Tag Archives: Tom Hanks

Review: News of the World (2020)

News of the World, sayangnya, bukanlah film yang alur ceritanya diinspirasi oleh lagu-lagu yang ditulis oleh kelompok musik legendaris Queen untuk album rilisan mereka di tahun 1977 yang berjudul sama. News of the World, yang menjadi kali kedua bagi Tom Hanks untuk berada di bawah arahan sutradara Paul Greengrass setelah Captain Phillips (2013), adalah sebuah drama western yang kisahnya diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Paulette Jiles. Kisahnya cukup sederhana. Berlatar belakang waktu pengisahan di tahun 1870, beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Saudara Amerika, seorang veteran perang bernama Captain Jefferson Kyle Kidd (Hanks) menemukan seorang anak perempuan bernama Johanna Leonberger (Helena Zengel) terlantar sendirian di pinggiran jalan setelah angkutan yang membawanya mengalami tindak perampokan. Lewat dokumen-dokumen yang ia temukan bersama dengan anak itu, Captain Jefferson Kyle Kidd kemudian memutuskan untuk mengantarkan sang anak kembali ke kediamannya meskipun ia harus menempuh jarak ribuan kilometer. Continue reading Review: News of the World (2020)

Review: Borat Subsequent Moviefilm: Delivery of Prodigious Bribe to American Regime for Make Benefit Once Glorious Nation of Kazakhstan (2020)

Empat belas tahun lalu, aktor sekaligus komedian asal Inggris, Sacha Baron Cohen, memperkenalkan dunia pada sosok jurnalis asal Kazakhstan bernama Borat Sagdiyev lewat Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit Glorious Nation of Kazakhstan (Larry Charles, 2006). Bukan sosok karakter baru sebenarnya karena Cohen sebelumnya pernah menghadirkan karakter tersebut lewat film Ali G Indahouse (Mark Mylod, 2002). Berkat barisan guyonannya tentang kondisi sosial, budaya, dan politik Amerika Serikat yang disampaikan secara vulgar, Borat tidak hanya berhasil mencuri perhatian (baca: mengejutkan) dunia namun juga sukses meraih kesuksesan komersial sekaligus meraih pujian luas dari para kritikus film. Tidak mengherankan jika naskah cerita Borat yang tergarap cerdas kemudian berhasil mendapatkan nominasi Best Adapted Screenplay dari ajang The 79th Annual Academy Awards. Sekarang, di tahun 2020 yang telah berjalan dengan segala keanehannya, Cohen menghidupkan kembali sosok Borat Sagdiyev. Masih mampukah karakter tersebut menghadirkan kejutan ataupun hiburan bagi para penontonnya? Continue reading Review: Borat Subsequent Moviefilm: Delivery of Prodigious Bribe to American Regime for Make Benefit Once Glorious Nation of Kazakhstan (2020)

The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

Banyak catatan menarik dari pengumuman nominasi The 92nd Annual Academy Awards. Joker (Todd Phillips, 2019) berhasil melampaui ekspektasi banyak pihak dengan raihan sebelas nominasi termasuk di kategori Best Picture, Best Director, Best Actor in a Leading Role untuk penampilan prima Joaquin Phoenix, dan Best Adapted Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis Phillips bersama dengan Scott Silver. Raihan sebelas nominasi tersebut juga tidak hanya menjadikan Joker sebagai film peraih nominasi terbanyak di ajang penghargaan Academy Awards kali ini namun juga menjadikannya sebagai film hasil adaptasi komik tersukses di sepanjang sejarah pelaksanaan ajang penghargaan insan film paling prestisius di Amerika Serikat (dunia?) tersebut. Kesuksesan Joker diikuti oleh 1917 (Sam Mendes, 2019), The Irishman (Martin Scorsese, 2019), dan Once Upon a Time in… Hollywood (Quentin Tarantino, 2019) yang sama-sama meraih sepuluh nominasi. Ketiga film tersebut juga akan bersaing bersama dengan Joker serta Ford v Ferrari (James Mangold, 2019), Jojo Rabbit (Taika Waititi, 2019), Little Women (Greta Gerwig, 2019), Marriage Story (Noah Baumbach, 2019), dan Parasite (Bong Joon-ho, 2019) untuk memperebutkan gelar Best Picture. Continue reading The 92nd Annual Academy Awards Nominations List

Review: Toy Story 4 (2019)

Do we need another Toy Story movie? Seri Toy Story jelas merupakan salah satu elemen paling krusial dalam sejarah perjalanan Pixar Animation Studios. Toy Story (John Lasseter, 1995) merupakan film animasi panjang pertama – sekaligus film animasi perdana yang menggunakan teknologi Computer-Generated Imagery secara utuh di Hollywood – yang dirilis oleh rumah produksi yang kini dimiliki oleh Walt Disney Pictures tersebut. Berbeda dengan kebanyakan seri film lain – termasuk beberapa yang juga diproduksi oleh Pixar Animation Studios, seri film Toy Story berhasil digarap dengan kualitas cerita dan produksi yang tampil berkelas secara konsisten. Tidak mengherankan jika trio film Toy Story, Toy Story 2 (Lasseter, 1999), dan Toy Story 3 (Lee Unkrich, 2010) seringkali dinilai sebagai salah satu trilogi film terbaik sepanjang masa serta begitu dicintai oleh para penggemarnya. Tidak mengherankan, ketika Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studios mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan kisah petualangan Woody dan rekan-rekan mainannya, banyak penikmat film dunia yang lantas kurang mendukung keputusan tersebut. Continue reading Review: Toy Story 4 (2019)

Review: The Post (2017)

This review was originally published on December 27, 2017 and being republished as the movie hits Indonesian theaters today.

Di tahun 1971, Amerika Serikat (dan dunia) dihebohkan dengan perilisan dokumen-dokumen rahasia milik negara di halaman depan harian The New York Times yang memuat detil keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam mulai dari tahun 1945 hingga tahun 1967. Yang membuat banyak warga negara Amerika Serikat lebih murka lagi, dalam dokumen yang kemudian dikenal dengan sebutan Pentagon Papers tersebut, terdapat sebuah analisa yang mengungkapkan fakta dan data bahwa pasukan militer Amerika Serikat sebenarnya tidak memiliki kesempatan untuk memenangkan Perang Vietnam – sebuah kenyataan yang diketahui dan kemudian disembunyikan oleh empat Presiden Amerika Serikat di kala itu: Harry S. Truman, Dwight D. Eisenhower, John F. Kennedy, dan Lyndon B. Johnson. Alasan mengapa pemerintahan Amerika Serikat tetap bertahan di Perang Vietnam? Sederhana: menghindari diri dari rasa malu atas sebuah kekalahan di medan perang. Continue reading Review: The Post (2017)

Review: The Circle (2017)

Dari permukaan, The Circle terlihat sebagai sebuah thriller cerdas bernuansa satir tentang kondisi masyarakat dunia pada era maraknya media sosial di internet. Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Dave Eggers, dengan pengarahan dari James Ponsoldt yang meraih banyak pujian dari kritikus film dunia lewat film-filmnya seperti Smashed (2012), The Spectacular Now (2013), dan The End of the Tour (2015), serta dibintangi nama-nama seperti Tom Hanks, Emma Watson, dan (menjadi film terakhir yang dibintangi oleh) Bill Paxton, The Circle memiliki seluruh formula yang dapat menjadikannya sebagai sajian yang tidak hanya cerdas namun dapat memikat perhatian setiap penontonnya. Sayangnya, deretan formula tersebut berakhir hambar dalam eksekusi Ponsoldt dan membuat The Circle berakhir sebagai sebuah film yang begitu membosankan. Continue reading Review: The Circle (2017)

The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

golden-globesHollywood Foreign Press Association baru saja mengumkan daftar peraih nominasi untuk The 71st Annual Golden Globe Awards. Untuk barisan film layar lebar, berada di garda depan sebagai peraih nominasi terbanyak adalah film terbaru arahan Steve McQueen, 12 Years a Slave, serta film American Hustle arahan David O. Russell yang sama-sama meraih tujuh nominasi. Pun begitu, 12 Years a Slave dan American Hustle hanya akan sama-sama bersaing di dua kategori, Best Director dan Best Screenplay, mengingat Golden Globe Awards memberikan penghargaan yang terpisah bagi film dengan genre Drama (12 Years a Slave) dan Comedy or Musical (American Hustle). Di kategori Best Motion Picture – Drama sendiri, 12 Years a Slave akan bersaing dengan Captain Phillips, Gravity, Philomena dan Rush. Sementara American Hustle akan bersaing dengan Her, Inside Llewyn Davies, Nebraska dan The Wolf of Wall Street di kategori Best Motion Picture – Comedy or Musical.

Continue reading The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

The 17th Annual Online Film Critics Society Awards Nominations List

OFCS-2Kolaborasi ketiga antara sutradara Steve McQueen dan aktor Michael Fassbender, 12 Years a Slave, berhasil memimpin daftar perolehan nominasi di ajang The 17th Annual Online Film Critics Society Awards. 12 Years a Slave berhasil meraih delapan nominasi, termasuki nominasi Best Picture, Best Director untuk McQueen, Best Actor untuk Chiwetel Ejiofor, Best Supporting Actor untuk Fassbender serta Best Supporting Actress untuk Lupita Nyong’o. Berbeda dengan pelaksanaannya tahun lalu, terdapat sepuluh film yang dinominasikan untuk merebut gelar Best Picture. Film-film yang akan bersaing bersama 12 Years a Slave tersebut adalah American Hustle, Before Midnight, Blue is the Warmest Colour, Drug War, Gravity, Her, Inside Llewyn Davies, Short Term 12 dan The Wind Rises.

Continue reading The 17th Annual Online Film Critics Society Awards Nominations List

Review: Captain Phillips (2013)

Captain-Phillips-header

Dengan pengalaman berlayar selama lebih dari tiga puluh tahun, jelas tidak ada rasa khawatir yang berlebihan pada diri Captain Richard Phillips (Tom Hanks) ketika dirinya mendapat tugas untuk menjadi nakhkoda kapal kontainer Maersk Alabama dan membawa kapal yang berisi pasokan bantuan untuk masyarakat Kenya, Somalia dan Uganda tersebut dalam perjalanan dari Oman menuju Mombasa, Kenya. Mendapat peringatan bahwa jalur perairan yang ia tempuh rawan akan ancaman tindak kejahatan para perompak, Captain Richard Phillips berulangkali mengingatkan awak kapalnya untuk selalu waspada dan bahkan sempat melakukan sebuah latihan keamanan dalam perjalanan mereka. Benar saja. Beberapa hari setelah Maersk Alabama memulai perjalanannya menuju daerah tujuannya, empat orang perompak datang dan menyerang kapal kontainer tersebut.

Continue reading Review: Captain Phillips (2013)

Review: Cloud Atlas (2012)

cloud-atlas-header

Diangkat dari novel berjudul sama karya David Mitchell, Cloud Atlas mengisahkan enam cerita yang berjalan pada enam era yang berbeda – tepatnya terjadi sepanjang hampir 500 tahun masa kehidupan karakter-karakternya, dimulai dari tahun 1849 hingga tahun 2321. Terdengar seperti premis film-film yang menawarkan banyak cerita kebanyakan? Mungkin saja. Namun oleh tiga sutradaranya, duo Lana dan Andy Wachowski (trilogi The Matrix, 1999 – 2003) serta Tom Tykwer (The International, 2009), premis tersebut mampu dikembangkan menjadi salah satu presentasi film paling ambisius selama beberapa tahun terakhir: digerakkan dengan gaya penceritaan interwoven, diperankan oleh deretan pengisi departemen akting yang sama serta dihadirkan dengan kualitas tata produksi yang begitu memukau. Dan yang lebih mengagumkan lagi, terlepas dari berbagai tampilan audio visualnya yang megah, Cloud Atlas tetap mampu menghadirkan sentuhan emosional yang kuat dari setiap sisi ceritanya.

Continue reading Review: Cloud Atlas (2012)

Review: Extremely Loud and Incredibly Close (2011)

Didasarkan pada novel berjudul sama karya Jonathan Safran Foer yang dirilis perdana pada tahun 2005, Extremely Loud and Incredibly Close adalah sebuah sudut pandang lain dalam melihat tragedi 9/11 yang menimpa masyarakat Amerika Serikat. Extremely Loud and Incredibly Close tidak mengisahkan mengenai sekumpulan karakter yang terjebak dalam gedung World Trade Center yang kemudian luluh lantak ketika diserang sekumpulan teroris. Extremely Loud and Incredibly Close juga bukan sebuah kisah dari beberapa karakter yang berhasil meloloskan diri dan selamat dari tragedi tersebut. Extremely Loud and Incredibly Close lebih menitikberatkan jalan ceritanya pada bagaimana masyarakat Amerika Serikat, khususnya sang karakter utama, hidup dalam struktur sosial yang begitu berubah seusai terjadinya tragedi tersebut. Sebuah sudut pandang yang berbeda, cukup menjanjikan, namun di tangan Stephen Daldry – yang populer karena selalu berhasil menempatkan setiap film yang ia arahkan untuk meraih nominasi Best Picture di ajang Academy Awards – Extremely Loud and Incredibly Close justru terkesan hampa dengan jarak yang begitu terbentang antara penonton dengan kisah yang dihantarkan.

Continue reading Review: Extremely Loud and Incredibly Close (2011)

Review: Larry Crowne (2011)

Kerjasama antara Tom Hanks dan Julia Roberts setelah Charlie Wilson’s War (2007) berlanjut dalam Larry Crowne, sebuah film yang menjadi karya penyutradaraan Hanks di layar lebar kedua setelah That Thing You Do! (1996). Sebagai sebuah drama komedi romantis, Larry Crowne dapat digambarkan sebagai sebuah film yang mampu memberikan hiburan tersendiri bagi penontonnya. Baik Hanks dan Roberts mampu menampilkan kemampuan akting kelas atasnya, menghasilkan chemistry yang erat antara keduanya sekaligus menunjukkan alasan mengapa keduanya hingga saat ini masih merupakan sosok yang paling berpengaruh di Hollywood. Terlepas dari berbagai hiburan dan kesenangan yang diberikan film ini, harus diakui bahwa naskah cerita Larry Crowne yang tidak fokus pada banyak bagian membuat film ini gagal untuk menghasilkan kualitas yang lebih bersinar.

Continue reading Review: Larry Crowne (2011)

Review: Toy Story 3 (2010)

Bagaimana Pixar selalu melakukannya? Merilis sebuah film animasi setiap tahunnya yang selalu berhasil mendapatkan klaim universal dari para penggemarnya dan berbagai tanggapan positif dari seluruh kritikus film dunia. Dan hal ini tidak hanya sekali maupun dua kali dilakukan oleh anak perusahaan Walt Disney Pictures ini. Mereka telah melakukannya sebanyak sepuluh kali pada sepuluh film layar lebar yang telah mereka rilis semenjak tahun 1995. Tanpa noda. Tanpa cela. Bagaimana mereka melakukannya?

Continue reading Review: Toy Story 3 (2010)