Tag Archives: Jefri Nichol

Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Jailangkung: Sandekala jelas merupakan usaha teranyar untuk menghidupkan sekaligus memberikan penyegaran bagi seri film Jailangkung. Kini diarahkan oleh Kimo Stamboel (Ivanna, 2022), film yang naskah ceritanya ditulis oleh Stamboel bersama dengan Rinaldy Puspoyo (Dilema, 2012) sendiri tidak memiliki keterikatan kisah dengan film-film Jailangkung sebelumnya, baik dua film Jailangkung (2017 – 2018) arahan Jose Poernomo dan Rizal Mantovani – meskipun sebuah adegan dalam film ini memberikan rujukan kecil bagi kedua film tersebut – maupun Jelangkung (2001) garapan Poernomo dan Mantovani yang legendaris itu beserta film-film sekuel dan lepasannya yang dirilis hingga tahun 2007 serta melibatkan Dimas Djayadiningrat dan Angga Dwimas Sasongko untuk duduk di kursi penyutradaraan. Jailangkung: Sandekala bahkan dihadirkan dengan tata penuturan bernuansa misteri investigasi yang jelas cukup menjauh dari atmosfer horor supranatural yang dibawakan oleh film-film Jelangkung/Jailangkung sebelumnya. Continue reading Review: Jailangkung: Sandekala (2022)

Review: My Sassy Girl (2022)

Ketika dirilis pada dua dekade lalu, kesuksesan besar yang mampu diraih oleh My Sassy Girl (Kwak Jae-yong, 2001) tidak hanya menjadikan film komedi romansa tersebut menjadi salah satu film dengan pendapatan terbesar sepanjang masa di Korea Selatan. Kesuksesan My Sassy Girl, secara perlahan, juga menyebar ke sejumlah negara di berbagai wilayah Asia dan menjadi salah satu momen krusial bagi Korean wave yang menandai kebangkitan minat dunia atas berbagai produk kultur pop yang berasal dari Korea Selatan – yang, tentu saja, kemudian terus meningkat hingga mendominasi dunia hiburan hingga saat ini. Keberhasilan film yang dibintangi Jun Ji-hyun dan Cha Tae-hyun itu lantas coba diteruskan dengan sebuah sekuel berjudul My New Sassy Girl (Joh Keun-shik, 2016) – yang, sayangnya, gagal untuk merebut perhatian penikmat film dunia, diadaptasi menjadi serial televisi, serta dibuat ulang oleh sejumlah negara lain, termasuk Amerika Serikat, India, China, Filipina, dan Indonesia. Continue reading Review: My Sassy Girl (2022)

Review: Dear Nathan Thank You Salma (2022)

Dirancang sebagai bagian penutup dari trilogi Dear Nathan – yang sebelumnya telah menghadirkan dua film arahan Indra Gunawan, Dear Nathan (2017) dan Dear Nathan Hello Salma (2018) – Dear Nathan Thank You Salma menyajikan tata penuturan yang lebih dewasa serta kandungan cerita yang lebih rumit jika dibandingkan dengan struktur pengisahan dua film sebelumnya. Diadaptasi dari novel karangan Erisca Febriani yang berjudul Thank You Salma oleh duo penulis naskah cerita Dear Nathan, Bagus Bramanti dan Gea Rexy, linimasa penceritaan Dear Nathan Thank You Salma tidak melulu berkutat pada hubungan romansa yang terjalin antara dua karakter utamanya, Nathan (Jefri Nichol) dan Salma (Amanda Rawles), dengan menghadirkan pendewasaan pada konflik dan karakternya serta tema cerita yang terasa peka akan isu sosial. Continue reading Review: Dear Nathan Thank You Salma (2022)

Festival Film Indonesia 2021 Nominations List

Penyalin Cahaya (2021), film yang menjadi debut pengarahan film panjang bagi Wregas Bhanuteja, mampu melampaui para pesaingnya dengan menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak di ajang Festival Film Indonesia 2021. Film yang dirilis secara internasional dengan judul Photocopier tersebut berhasil mengumpulkan 17 nominasi, termasuk di kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik untuk naskah cerita yang ditulis oleh Bhanuteja bersama dengan Henricus Pria, serta nominasi di seluruh kategori akting; Pemeran Utama Pria Terbaik untuk Chicco Kurniawan, Pemeran Utama Perempuan Terbaik untuk Shenina Cinnamon, Pemeran Pendukung Pria Terbaik untuk Guilio Parengkuan dan Jerome Kurnia, serta Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik untuk Dea Panendra. Continue reading Festival Film Indonesia 2021 Nominations List

Review: Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi (2020)

Boy Candra is at it. AGAIN!

Masih ingat momen-momen buruk ketika Anda menyaksikan Malik & Elsa (Eddy Prasetya, 2020) yang dirilis MAX Pictures bersama Disney+ Hotstar pada minggu lalu? Well… novel-novel karangan Candra sepertinya memang tengah menjadi komoditas terhangat untuk diadaptasi oleh para produser film Indonesia. Tidak lama setelah perilisan Malik & Elsa, kini giliran IFI Sinema dan Screenplay Films yang bekerjasama dengan Netflix untuk merilis Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi yang alur kisahnya juga diambil dari novel tulisan Candra yang berjudul sama. Keberadaan Jefri Nichol sebagai pemeran utama, Lasja F. Susatyo (Cinta dari Wamena, 2013) di kursi penyutradaraan, serta Upi (#TemantapiMenikah, 2018) sebagai penulis naskah memang memberikan secercah harapan pada film drama romansa remaja ini. Sayang, talenta-talenta industri perfilman Indonesia tersebut ternyata tidak mampu membalut kualitas dasar cerita yang sepertinya memang tidak dapat diselamatkan lagi. Continue reading Review: Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi (2020)

Review: Habibie & Ainun 3 (2019)

Jika Habibie & Ainun (Faozan Rizal, 2012) menjajaki kisah cinta yang diarungi oleh kedua karakter utamanya dan {rudy habibie} (Hanung Bramantyo, 2016) memberikan ruang pada linimasa ceritanya bagi kisah personal dari karakter Habibie semasa dirinya sedang menjalani pendidikan di Jerman, maka bagian teranyar dari seri film yang jalan ceritanya diinspirasi dari autobiografi berjudul Habibie & Ainun yang ditulis oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, akan menghadirkan fokus pada kehidupan karakter Ainun. Kembali diarahkan oleh Bramantyo, Habibie & Ainun 3 mencoba untuk sedikit menjauh dari hubungan romansa yang terjalin antara karakter Habibie dan Ainun dan memperkenalkan berbagai sosok yang berada dalam kehidupan karakter Ainun semenjak masa remaja yang memberikan pengaruh pada pemikiran, ambisi, hingga kisah percintaannya. Sebuah pilihan cerita yang sebenarnya cukup menarik – seandainya Bramantyo tidak mengulang lagi kesalahan yang dahulu dilakukannya pada {rudy habibie}. Continue reading Review: Habibie & Ainun 3 (2019)

Review: Bebas (2019)

Sunny mungkin merupakan salah satu film drama komedi bertema persahabatan terbaik sekaligus paling hangat yang pernah diproduksi oleh industri film Korea Selatan. Dirilis pada tahun 2011, film arahan sutradara Kang Hyeong-cheol tersebut tidak hanya berhasil meraih kesuksesan secara komersial – dengan pendapatan sebesar US$51.1 juta, Sunny merupakan film dengan raihan pendapatan terbesar kedua pada tahun 2011 dan menjadi salah satu film dengan pendapatan terbesar sepanjang masa di Korea Selatan hingga saat ini – namun juga mampu meraih pujian luas dari kalangan kritikus film serta meraih sembilan nominasi di ajang The 48th Annual Grand Bell Awards dan memenangkan dua diantaranya, Best Director dan Best Editing. Seperti halnya kesuksesan Miss Granny (Hwang Dong-hyuk, 2015) – yang di Indonesia diadaptasi dan dirilis dengan judul Sweet 20 (Ody C. Harahap, 2017), Sunny lantas diadaptasi menjadi film layar lebar di sejumlah negara lain. Kolaborasi antara produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza yang sebelumnya telah menghasilkan Athirah (2016), Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016) dan Kulari ke Pantai (2018) menangani adaptasi Sunny di Indonesia dan merilisnya sebagai Bebas. Continue reading Review: Bebas (2019)

Review: Hit & Run (2019)

Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Fajar Putra S dan Upi (My Stupid Boss 2, 2019), film terbaru arahan Ody C. Harahap (Orang Kaya Baru the Movie, 2019), Hit & Run, mencoba memadukan elemen aksi dengan komedi. Jalan ceritanya sendiri berfokus pada sosok polisi bernama Tegar (Joe Taslim) yang tidak hanya merupakan seorang polisi berprestasi namun juga menyandang gelar selebriti karena reality show popular bernama Hit & Run yang ia bintangi. Dalam salah satu tugas yang diberikan padanya, Tegar menangkap seorang penjual narkotika dan obat-obatan terlarang palsu, Lio (Chandra Liow), yang diduga memiliki hubungan kerjasama dengan Coki (Yayan Ruhian) yang merupakan seorang pimpinan gembong penjual narkotika dan obat-obatan terlarang yang baru saja melarikan diri dari penjara dan kini menjadi salah satu orang yang paling dicari oleh pihak kepolisian. Lio ternyata tidak memiliki hubungan langsung dengan Coki. Namun, melalui perantaraan Lio, Tegar kemudian menemukan beberapa petunjuk yang mampu membawanya untuk berhadapan langsung dengan Coki. Continue reading Review: Hit & Run (2019)

Review: DreadOut (2019)

Menyusul Timo Tjahjanto yang telah mengarahkan Sebelum Iblis Menjemput (2018) dan The Night Comes for Us (2018) secara solo, belahan jiwa Mo Brothers lainnya, Kimo Stamboel, kini memamerkan kemampuan penyutradaraannya lewat DreadOut. Diatas kertas, premis yang ditawarkan film ini jelas terdengar menarik. Bukan sebuah film horor biasa, jalan cerita DreadOut diadaptasi dari sebuah permainan video bertema horor buatan Indonesia yang telah cukup popular di kalangan para penikmat permainan video baik dalam skala lokal maupun dalam skala internasional – yang menjadikan DreadOut sebagai film adaptasi permainan video pertama di Indonesia. Begitu pula dengan deretan pengisi departemen aktingnya yang dipenuhi nama-nama aktor dan aktris muda Indonesia seperti Jefri Nichol, Caitlin Halderman, Marsha Aruan, hingga Susan Sameh yang jelas telah memiliki kredibilitas kemampuan akting yang cukup meyakinkan. Then what could go wrong? Banyak hal, ternyata… khususnya ketika penceritaan film tidak mendapatkan dukungan kualitas naskah cerita yang solid. Continue reading Review: DreadOut (2019)

Review: Dear Nathan Hello Salma (2018)

Lebih dari setahun semenjak perilisan Dear Nathan (Indra Gunawan, 2017) yang menandai kali pertama keduanya berpasangan dalam sebuah film – dan dalam perjalanan masa yang cukup singkat tersebut, percaya atau tidak, keduanya kemudian tampil bersama dalam lima film lainnya – Jefri Nichol dan Amanda Rawles kembali memerankan karakter pasangan muda Nathan dan Salma dalam film yang menjadi sekuel bagi Dear Nathan, Dear Nathan Hello Salma. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Bagus Bramanti (Kartini, 2017) berdasarkan buku Hello Salma karangan Erisca Febriani, Dear Nathan Hello Salma, tentu saja, masih memberikan fokus ceritanya pada perjalanan hubungan asmara yang terjalin antara dua karakter utamanya. Namun, selayaknya sebuah sekuel, film ini kemudian turut berusaha untuk menghadirkan cakupan wilayah penceritaan yang lebih besar daripada hubungan romansa antara karakter Nathan dan Salma dengan menggariskan karakter-karakter baru yang turut membawa barisan konflik baru pada kehidupan kedua karakter utama. Continue reading Review: Dear Nathan Hello Salma (2018)

Review: Something in Between (2018)

Dalam Something in Between – yang menandai kali keenam keduanya tampil bersama dalam jangka waktu satu tahun terakhir, Jefri Nichol dan Amanda Rawles berperan sebagai Gema dan Maya, dua murid sekolah menengah atas dengan dua kepribadian yang berbeda. Jika Maya merupakan seorang murid cerdas yang kini berada di kelas unggulan maka Gema merupakan sosok pemuda yang tidak begitu peduli dengan arti pentingnya pendidikan dan hidup bebas sesuai dengan kemauan hatinya. Namun, sikap Gema secara perlahan berubah ketika dirinya mulai mengenal Maya. Demi menarik perhatian sang gadis, Gema mulai serius menekuni setiap mata pelajaran yang diikutinya. Berhasil. Tidak hanya ketekunan belajarnya membuat Gema kemudian dipindahkan ke kelas unggulan, Maya juga akhirnya menaruh perhatian dan jatuh hati padanya. Layaknya dua remaja yang saling jatuh cinta lainnya, Gema dan Maya memadu janji untuk saling setia kepada satu sama lain untuk selamanya. Sebuah janji yang kemudian akan mengubah hidup mereka di masa sekarang… dan masa yang akan datang. Continue reading Review: Something in Between (2018)

Review: Jailangkung 2 (2018)

Walau mendapatkan penilaian yang kurang begitu menyenangkan dari banyak kritikus dan penikmat film Indonesia, namun raihan jumlah penonton yang mencapai angka lebih dari 2.5 juta penonton dari Jailangkung (Jose Poernomo, Rizal Mantovani, 2018) jelas menjadi penentu bagi Screenplay Films – yang kini mendelegasikan tugas produksi ke divisi horor mereka, Sky Media – dan Legacy Pictures untuk memproduksi sekuel film tersebut. Jika dibandingkan dengan seri pendahulunya, tidak begitu banyak hal yang berubah pada Jailangkung 2. Poernomo dan Mantovani kembali duduk di kursi penyutradaraan. Jefri Nichol, Amanda Rawles, Lukman Sardi, dan Hannah Al Rashid juga masih memberikan penampilan akting mereka dengan Naufal Samudra, Ratna Riantiarno, dan Deddy Sutomo – dalam penampilan terakhirnya sebelum meninggal dunia pada April lalu – hadir memperkuat departemen akting film ini. Sementara itu, Baskoro Adi Wuryanto, sayangnya, kembali dipercaya untuk mengerjakan naskah film dengan bantuan dari Ve Handojo (Cewek Gokil, 2011). Because why would you mess with a winning formula, right? Continue reading Review: Jailangkung 2 (2018)

Review: Surat Cinta untuk Starla the Movie (2017)

Berawal dari sebuah lagu berjudul sama milik vokalis Virgoun – yang begitu populer hingga judulnya menjadi kata kunci paling dicari di Google Search Indonesia pada sepanjang tahun 2017, Surat Cinta untuk Starla kemudian dikembangkan menjadi sebuah webseries berjudul sama yang dirilis sebanyak tujuh episode melalui YouTube. Dibintangi oleh Jefri Nichol dan Caitlin Halderman, webseries tersebut juga berhasil memperoleh kepopuleran yang sama dengan setiap episode telah disaksikan rata-rata sebanyak lebih dari dua juta kali. Berbekal kesuksesan tersebut, Screenplay Films dan Legacy Pictures menugaskan duo penulis naskah yang sebelumnya bertanggungjawab atas naskah cerita film-film arahan Asep Kusdinar seperti Magic Hour (2015), London Love Story (2016), dan Promise (2017), Sukhdev Singh dan Tisa TS, untuk menggarap naskah cerita versi film dari Surat Cinta untuk Starla. Hasilnya? Well… mungkin Surat Cinta untuk Starla the Movie dibuat murni untuk menghibur para penggemar berat lagu dan webseries Surat Cinta Untuk Starla karena, lebih dari itu, film ini tampil nyaris mati rasa di setiap bagian penceritaannya. Continue reading Review: Surat Cinta untuk Starla the Movie (2017)