Merupakan film cerita panjang kedua yang diarahkan oleh Tompi (Pretty Boys, 2019) sekaligus menandai kali kedua kolaborasinya bersama dengan penulis naskah Imam Darto, Selesai adalah sebuah drama (drama komedi?) yang akan membawa para penontonnya ke sebuah perseteruan rumah tangga yang berlangsung antara karakter-karakternya. Linimasa pengisahannya bermula ketika Ayu (Ariel Tatum) yang berniat untuk menuntut cerai dan meninggalkan rumah yang ia tempati bersama suaminya, Broto (Gading Marten), setelah mengetahui bahwa sang suami kembali menjalin hubungan asmara dengan Anya (Anya Geraldine) yang sebenarnya telah menjadi sosok ketiga dalam pernikahan mereka dalam dua tahun terakhir. Langkah Ayu untuk keluar dari rumah terhenti ketika, di saat yang bersamaan, ibu mertuanya, Bu Sri (Marini), datang dan memilih untuk tinggal bersama anak dan menantunya guna menghabiskan masa isolasi wilayah yang sedang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran infeksi di masa pandemi. Ayu lantas memberikan sejumlah waktu pada Broto untuk dapat menjelaskan kondisi pernikahan mereka pada sang ibu sebelum ia benar-benar angkat kaki dari rumah tersebut. Continue reading Review: Selesai (2021)
Tag Archives: Gading Marten
Review: Guru-guru Gokil (2020)
Awalnya, film terbaru arahan Sammaria Simanjuntak (Demi Ucok, 2013), Guru-guru Gokil, akan menjadi film layar lebar perdana bagi Dian Sastrowardoyo dimana dirinya tidak hanya tampil menjadi seorang aktris namun juga turut berperan sebagai produser. Rencana untuk menayangkan Guru-guru Gokil di bioskop, sayangnya, terpaksa dibatalkan akibat pandemi COVID-19 yang mendera dunia. Beruntung, Guru-guru Gokil kemudian menemukan rumah barunya ketika Netflix mengakuisi film tersebut, menjadikannya sebagai film Indonesia kedua dengan label Netflix Original yang tayang perdana di layanan streaming terbesar dunia tersebut setelah The Night Comes for Us (Timo Tjahjanto, 2018), serta membuatnya dapat dinikmati oleh lebih dari 183 juta pelanggan Netflix dari 190 negara. Jelas bukan capaian yang mengecewakan – setidaknya jika Anda tidak mengaitkannya dengan kualitas cerita medioker yang disajikan oleh film ini. Continue reading Review: Guru-guru Gokil (2020)
Review: Toko Barang Mantan (2020)
Diarahkan oleh Viva Westi (Koki-koki Cilik 2, 2019) berdasarkan naskah cerita yang ditulis oleh Titien Wattimena (Milea: Suara dari Dilan, 2020) dan Priesnanda Dwisatria (Rompis, 2018), Toko Barang Mantan berkisah tentang seorang pemuda bernama Tristan (Reza Rahadian) yang rela meninggalkan bangku kuliahnya demi membangun dan mengembangkan usaha Toko Barang Mantan yang ia miliki. Toko yang dimiliki oleh Tristan memang unik. Toko tersebut menerima dan menjual kembali barang-barang milik mereka yang telah ditinggalkan atau merasa kecewa dengan mantan kekasih mereka. Tristan sendiri harus berhadapan kembali dengan kisah romansa dari masa lalu ketika mantan kekasihnya, Laras (Marsha Timothy), datang ke Toko Barang Mantan untuk menghantarkan undangan pernikahannya. Walau berpura-pura tegar di hadapan Laras maupun di hadapan kedua pegawainya, Amel (Dea Panendra) dan Rio (Iedil Dzuhrie Alaudin), pertemuan tersebut membuat Tristan mempertanyakan kembali alasan berakhirnya hubungan romansa yang dahulu terjalin antara dirinya dengan Laras. Continue reading Review: Toko Barang Mantan (2020)
Review: Love for Sale 2 (2019)
Masih ingat dengan sosok Arini (Della Dartyan) yang mampu meluluhlantakkan hati (dan kehidupan) seorang pria penyendiri bernama Richard (Gading Marten) dalam pengisahan Love for Sale (Andibachtiar Yusuf, 2018)? Well… kisah perjalanan sang “gadis penjaja cinta” yang bekerja di sebuah perusahaan aplikasi kencan daring bernama Love Inc. tersebut berlanjut lewat Love for Sale 2. Kali ini, Arini ditugaskan untuk “mendampingi” Ican (Adipati Dolken), seorang pria berusia 32 tahun yang mulai kewalahan untuk menghadapi permintaan sang ibu, Rosmaida (Ratna Riantiarno), agar dirinya segera menikah. Oleh Ican, Arini diperkenalkan kepada sang ibu sebagai mantan kekasih di saat menjalani masa kuliah dahulu yang kini sedang bertugas di Jakarta. Rosmaida jelas merasa senang melihat kedekatan putera keduanya tersebut dengan seorang perempuan yang dirasakannya sangat memenuhi kriteria sebagai seorang menantu idaman: taat beribadah, pintar memasak, dan masih kental pemahamannya akan adat istiadat. Seperti halnya karakter Richard dalam Love for Sale, Ican mulai melihat perubahan yang dibawa Arini dalam kehidupannya dan merasakan hal yang berbeda ketika dirinya sedang menatap atau sedang bersama gadis tersebut. Ya, seperti ibunya, Ican sudah jatuh cinta dengan sosok Arini. Continue reading Review: Love for Sale 2 (2019)
Review: Yowis Ben II (2019)
Terlepas dari barisan dialognya yang didominasi oleh Bahasa Jawa, perilisan Yowis Ben (Fajar Nugros, Bayu Skak, 2018) mampu memberikan kejutan ketika film tersebut berhasil mencuri perhatian banyak penikmat film Indonesia. Secara perlahan, film komedi yang juga menjadi debut penyutradaraan bagi Skak tersebut menyaingi keberadaan film-film lokal dan internasional lain yang dirilis di saat yang bersamaan, bertahan cukup lama di banyak layar bioskop – khususnya yang berada di Pulau Jawa, untuk kemudian sukses mengumpulkan lebih dari sembilan ratus ribu penonton selama masa tayangnya. Dengan ukiran prestasi tersebut, tidak mengherankan bila Nugros dan Skak kembali bekerjasama dan berusaha untuk mengulang (atau malah memperbesar) kesuksesan mereka dengan merilis sebuah sekuel bagi Yowis Ben. Dan dengan formula cerita dan guyonan yang masih setia dengan film pendahulunya, Yowis Ben 2 dipastikan akan tetap dapat menghibur para barisan penggemarnya – dan bahkan mungkin akan mampu mendapatkan beberapa penggemar baru. Continue reading Review: Yowis Ben II (2019)
Review: Laundry Show (2019)
Diadaptasi dari novel The Laundry Show karangan Uki Lukas, film terbaru arahan Rizki Balki (A: Aku, Benci & Cinta, 2017), Laundry Show, berkisah mengenai Uki (Boy William) yang karena telah merasa jenuh dengan perjalanan karirnya kemudian memilih untuk berhenti dari pekerjaannya. Dengan modal semangat yang diberikan oleh seorang motivator terkenal dan inspirasi dari sang ibu yang sempat bekerja sebagai seorang tukang cuci, Uki lantas mendirikan usaha layanan binatu. Membangun dan memulai usaha sendiri jelas bukanlah pekerjaan yang gampang. Bahkan setelah Uki berhasil menemukan lokasi usaha yang tepat, berbagai perlengkapan kerja, hingga para karyawan yang dapat mendukung usaha layanan binatunya tersebut, Uki masih harus memutar otak untuk dapat mencari cara agar usaha layanan binatunya mampu menarik perhatian banyak konsumen. Namun, tantangan terbesar bagi usaha layanan binatu milik Uki datang ketika sebuah usaha layanan binatu lain yang lebih besar, didukung teknologi yang lebih modern, serta mampu menawarkan banyak potongan harga kemudian dibuka tepat di hadapan lokasi usaha layanan binatu milik Uki. Perseteruan antara Uki dengan pemilik usaha layanan binatu baru tersebut, Agustina (Giselle Anastasia), kemudian mulai memanas. Continue reading Review: Laundry Show (2019)
Review: Keluarga Cemara (2019)
“Harta yang paling berharga adalah keluarga…”
Seperti halnya Si Doel Anak Sekolahan – Keluarga Cemara merupakan salah satu serial televisi terpopular – dan mungkin juga paling dicintai – yang pernah tayang di sepanjang sejarah pertelevisian Indonesia. Hadir pertama kali pada tahun 1996 di saluran Rajawali Citra Televisi Indonesia, serial televisi yang diadaptasi dari seri novel berjudul sama karangan Arswendo Atmowiloto tersebut berhasil merebut hati banyak penontonnya dengan kisah mengenai kehidupan keseharian sebuah keluarga yang meskipun sederhana namun dipenuhi warna serta dinamika yang begitu terasa erat dengan kehidupan banyak lapisan sosial masyarakat Indonesia. Lebih dari sepuluh tahun semenjak episode terakhirnya mengudara, dan mengikuti jejak adaptasi layar lebar Si Doel Anak Sekolahan yang dirilis pertengahan tahun lalu, produser Anggia Kharisma (Buka’an 8, 2017) dan Gina S. Noer kembali menghadirkan Abah, Emak, Euis, dan Ara dalam versi film Keluarga Cemara dengan arahan dari sutradara Yandy Laurens. Continue reading Review: Keluarga Cemara (2019)
Festival Film Indonesia 2018 Winners List
Seperti yang telah diprediksi, film yang mewakili Indonesia untuk berkompetisi di kategori Best Foreign Language Film pada ajang The 91st Annual Academy Awards mendatang, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak berhasil terpilih menjadi Film Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2018. Film arahan Mouly Surya tersebut juga berhasil memenangkan sepuluh kategori termasuk Sutradara Terbaik untuk Surya, Pemeran Utama Wanita Terbaik untuk Marsha Timothy, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik untuk Dea Panendra, dan Skenario Asli Terbaik untuk naskah cerita yang ditulis oleh Surya bersama dengan Rama Adi. Continue reading Festival Film Indonesia 2018 Winners List
Festival Film Indonesia 2018 Nominations List
Komite Festival Film Indonesia akhirnya mengumumkan daftar nominasi Festival Film Indonesia 2018… and they’re pretty bold… and spot on. Daripada berusaha memenuhi kuota sejumlah judul atau nama untuk mengisi satu kategori, Komite Festival Film Indonesia kali ini hanya memberikan nominasi pada deretan judul atau nama yang dinilai benar-benar telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Tidak mengherankan, mengingat minimnya penampilan kualitas film-film Indonesia yang tergolong mengesankan yang rilis di sepanjang tahun ini, beberapa kategori utama kemudian hanya memiliki tiga atau empat peraih nominasi. Dengan melakukan penilaian terhadap setiap film Indonesia yang rilis di layar bioskop pada jangka waktu 1 Oktober 2017 hingga 30 September 2018, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017) berhasil menjadi film dengan raihan nominasi terbesar pada ajang Festival Film Indonesia 2018. Film yang juga menjadi unggulan Indonesia untuk berkompetisi di kategori Best Foreign Languange Film di Academy Awards mendatang tersebut sukses mencatatkan dirinya pada 15 kategori yang tersedia – termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Surya), Pemeran Utama Wanita Terbaik (Marsha Timothy), dan Skenario Asli Terbaik (Surya, Rama Adi). Continue reading Festival Film Indonesia 2018 Nominations List
Review: Partikelir (2018)
Nama Pandji Pragiwaksono jelas bukanlah nama baru di industri perfilman Indonesia. Semenjak namanya popular sebagai seorang komika, Pragiwaksono juga telah berkesempatan menunjukkan kemampuan aktingnya lewat film-film seperti Make Money (Sean Monteiro, 2013), Comic 8 (Anggy Umbara, 2014), {rudy habibie} (Hanung Bramantyo, 2016), Stip & Pensil (Ardy Octaviand, 2017), dan Ayat-ayat Cinta 2 (Guntur Soeharjanto, 2017). Mengikuti jejak rekan-rekan komikanya seperti Kemal Palevi, Raditya Dika, Ernest Prakasa, dan Bayu Skak, Pragiwaksono kini menguji kemampuannya dalam penyutradaraan sebuah film lewat Partikelir. Juga berperan sebagai aktor dan penulis naskah cerita bagi film drama komedi aksi ini, Partikelir menghadirkan elemen-elemen komedi yang mungkin telah terasa familiar bagi para penggemar celotehan Pragiwaksono. Sayang, sebagai sebuah presentasi cerita keseluruhan, Partikelir tidak mampu berbicara banyak dan seringkali terasa goyah dalam banyak bagian pengisahannya. Continue reading Review: Partikelir (2018)
Review: Love for Sale (2018)
Siapa yang tidak akan terpesona dengan sosok Arini Kusuma (Della Dartyan)? Figur fisiknya jelas akan mampu menggoda setiap pecinta wanita yang mengenalnya. Tidak hanya itu, Arini adalah sosok yang memiliki kepribadian yang juga mampu tampil memikat – mulai dari pengetahuannya soal dunia sepakbola, keahlian memasak, hingga urusan ranjang. Namun, berbeda dengan gadis-gadis lainnya, Arini bukanlah sosok wanita yang dapat ditemukan di sembarang tempat. Oleh Richard Achmad (Gading Marten) – sesosok pria yang telah terlalu lama hidup menyendiri, Arini Kusuma ditemukan di sebuah aplikasi percintaan yang membiarkan penggunanya untuk bertemu dengan gadis impiannya setelah mereka membayar sejumlah uang. Richard Achmad sendiri awalnya hanya ingin Arini Kusuma menemaninya ke sebuah pesta pernikahan sahabatnya. Daya tarik Arini Kusuma-lah yang secara perlahan mengubah kehidupan Richard Achmad dan membuatnya mampu merasakan sebuah perasaan cinta yang sebenarnya telah sangat lama tidak pernah dirasakannya. Continue reading Review: Love for Sale (2018)
Review: Susah Sinyal (2017)
Melalui dua film perdananya, Ngenest (2015) dan Cek Toko Sebelah (2016), Ernest Prakasa telah cukup berhasil membuktikan posisinya sebagai salah satu sutradara sekaligus penulis naskah yang patut diperhitungkan keberadaannya di industri film Indonesia. Jika Ngenest mampu memisahkan Prakasa dari segerombolan rekan komika sepantarannya yang juga mencoba peruntungannya dengan berperan atau mengarahkan atau menjadi penulis naskah dalam sebuah film Indonesia – dengan menghasilkan sebuah film drama komedi yang menyasar pasar yang lebih dewasa dari penonton muda maupun remaja, maka Cek Toko Sebelah bahkan berhasil melangkah lebih jauh lagi. Tidak hanya film tersebut mampu meraih kesuksesan komersial dengan mendapatkan lebih dari dua juta penonton selama masa tayangnya, Cek Toko Sebelah juga berhasil meraih pujian luas dari kalangan kritikus film nasional yang kemudian membawa film yang dibintangi Prakasa bersama Dion Wiyoko tersebut mendapatkan sembilan nominasi di ajang Festival Film Indonesia 2017 termasuk nominasi untuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Continue reading Review: Susah Sinyal (2017)
Review: Hangout (2016)
Film garapan terbaru Raditya Dika, Hangout, dibintangi oleh Dika bersama dengan Soleh Solihun, Prilly Latuconsina, Gading Marten, Bayu Skak, Surya Saputra, Dinda Kanya Dewi, Titi Kamal dan Mathias Muchus – yang masing-masing berperan sebagai “versi alternatif” dari diri mereka sendiri. Kesembilan tokoh publik tersebut secara tidak sengaja bertemu di sebuah pulau setelah masing-masing mendapatkan sebuah undangan dari sosok yang sebelumnya belum familiar bagi mereka namun diduga sebagai seorang produser yang berencana akan melakukan proses casting untuk film terbarunya. Dalam suasana santai, kesembilannya menikmati saja semua fasilitas liburan yang telah diberikan pada mereka. Horor kemudian dimulai ketika Mathias Muchus tewas akibat racun yang secara tidak sadar ia konsumsi ketika makan malam. Panik jelas melanda kedelapan orang yang tersisa. Ancaman kematian yang menjebak mereka di pulau tersebut siap menjemput nyawa mereka satu persatu. Continue reading Review: Hangout (2016)