Review: Ghibah (2021)


Setelah sebelumnya mengembangkan film pendek Makmum menjadi film cerita panjang (Hadrah Daeng Ratu, 2019), Riza Pahlevi kembali bekerjasama dengan Vidya Talisa Ariestya untuk menggarap naskah cerita Ghibah. Juga melibatkan bantuan penulis naskah Aviv Elham (Jaga Pocong, 2018) dan sutradara Monty Tiwa (Pocong the Origin, 2019), naskah cerita Ghibah berkisah tentang sekelompok mahasiswa, Firly (Anggika Bolsterli), Arga (Verrell Bramasta), Reno (Jerry Likumahuwa), Ulfa (Arafah Rianti), Yola (Josephine Firmstone), dan Okta (Adila Fitri), yang saat ini juga bertugas untuk mengelola majalah kampus mereka. Tugas peliputan berita untuk majalah kampus yang mereka kelola menemui halangan setelah Okta secara mendadak tidak lagi dapat dihubungi atau ditemui oleh rekan-rekannya. Tidak sampai disitu, Firly dan Yola juga merasakan berbagai gangguan bernuansa mistis mulai menyelimuti keseharian mereka. Oleh pemilik kos yang mereka tempati, Mang Oppie (Opie Kumis) dan Umi Asri (Asri Welas), Firly, Ulfa, dan Okta diingatkan bahwa kejadian-kejadian buruk yang belakang menghantui mereka disebabkan oleh kegemaran mereka untuk bergunjing atau membicarakan aib orang lain.

Sekilas, premis yang dibawakan oleh Ghibah terdengar cukup menarik. Berangkat dari sebuah ayat suci Al-Qur’an yang memiliki pesan bahwa membicarakan aib atau keburukan orang lain sama halnya dengan “memakan daging saudaranya yang telah mati,” naskah cerita film ini mulai membangun rangkaian adegan-adegan horor yang mampu dikemas cukup efektif. Sayangnya, seperti halnya yang terjadi pada Makmum, ide pengisahan pada Ghibah tidak memiliki kemampuan untuk bercerita dalam jangka waktu yang lama – bahkan ketika presentasi film ini hanya berdurasi selama 93 menit. Semenjak penuturannya dimulai, Ghibah terasa hanya memiliki fokus untuk mengejutkan para penonton dengan berbagai tampilan horor tanpa pernah mau berusaha untuk memberikan galian yang mendalam pada konflik maupun karakter yang dihadirkan dalam linimasa pengisahannya. Sialnya, meskipun mampu dieksekusi dengan tampilan visual yang meyakinkan, tidak satupun elemen horor dalam pengisahan Ghibah yang mampu memberikan efek mencekam.

Usaha untuk menyelesaikan konflik dalam pengisahan film ini baru dirasakan muncul pada paruh akhir pengisahan. Hal ini juga dilakukan secara terburu-buru dan dengan menggunakan elemen yang dapat dengan mudah ditebak ketika film ini mengenalkan sosok karakter Umi Asri sebagai sosok yang memiliki kekuatan supranatural. Ghibah juga beberapa kali sempat menonjolkan elemen komedi lewat penampilan Rianti, Kumis, dan Zsa Zsa Utari. Tidak bernasib lebih baik dari elemen cerita horor film ini karena kebanyakan dialog bernuansa komedi yang dimunculkan tidak mampu untuk dieksekusi dengan baik. Kegagalan pengisahan Ghibah sering terjadi karena kurang matangnya pengelolaan konflik yang dihadirkan. Penonton mungkin dapat dengan mudah menangkap apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh film ini sedari awal – Gossiping is not good. Noted. Namun, dengan penyampaian narasi yang terlalu lemah dan berantakan (baca: acak) dalam penataan konfliknya, Ghibah justru menjelma menjadi sajian buruk yang begitu menjengkelkan penuturannya.

Jajaran pemeran yang mengisi departemen akting film ini setidaknya hadir dalam kapasitas yang tidak mengecewakan… well… setidaknya tidak tampil seburuk tata cerita maupun pengarahan film ini. Bolsterli tidak dapat berbuat banyak untuk dapat menjadikan karakternya terasa lebih baik. Film ini nyaris hanya membutuhkan kemampuan Bolsterli untuk terlihat ketakutan, terkejut, atau terkena cipratan berbagai jenis cairan. Unique Priscilla, seperti halnya dalam Til Death Do Us Part (Anggy Umbara, 2021) dan A Perfect Fit (Ratu, 2021), lagi-lagi hanya digunakan sebagai sosok karakter ibu tanpa peran yang berarti kehadirannya. Welas tampil solid sebagai karakter yang memiliki kekuatan supranatural sekaligus menjadi kunci bagi penyelesaian masalah di film ini. Sayang, penampilan solid tersebut terasa terbuang percuma akibat penuturan film yang benar-benar tidak dapat ditoleransi kualitasnya. Buruk. Sangat buruk.

Ghibah (2021)

Directed by Monty Tiwa Produced by Dheeraj Kalwani Written by Aviv Elham, Monty Tiwa, Riza Pahlevi, Vidya Talisa Ariestya Starring Anggika Bolsterli, Verrell Bramasta, Asri Welas, Opie Kumis, Arafah Rianti, Zsa Zsa Utari, Josephine Firmstone, Adila Fitri, Jerry Likumahwa, Unique Priscilla, Willem Bevers, Anyun Cadel, Rizky Mocil, Niniek Arum, Brigitta Cynthia, Elmalita, Abun Hadi, Andy Jali, Poppy Sovie, Migi Parahita, Andi Ardan Music by Joseph S. Djafar Cinematography Suhendri Editing by Bobby Prabowo, Teguh Raharjo Studio Dee Company/Blue Water Films Running time 93 minutes Country Indonesia Language Indonesian

One thought on “Review: Ghibah (2021)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s