Tag Archives: Florence Pugh

Review: Black Widow (2021)

Lebih dari satu dekade semenjak diperkenalkan pertama kali melalui Iron Man 2 (Jon Favreau, 2010), tampil di sembilan film yang menjadi bagian Marvel Cinematic Universe, serta menyaksikan rekan-rekannya sesama karakter pahlawan super perempuan yang diadaptasi dari seri komik seperti Captain Marvel dan Wonder Woman mendapatkan film tunggal mereka terlebih dahulu, Marvel Studios akhirnya memberikan kesempatan – atau penghormatan, mengingat apa yang terjadi dalam linimasa Avengers: Endgame (Anthony Russo, Joe Russo, 2019) – pada karakter Natasha Romanoff/Black Widow untuk membintangi film yang akan bercerita tentang karakter tersebut secara seutuhnya. Meskipun menjadi film pertama dalam fase keempat pengisahan Marvel Cinematic Universe, linimasa pengisahan utama Black Widow sendiri bertautan dengan sejumlah konflik yang sebelumnya digambarkan pada Captain America: Civil War (Anthony Russo, Joe Russo, 2016). Continue reading Review: Black Widow (2021)

Review: Little Women (2019)

Jelas merupakan salah satu novel terpopular sepanjang masa di Amerika Serikat – bahkan dunia, Little Women (1868) yang ditulis oleh Louisa May Alcott telah diadaptasi ke berbagai media, mulai dari film, film televisi, serial televisi, drama panggung, hingga drama radio. Hollywood sendiri, semenjak tahun 1917, tercatat telah menghasilkan tujuh film yang alur kisahnya diadaptasi dari Little Women dengan nama-nama aktris besar seperti Katharine Hepburn, Elizabeth Taylor, Janet Leigh, Winona Ryder, Kirsten Dunst, Claire Danes, dan Susan Sarandon pernah turut terlibat didalamnya. Adaptasi terbaru dari Little Women hadir dalam arahan Greta Gerwig (Lady Bird, 2017) berdasarkan naskah cerita yang juga ditulisnya sendiri. Berbeda dengan kebanyakan film adaptasi Little Women sebelumnya yang memberikan fokus pengisahan yang besar bagi sosok Jo March, Gerwig membuka ruang pengisahan yang lebih luas bagi karakter kakak beradik March lainnya meskipun tetap menjadikan karakter Jo March menjadi sosok sentral bagi pengisahan film. Pilihan berani nan cerdas yang ternyata berhasil menjadikan pengisahan Little Women tampil lebih hidup. Continue reading Review: Little Women (2019)

The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

Banyak catatan menarik dari pengumuman nominasi The 92nd Annual Academy Awards. Joker (Todd Phillips, 2019) berhasil melampaui ekspektasi banyak pihak dengan raihan sebelas nominasi termasuk di kategori Best Picture, Best Director, Best Actor in a Leading Role untuk penampilan prima Joaquin Phoenix, dan Best Adapted Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis Phillips bersama dengan Scott Silver. Raihan sebelas nominasi tersebut juga tidak hanya menjadikan Joker sebagai film peraih nominasi terbanyak di ajang penghargaan Academy Awards kali ini namun juga menjadikannya sebagai film hasil adaptasi komik tersukses di sepanjang sejarah pelaksanaan ajang penghargaan insan film paling prestisius di Amerika Serikat (dunia?) tersebut. Kesuksesan Joker diikuti oleh 1917 (Sam Mendes, 2019), The Irishman (Martin Scorsese, 2019), dan Once Upon a Time in… Hollywood (Quentin Tarantino, 2019) yang sama-sama meraih sepuluh nominasi. Ketiga film tersebut juga akan bersaing bersama dengan Joker serta Ford v Ferrari (James Mangold, 2019), Jojo Rabbit (Taika Waititi, 2019), Little Women (Greta Gerwig, 2019), Marriage Story (Noah Baumbach, 2019), dan Parasite (Bong Joon-ho, 2019) untuk memperebutkan gelar Best Picture. Continue reading The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

The 20 Best Movie Performances of 2019

What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.

Berikut adalah dua puluh penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2019, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis.

Continue reading The 20 Best Movie Performances of 2019

Review: Midsommar (2019)

Walau tidak secemerlang atau semengesankan tahun sebelumnya – dimana Jordan Peele merilis Get Out (2017) yang mendapatkan nominasi Best Picture di ajang The 90th Annual Academy Awards, Yorgos Lanthimos menghadirkan The Killing of a Sacred Deer, adaptasi layar lebar dari It (Andy Muschietti, 2017) menjadi film horor terlaris sepanjang masa, Split (2017) yang kembali memamerkan kehandalan tata cerita dan pengarahan M. Night Shyamalan, atau Joko Anwar yang menerapkan standar baru pengisahan horor bagi industri film Indonesia lewat Pengabdi Setan (2017) – rilisan horor di tahun 2018 jelas tidak tampil mengecewakan. Di tengah rilisan semacam A Quiet Place (John Krasinski, 2018), Suspiria (Luca Guadagnino, 2018), atau Annihilation (Alex Garland, 2018), penikmat film dunia menyaksikan kelahiran seorang pencerita kisah-kisah menyeramkan handal terbaru ketika Ari Aster merilis Hereditary (2018). Lewat film yang ia tulis dan arahkan tersebut, Aster mampu mengemas tema yang sebenarnya telah cukup familiar – yang secara kebetulan juga dapat ditemukan pada tiga film horor nasional yang dirilis secara berdekatan; Pengabdi Setan, Kafir (Azhar Kinoi Lubis, 2018), dan Sebelum Iblis Menjemput (Timo Tjahjanto, 2018) – menjadi sajian yang tidak hanya menakutkan namun juga berkelas, khususnya dengan adanya penampilan prima Toni Collette. Tidak salah jika banyak kritikus film menasbihkan film layar lebar perdana Aster tersebut sebagai sebuah film horor klasik yang baru. Continue reading Review: Midsommar (2019)

Review: The Commuter (2018)

Dalam film teranyarnya bersama sutradara Jaume Collet-Serra (The Shallows, 2016), The Commuter, Liam Neeson berperan sebagai sosok pria paruh baya yang terjebak dalam situasi sulit yang membuatnya seringkali harus terlibat dalam banyak adegan adu fisik yang intens. Yes. You’ve been here before. Sosok karakter yang terdengar familiar karena Neeson pada dasarnya memerankan karakter yang hampir serupa dengan karakter-karakter yang dahulu ia perankan dalam Unknown (2011), Non-Stop (2014), dan Run All Night (2015) yang juga diarahkan oleh Collet-Serra. So what makes The Commuter different then? Tidak banyak. Bahkan, meskipun tetap didampingi penampilan prima dari Neeson, The Commuter gagal untuk hadir dengan pengarahan yang mampu membuat laju penceritaan film ini mengikat kuat para penontonnya. Continue reading Review: The Commuter (2018)