Tag Archives: Rami Malek

Review: No Time to Die (2021)

15 tahun semenjak dirinya menggantikan posisi Pierce Brosnan dengan membintangi film ke-21 dari seri James Bond, Casino Royale (Martin Campbell, 2006), serta, dalam perjalanannya, kemudian membintangi tiga film lanjutan, termasuk Skyfall (Sam Mendes, 2012) yang menjadi film pertama dalam seri petualangan sang agen rahasia yang berhasil mengumpulkan pendapatan komersial sebesar lebih dari US$1 milyar selama masa perilisannya di seluruh dunia, Daniel Craig menyudahi tugasnya dalam memerankan karakter James Bond  melalui film teranyar dari seri film tersebut, No Time to Die. Diarahkan oleh Cary Joji Fukunaga (Jane Eyre, 2011) berdasarkan naskah cerita yang ditulisnya bersama dengan Neal Purvis dan Robert Wade – yang telah menjadi penulis naskah bagi seluruh seri film James Bond semenjak The World is Not Enough (Michael Apted, 1999) – serta Phoebe Waller-Bridge, No Time to Die terasa melengkapi perjalanan karakterisasi dari karakter James Bond yang semenjak diperankan oleh Craig dihadirkan sebagai sosok yang lebih serius dan lebih kelam jika dibandingkan dengan karakter James Bond ketika diperankan oleh barisan pemeran sebelum Craig. Continue reading Review: No Time to Die (2021)

Review: The Little Things (2021)

Lebih dikenal untuk film-film garapannya yang bernuansa drama keluarga seperti The Rookie (2002), The Blind Side (2009), dan Saving Mr. Banks (2013), sutradara John Lee Hancock menginjakkan kakinya ke ranah pengisahan cerita yang lebih kelam lewat film terbaru yang ia arahkan, The Little Things. Berlatar belakang waktu pengisahan di tahun 1990, film yang naskah ceritanya juga ditulis oleh Hancock ini bercerita tentang dua perwira polisi, Joe Deacon (Denzel Washington) dan Jim Baxter (Rami Malek), yang berupaya untuk menangkap seorang pembunuh berantai yang tengah berkeliaran dan menimbulkan keresahan pada warga di wilayah Los Angeles, Amerika Serikat. Setelah melalui serangkaian proses penyelidikan, Joe Deacon dan Jim Baxter memusatkan perhatian mereka pada seorang pria penyendiri bernama Albert Sparma (Jared Leto) yang dianggap memenuhi kriteria sosok yang mereka cari dan diduga merupakan pelaku dari serangkaian kasus pembunuhan yang sedang mereka investigasi. Continue reading Review: The Little Things (2021)

Review: Dolittle (2020)

Setelah Doctor Dolittle (Richard Fleischer, 1967) – yang berhasil meraih sembilan nominasi, termasuk nominasi di kategori Best Picture, dari ajang The 40th Annual Academy Awards – serta Doctor Dolittle (Betty Thomas, 1998) – yang dibintangi Eddie Murphy dan mampu meraih sukses besar secara komersial sehingga dibuatkan empat film sekuelnya, Hollywood seperti masih belum akan berhenti mencoba untuk mengadaptasi seri buku Doctor Dolittle yang ditulis oleh Hugh Lofting. Kali ini, adaptasi dari seri buku cerita anak-anak popular tersebut hadir lewat Dolittle yang diarahkan oleh Stephen Gaghan (Gold, 2016) dan menampilkan Robert Downey Jr. sebagai pemeran sang karakter utama. Apakah kisah klasik petualangan Doctor Dolittle yang dapat berkomunikasi dengan hewan-hewan yang berada di sekitarnya masih mampu untuk menarik perhatian penonton yang jelas kini banyak berasal dari generasi yang berbeda? Well… Biaya produksi sebesar lebih dari US$175 juta yang dikucurkan oleh Universal Pictures mungkin berhasil menciptakan gambar-gambar dengan unsur efek visual khusus yang cukup meyakinkan. Namun, sayangnya, kualitas paparan cerita dan pengarahan Gaghan yang jauh dari mengesankan membuat Dolittle hadir menjadi presentasi film keluarga yang monoton dan begitu membosankan. Continue reading Review: Dolittle (2020)

The 91st Annual Academy Awards Winners List

Berbekal lima nominasi yang diraihnya, Green Book berhasil menyingkirkan film-film favorit lain seperti The Favourite, Roma, A Star is Born, dan Bohemian Rhapsody untuk memenangkan Best Picture di ajang The 91st Annual Academy Awards. Selain memenangkan kategori paling prestisius di ajang penghargaan tersebut, Green Book juga berhasil meraih kemenangan di kategori Best Original Screenplay dan Best Actor in a Supporting Role untuk Mahershala Ali. Kemenangan Green Book, yang hadir tanpa nominasi Best Director, menandai kali kelima sebuah film dapat memenangkan Best Picture tanpa meraih nominasi Best Director mengikuti kemenangan Wings (William A. Wellman, Harry d’Abbadie d’Arrast, 1927), Grand Hotel (Edmund Goulding, 1932), Driving Miss Daisy (Bruce Beresford, 1989), dan Argo (Ben Affleck, 2012). Continue reading The 91st Annual Academy Awards Winners List

The 91st Annual Academy Awards Nominations List

The Favourite is the favourite! Film terbaru arahan sutradara Yorgos Lanthimos sukses menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak di ajang The 91st Annual Academy Awards. The Favourite berhasil meraih sepuluh nominasi, termasuk nominasi di kategori Best Picture, Best Director untuk Lanthimos – yang menjadi nominasi Best Director perdana bagi sutradara kelahiran Yunani tersebut, Best Actress untuk Olivia Colman, Best Supporting Actress untuk Rachel Weisz dan Emma Stone, serta untuk Best Original Screenplay. Namun, The Favourite tidak melangkah sendirian. Film arahan Alfonso Cuarón, Roma, juga berhasil meraih jumlah perolehan nominasi yang sama dan bahkan akan turut bersaing dengan The Favourite dalam lima kategori utama yang telah disebutkan sebelumnya. Bergabung bersama The Favourite dan Roma dalam persaingan memperebutkan gelar Best Picture adalah Black Panther (Ryan Coogler, 2018), BlacKkKlansman (Spike Lee, 2018), Bohemian Rhapsody (Bryan Singer, 2018), Green Book (Peter Farrelly, 2018), A Star is Born (Bradley Cooper, 2018), dan Vice (Adam McKay, 2018). Continue reading The 91st Annual Academy Awards Nominations List

The 20 Best Movie Performances of 2018

What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.

Berikut adalah dua puluh penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2018, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis.

Continue reading The 20 Best Movie Performances of 2018

Review: Bohemian Rhapsody (2018)

Terlahir dengan nama Farrokh Bulsara dalam keluarga yang memiliki garis keturunan darah Persia, Freddie Mercury (Rami Malek) menghabiskan awal mudanya dengan menjadi seorang kuli angkut di Bandara Heathrow, London, Inggris. Nasib – dan kemampuan vokalnya yang fantastis – kemudian mempertemukannya dengan Brian May (Gwilym Lee), Roger Taylor (Ben Hardy), dan John Deacon (Joseph Mazello) yang tergabung dalam sebuah kelompok band bernama Smile dan lantas mengajaknya untuk bergabung. Mengawali karir mereka dengan tampil di berbagai kampus dan klub malam, atas usul Freddie Mercury, band tersebut kemudian mengubah nama mereka menjadi Queen dan segera mendapatkan kontrak rekaman dari EMI Records. Berbekal musik yang eksentrik dan lirik lagu yang tajam, Queen segera mendapatkan perhatian dari jutaan penikmat musik di seluruh dunia. Seperti yang dapat ditebak, popularitas tersebut mulai mempengaruhi kehidupan pribadi masing-masing personel Queen. Hubungan persahabatan antara Freddie Mercury, Brian May, Roger Taylor, dan John Deacon mulai merenggang dan bahkan membuat Freddie Mercury mulai mempertimbangkan untuk mengakhiri karir musiknya bersama dengan Queen. Continue reading Review: Bohemian Rhapsody (2018)

Review: Papillon (2018)

Jika judul film ini terdengar cukup familiar bagi Anda… well… hal itu mungkin disebabkan karena sebagian naskah cerita film ini diadaptasi dari buku otobiografi popular berjudul Papillon (1969) yang ditulis oleh Henri Charrière berdasarkan kisah nyata usahanya untuk melarikan diri dari penjara yang dikelola oleh pemerintah Perancis yang berlangsung selama lebih dari 14 tahun. Sebelumnya, pengalaman fantastis Charrière tersebut juga pernah difilmkan oleh Franklin J. Schaffner dengan judul Papillon. Dibintangi oleh Steve McQueen dan Dustin Hoffman, Papillon berhasil mendapatkan pujian luas dari para kritikus film dunia, sebuah nominasi di kategori Best Music, Original Dramatic Score untuk tata musik ikonik garapan Jerry Goldsmith pada ajang The 46th Annual Academy Awards, serta kesuksesan komersial yang luar biasa ketika dirilis pada tahun 1973. Rentetan keberhasilan tersebut kini coba dirangkai ulang oleh sutradara asal Denmark, Michael Noer (Northwest, 2013), dengan memberikan interpretasi baru bagi pengalaman hidup Charrière. Continue reading Review: Papillon (2018)

Review: Need for Speed (2014)

Need for Speed (DreamWorks Pictures/Reliance Entertainment/Electronic Arts/Bandito Brothers, 2014)
Need for Speed (DreamWorks Pictures/Reliance Entertainment/Electronic Arts/Bandito Brothers, 2014)

Dapatkah Anda benar-benar menyalahkan para produser film Need for Speed karena tergoda untuk berusaha memfilmkan sebuah permainan video bertema dunia balapan mobil setelah kesuksesan komersial besar-besaran yang diraih oleh seri film The Fast and the Furious (2001 – 2013)? Mungkin tidak. Diadaptasi dari salah satu seri permainan video paling sukses di dunia yang telah diproduksi semenjak dua dekade lalu, Need for Speed memberikan ruang penceritaan yang cukup leluasa bagi para pencipta filmnya karena mengingat ketiadaan jalan cerita yang mengikat dalam seri permainan video itu sendiri. Ditangani oleh penulis naskah George Gatins yang dibantu dengan dukungan struktur cerita arahan John Gatins (Flight, 2012), Need for Speed dibangun dengan formula alur penceritaan yang jelas akan mampu memuaskan mereka yang menikmati film-film aksi balapan sejenis. Lalu bagaimana formula penceritaan tersebut kemudian ditangani oleh sang sutradara Scott Waugh (Act of Valor, 2012)?

Continue reading Review: Need for Speed (2014)

Review: The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 2 (2012)

So… this is the end. Hold your breath and count to ten. No… seriously. Franchise James Bond masih akan ada untuk puluhan tahun mendatang. Namun, kecuali jika Hollywood kemudian berusaha untuk mengambil keuntungan komersial tambahan dengan melakukan reboot atau mengadaptasi novel karya Stephanie Meyer menjadi sebuah serial televisi, maka The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 2 akan menjadi kali terakhir dunia dapat menyaksikan kisah percintaan antara Bella Swan dan Edward Cullen di layar lebar – yang tentu akan menjadi momen yang sangat menyedihkan bagi beberapa orang dan… momen yang patut untuk dirayakan bagi sebagian orang lainnya. Pun begitu, sebenci apapun Anda terhadap keberadaan franchise ini, rasanya adalah tidak mungkin untuk menyangkal bahwa keberadaan sutradara Bill Condon semenjak The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 1 mampu memberikan perubahan yang menyegarkan pada franchise ini. Dan untuk menyelesaikan tugasnya, Condon ternyata mampu memberikan kejutan yang sangat, sangat manis pada The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 2. Sebuah kejutan yang sebenarnya telah lama ditunggu kehadirannya dan, untungnya, mampu dieksekusi dengan sempurna.

Continue reading Review: The Twilight Saga: Breaking Dawn – Part 2 (2012)

Review: Larry Crowne (2011)

Kerjasama antara Tom Hanks dan Julia Roberts setelah Charlie Wilson’s War (2007) berlanjut dalam Larry Crowne, sebuah film yang menjadi karya penyutradaraan Hanks di layar lebar kedua setelah That Thing You Do! (1996). Sebagai sebuah drama komedi romantis, Larry Crowne dapat digambarkan sebagai sebuah film yang mampu memberikan hiburan tersendiri bagi penontonnya. Baik Hanks dan Roberts mampu menampilkan kemampuan akting kelas atasnya, menghasilkan chemistry yang erat antara keduanya sekaligus menunjukkan alasan mengapa keduanya hingga saat ini masih merupakan sosok yang paling berpengaruh di Hollywood. Terlepas dari berbagai hiburan dan kesenangan yang diberikan film ini, harus diakui bahwa naskah cerita Larry Crowne yang tidak fokus pada banyak bagian membuat film ini gagal untuk menghasilkan kualitas yang lebih bersinar.

Continue reading Review: Larry Crowne (2011)