Tag Archives: Oscar Isaac

Review: Dune (2021)

Kompleksnya pengembangan tema, konflik, karakter, serta bangunan dunia yang menjadi latar belakang penceritaan dari novel fiksi ilmiah Dune garapan penulis asal Amerika Serikat, Frank Herbert, telah memikat banyak penikmat karya sastra semenjak diterbitkan pertama kali pada tahun 1965. Rumitnya penuturan Dune juga yang kemudian membuat novel tersebut sukar untuk diadaptasi ke dalam berbagai bentuk media pengisahan yang lain. Bukan berarti tidak ada yang berani untuk mencoba. Di tahun 1970an, sutradara Alejandro Jodorowsky menghabiskan waktu tiga tahun untuk mengadaptasi Dune menjadi sebuah film berdurasi sepuluh jam yang direncanakan akan dibintangi nama-nama seperti Salvador Dalí, Orson Welles, David Carradine, Alain Delon, Udo Kier, dan Mick Jagger sebelum akhirnya menyerah dikarenakan perkiraan biaya produksi yang terus meningkat. Continue reading Review: Dune (2021)

Review: Star Wars: The Rise of Skywalker (2019)

Rasanya cukup sukar untuk tidak menyinggung “kericuhan” yang disebabkan oleh Star Wars: The Last Jedi (Rian Johnson, 2017) sebelum membicarakan Star Wars: The Rise of Skywalker. Meskipun mendapatkan ulasan yang sangat positif dari banyak kritikus film, pilihan Johnson untuk menghadirkan linimasa pengisahan film dengan warna plot, karakter, konflik, dan humor yang sedikit berbeda serta lebih progresif jika dibandingkan dengan film-film dalam seri Star Wars lainnya membuat Star Wars: The Last Jedi ditanggapi cukup dingin oleh banyak penggemar berat seri film yang kini telah berusia lebih dari 40 tahun tersebut. Ketidaksukaan para penggemar setia Star Wars terhadap film garapan Johnson tersebut – yang ditandai dengan membanjirnya penilaian dan komentar negatif tentang Star Wars: The Last Jedi di berbagai situs internet – terasa begitu kental sehingga beberapa kali mendapatkan tanggapan langsung baik dari aktor, produser, bahkan Johnson sebagai sang sutradara film. Ketidakmampuan Johnson untuk memuaskan para penggemar berat Star Wars itu pula yang dikabarkan menjadi penyebab mengapa Johnson tidak kembali dilibatkan oleh Walt Disney Studios ketika Colin Trevorrow – yang awalnya didapuk untuk mengarahkan Star Wars: The Rise of Skywalker – kemudian memilih untuk meninggalkan proyek film tersebut. Continue reading Review: Star Wars: The Rise of Skywalker (2019)

Review: Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018)

Sony Pictures sepertinya semakin percaya diri dengan kolaborasi mereka bersama Marvel Comics. Setelah kesuksesan Spider-Man: Homecoming (Jon Watts, 2017) – yang juga menjadi film Spider-Man pertama yang diikutsertakan dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe – serta Venom (Ruben Fleischer, 2018), Sony Pictures kini memproduksi sebuah seri terbaru Spider-Man yang tidak berhubungan secara langsung dengan seri live-action Spider-Man yang sedang berjalan namun, di saat bersamaan, juga memiliki keterikatan semesta pengisahan dengan seri film tersebut. Digarap dalam bentuk animasi, Spider-Man: Into the Spider-Verse akan mengenalkan penonton pada sosok Spider-Man lain bernama Miles Morales yang berasal dari dimensi kehidupan yang berbeda – dimana, dalam dimensi kehidupan tersebut, karakter Peter Parker/Spider-Man dikisahkan telah meninggal dunia. Dengan pengembangan cerita dan karakter yang dilakukan oleh Phil Lord dan Christopher Miller (The LEGO Movie, 2014), Spider-Man: Into the Spider-Verse mampu dibangun menjadi sebuah presentasi yang cerdas, menyenangkan, bahkan menjadi salah satu adaptasi film Spider-Man terbaik yang pernah dibuat hingga saat ini. Continue reading Review: Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018)

Review: Star Wars: The Last Jedi (2017)

Meskipun mendapatkan banyak tanggapan positif ketika masa perilisannya, Star Wars: The Force Awakens (J. J. Abrams, 2015) juga mendapatkan banyak kritikan ketika plot pengisahannya terasa terlalu banyak bergantung pada berbagai elemen nostalgia dari berbagai seri Star Wars terdahulu daripada berusaha untuk membawanya dalam sebuah alur pengisahan yang lebih segar. Well… seri terbaru Star Wars, Star Wars: The Last Jedi, yang kini berada di bawah arahan Rian Johnson (Looper, 2012) sepertinya tampil untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan naskah cerita yang juga digarapnya sendiri, Johnson membawa Star Wars ke arah sekaligus warna pengisahan yang mungkin tidak dapat diduga beberapa penggemar seri film ini sebelumnya. Namun, di saat yang bersamaan, usaha Johnson untuk menyajikan Star Wars dengan lapisan pengisahan yang lebih rumit dihadirkan dengan naratif dan ritme penceritaan yang cenderung lemah. Hasilnya, dengan durasi presentasi sepanjang 152 menit – merupakan film Star Wars dengan durasi terpanjang hingga saat ini, Star Wars: The Last Jedi tampil cukup melelahkan. Continue reading Review: Star Wars: The Last Jedi (2017)

The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

golden-globesHollywood Foreign Press Association baru saja mengumkan daftar peraih nominasi untuk The 71st Annual Golden Globe Awards. Untuk barisan film layar lebar, berada di garda depan sebagai peraih nominasi terbanyak adalah film terbaru arahan Steve McQueen, 12 Years a Slave, serta film American Hustle arahan David O. Russell yang sama-sama meraih tujuh nominasi. Pun begitu, 12 Years a Slave dan American Hustle hanya akan sama-sama bersaing di dua kategori, Best Director dan Best Screenplay, mengingat Golden Globe Awards memberikan penghargaan yang terpisah bagi film dengan genre Drama (12 Years a Slave) dan Comedy or Musical (American Hustle). Di kategori Best Motion Picture – Drama sendiri, 12 Years a Slave akan bersaing dengan Captain Phillips, Gravity, Philomena dan Rush. Sementara American Hustle akan bersaing dengan Her, Inside Llewyn Davies, Nebraska dan The Wolf of Wall Street di kategori Best Motion Picture – Comedy or Musical.

Continue reading The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

The 17th Annual Online Film Critics Society Awards Nominations List

OFCS-2Kolaborasi ketiga antara sutradara Steve McQueen dan aktor Michael Fassbender, 12 Years a Slave, berhasil memimpin daftar perolehan nominasi di ajang The 17th Annual Online Film Critics Society Awards. 12 Years a Slave berhasil meraih delapan nominasi, termasuki nominasi Best Picture, Best Director untuk McQueen, Best Actor untuk Chiwetel Ejiofor, Best Supporting Actor untuk Fassbender serta Best Supporting Actress untuk Lupita Nyong’o. Berbeda dengan pelaksanaannya tahun lalu, terdapat sepuluh film yang dinominasikan untuk merebut gelar Best Picture. Film-film yang akan bersaing bersama 12 Years a Slave tersebut adalah American Hustle, Before Midnight, Blue is the Warmest Colour, Drug War, Gravity, Her, Inside Llewyn Davies, Short Term 12 dan The Wind Rises.

Continue reading The 17th Annual Online Film Critics Society Awards Nominations List

Review: The Bourne Legacy (2012)

Jalan cerita The Bourne Legacy berjalan paralel dengan berbagai kejadian yang terjadi di The Bourne Ultimatum (2007). Setelah Jason Bourne (Matt Damon) dikisahkan menimbulkan kekacauan di kota New York dengan membuka tabir Operation Blackbriar dan Treadstone Project ke hadapan publik, pihak Central Intelligence Agency kemudian meminta bantuan kepada pimpinan senior CIA, Eric Byer (Edward Norton), untuk mengawasi berbagai proyek rahasia lain yang dimiliki lembaga tersebut. Khawatir bahwa akan ada banyak agen lainnya yang berubah haluan seperti Jason Bourne, Byer akhirnya memutuskan untuk menutup berbagai proyek rahasia CIA, termasuk Blackbriar, Treadstone dan sebuah proyek lainnya yang disebut sebagai Operation Outcome.

Continue reading Review: The Bourne Legacy (2012)

Review: Drive (2011)

Di tangan seorang sutradara dengan kemampuan pengarahan dan penceritaan seadanya, Drive dapat dengan mudah menjadi sebuah film aksi popcorn yang hanya dapat menawarkan deretan adegan bernuansa kekerasan, seksualitas dan Jason Statham sebagai bintang utamanya. Sangat mudah. Namun, Nicholas Winding Refn bukanlah seorang sutradara dengan kemampuan filmis yang biasa. Mulai memperoleh perhatian dunia setelah mengarahkan film-film yang kental dengan nuansa kekerasan seperti Bronson (2008) yang dibintangi Tom Hardy dan Valhalla Rising (2009), Winding Refn mampu mengolah jalan cerita bernuansa kekerasan tersebut menjadi sebuah sajian yang bercita rasa tinggi, namun tidak dengan serta merta lantas menjadikannya sebagai sebuah film yang sulit untuk dicerna oleh penonton kebanyakan. Hal itulah yang sekali lagi dilakukan Winding Refn terhadap Drive, sebuah film yang jalan ceritanya diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama karya James Sallis.

Continue reading Review: Drive (2011)

Review: Sucker Punch (2011)

Lewat apa yang berhasil ia tampilkan dalam Dawn of the Dead (2004), 300 (2007) dan Watchmen (2009), Zack Snyder adalah seorang sutradara Hollywood  yang mampu menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli visual yang sangat handal. Dengan kehandalannya tersebut, ia mampu membuat film-film bertemakan kisah zombie tampil kembali menyenangkan. Ia juga berhasil membuat adegan peperangan nan sadis dan berdarah tampil begitu indah dan memikat. Dan di luar dugaan ia bahkan mampu menerjemahkan karya kompleks mengenai kehidupan superhero dari seorang Alan Moore menjadi sebuah tontonan yang sangat mempesona. Benar, Snyder mampu menata tampilan film-filmnya dengan begitu memikat sehingga kadang berhasil menutupi kelemahan dari naskah cerita yang ditampilkan filmnya.

Continue reading Review: Sucker Punch (2011)

Review: Robin Hood (2010)

Legenda mengenai sang pahlawan rakyat kecil, Robin Hood, kembali diangkat ke layar lebar. Kali ini, kisah legendaris tersebut diarahkan oleh sutradara peraih nominasi Academy Award, Ridley Scott, dengan bintang peraih Academy Award, Russel Crowe, berperan sebagai sang tokoh utama. Seiring dengan perubahan fokus cerita, film yang tadinya akan diberi judul Nottingham ini kemudian diubah oleh Scott menjadi Robin Hood.

Continue reading Review: Robin Hood (2010)

Review: Agora (2009)

Apakah agama akan selalu bersinggungan dengan ilmu pengetahuan? Atau kedua sisi tersebut harus benar-benar dipisahkan antara satu sama lain? Tema tersebut mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk mendiskusikannya. Sutradara asal Spanyol, Alejandro Amenábar (The Others, 2001) mencoba memaparkan sedikit mengenai hal ini berdasarkan kisah historis mengenai Hypatia, seorang filsuf wanita dari era Mesir kuno, dalam film terbarunya, Agora.

Continue reading Review: Agora (2009)