin, Haykal Kamil, Rizky Harisnanda, Randy Tanaya, Martua H Aritonang, Elkie Kwee, Marcella Zalianty, Indra Bekti Music by Hariopati Rinanto Cinematography Faozan Rizal Edited by Wawan I. Wibowo Production company Dapur Film/Ampuh Entertainment/MVP Pictures Running time 102 minutes Country Indonesia Language Indonesian