Terlepas dari barisan dialognya yang didominasi oleh Bahasa Jawa, perilisan Yowis Ben (Fajar Nugros, Bayu Skak, 2018) mampu memberikan kejutan ketika film tersebut berhasil mencuri perhatian banyak penikmat film Indonesia. Secara perlahan, film komedi yang juga menjadi debut penyutradaraan bagi Skak tersebut menyaingi keberadaan film-film lokal dan internasional lain yang dirilis di saat yang bersamaan, bertahan cukup lama di banyak layar bioskop – khususnya yang berada di Pulau Jawa, untuk kemudian sukses mengumpulkan lebih dari sembilan ratus ribu penonton selama masa tayangnya. Dengan ukiran prestasi tersebut, tidak mengherankan bila Nugros dan Skak kembali bekerjasama dan berusaha untuk mengulang (atau malah memperbesar) kesuksesan mereka dengan merilis sebuah sekuel bagi Yowis Ben. Dan dengan formula cerita dan guyonan yang masih setia dengan film pendahulunya, Yowis Ben 2 dipastikan akan tetap dapat menghibur para barisan penggemarnya – dan bahkan mungkin akan mampu mendapatkan beberapa penggemar baru.
Jalan cerita Yowis Ben 2 dimulai ketika para anggota kelompok musik Yowis Ben memutuskan untuk mengakhiri kerjasama mereka dengan Cak Jon (Arief Didu) sebagai manajer karena dianggap tidak lagi mampu untuk membesarkan karir musik Yowis Ben. Sebagai gantinya, Yowis Ben kemudian mempercayakan karir musik mereka kepada Cak Jim (Timo Scheunemann) yang dianggap lebih berkompeten karena pengalamannya dalam membimbing dan membesarkan nama banyak kelompok musik berskala nasional. Sebagai langkah pertama, Cak Jim meminta para anggota Yowis Ben, Bayu (Skak), Doni (Joshua Suherman), Nando (Brandon Salim), dan Yayan (Tutus Thomson), untuk beranjak dari Malang dan pindah ke Bandung yang dianggap sebagai kiblat bagi banyak musisi Indonesia. Meskipun berat, Yowis Ben lantas menyanggupi permintaan tersebut. Bayu, Doni, Nando, dan Yayan kemudian terus berlatih keras untuk dapat menggapai mimpi besar mereka. Sayangnya, rasa optimisme yang mereka miliki kemudian secara perlahan menyurut setelah deraan tantangan hadir untuk menguji karir sekaligus jalinan persahabatan keempatnya.
Lewat naskah cerita yang digarap oleh Bagus Bramanti – yang juga menjadi penulis naskah bagi seri sebelumnya, Nugros dan Skak berhasil menghadirkan Yowis Ben 2 dengan lanskap pengisahan yang lebih luas. Jika Yowis Ben lebih berfokus pada bagaimana para karakter yang tergabung dalam kelompok Yowis Ben berusaha menyesuaikan diri antara satu dengan yang lain – plus dengan beberapa kisah personal dari para karakternya, maka Yowis Ben 2 menyajikan kisah tentang bagaimana kelompok musik itu berusaha untuk mengembangkan karir bermusik mereka. Komposisi pengisahan yang dihadirkan guna membangun elemen pengisahan tersebut memang tidaklah terasa istimewa ataupun benar-benar segar. Cukup mudah untuk ditebak arah pergerakannya. Meskipun begitu, berbekal kisah persahabatan yang terjalin hangat antara karakter Bayu, Doni, Nando, dan Yayan, Yowis Ben 2 benar-benar terasa bergerak dinamis ketika film ini memberikan fokusnya pada deretan momen kebersamaan karakter-karakternya dalam menghadapi ujian atau tantangan bagi kelompok musik mereka.
Tidak mengherankan, ketika alur pengisahan Yowis Ben 2 mulai terdistraksi dengan peralihan perhatian cerita pada kisah jalinan asmara yang dibangun antara karakter Bayu dengan Asih (Anya Geraldine), Yowis Ben 2 mulai terasa kehilangan keseimbangan arahnya. Cerita yang tadinya berada di putaran perjuangan para karakter anggota kelompok musik Yowis Ben dalam menggapai mimpi lebih besar mereka kemudian beralih menjadi komedi percintaan antara karakter Bayu, Asih, dan ayah dari karakter Asih (Budi Dalton) – dengan kisah-kisah para karakter lain menjadi latar belakang dan pengisi jeda waktu diantara kisah-kisah tersebut. Bentukan kisah antara karakter Bayu dan Asih memang masih mampu menghadirkan beberapa momen manis. Namun, sayangnya, tidak pernah benar-benar mampu untuk tampil mengikat dengan adanya deretan sempalan cerita lain yang terus berjalan di belakang kisah tersebut. Guyonan yang disajikan – yang sering membenturkan antara guyonan dalam Bahasa Jawa dengan guyonan dalam Bahasa Sunda – juga seringkali tampil monoton, berulang, dan tidak terlalu berkembang dengan baik.
Dengan pecahnya perhatian penceritaan, Yowis Ben 2 lantas terasa begitu tergesa-gesa untuk menghadirkan penyelesaian seluruh konfliknya pada paruh akhir cerita. Beruntung, barisan pengisi departemen akting film ini masih mampu menghadirkan performa terbaiknya dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan. Terlepas dari berbagai kelemahannya – sajian musik yang tak lagi mampu se-catchy dahulu, guyonan yang kebanyakan tidak lagi terasa segar, hingga struktur cerita yang tidak terbangun dengan fokus yang kuat, Yowis Ben 2 masih cukup mampu menghadirkan beberapa momen menyenangkan. Cukup disayangkan jika film ini lantas tidak mampu untuk tampil dengan kualitas cerita lebih baik atau bahkan menyamai film pendahulunya. [C-]
Yowis Ben II (2019)
Directed by Fajar Nugros, Bayu Skak Produced by Chand Parwez Servia, Fiaz Servia Written by Bagus Bramanti Starring Bayu Skak, Joshua Suherman, Brandon Salim, Tutus Thomson, Anya Geraldine, Anggika Bolsterli, Devina Aureel, Laura Theux, Timo Scheunemann, Arief Didu, Tri Yudiman, Cut Meyriska, Glenca Chysara, Aliyah Faizah, Clairine Clay, Erick Estrada, Billy Boedjanger, Cak Kartolo, Cak Wito, Selfi Nafilah, Richard Oh, Gading Marten, Anang Batas, Veginanda, Indra Widjaya, Agus Hartono, Dewiwati, Indah Prasetyo, Bagus Back, Valina Nadira, Damar Aji Prasetyo, Dhenmas Panji, Hanief Nur Rofieq, Al Mar’atus Sholihah, Budi Dalton, McDanny, Jovial da Lopez, Andovi da Lopez, Mamat Alkatiri, Sadana Agung, Krisjiana, Rocket Rockers, Joehana Sutisna, Ridwan Kamil, Gibran Rakabuming Music by Andhika Triyadi Cinematography Goenrock Edited by Wawan I. Wibowo Production company Starvision Running time 109 minutes Country Indonesia Language Indonesian
One thought on “Review: Yowis Ben II (2019)”