Tag Archives: Emma Thompson

Review: Cruella (2021)

Masih ingat dengan karakter perancang busana bernama Cruella de Vil yang begitu terobsesi untuk membuat berbagai jenis pakaian dengan menggunakan corak yang terdapat pada kulit hewan dalam 101 Dalmatians (Stephen Herek, 1996)? Seperti halnya karakter Maleficent dari film Sleeping Beauty (Clyde Geronimi, Eric Larson, Wolfgang Reitherman, Les Clark, 1959), Walt Disney Pictures kini menghadirkan Cruella yang tidak hanya akan memberikan fokus utama pengisahan pada karakter antagonis tersebut namun juga galian lebih mendalam terhadap asal-usul hingga berbagai konflik di masa lalu sang karakter yang kemudian membentuknya menjadi sosok karakter yang banyak dikenal oleh para penikmat film hingga saat ini. Diarahkan oleh Craig Gillespie (I, Tonya, 2017) yang menempatkan Emma Stone untuk memerankan karakter yang dahulu diperankan secara ikonik oleh Glenn Close, Cruella mampu dihadirkan sebagai sajian drama komedi dengan berbagai warna intrik dari glamornya dunia mode yang menghibur. Continue reading Review: Cruella (2021)

Review: Dolittle (2020)

Setelah Doctor Dolittle (Richard Fleischer, 1967) – yang berhasil meraih sembilan nominasi, termasuk nominasi di kategori Best Picture, dari ajang The 40th Annual Academy Awards – serta Doctor Dolittle (Betty Thomas, 1998) – yang dibintangi Eddie Murphy dan mampu meraih sukses besar secara komersial sehingga dibuatkan empat film sekuelnya, Hollywood seperti masih belum akan berhenti mencoba untuk mengadaptasi seri buku Doctor Dolittle yang ditulis oleh Hugh Lofting. Kali ini, adaptasi dari seri buku cerita anak-anak popular tersebut hadir lewat Dolittle yang diarahkan oleh Stephen Gaghan (Gold, 2016) dan menampilkan Robert Downey Jr. sebagai pemeran sang karakter utama. Apakah kisah klasik petualangan Doctor Dolittle yang dapat berkomunikasi dengan hewan-hewan yang berada di sekitarnya masih mampu untuk menarik perhatian penonton yang jelas kini banyak berasal dari generasi yang berbeda? Well… Biaya produksi sebesar lebih dari US$175 juta yang dikucurkan oleh Universal Pictures mungkin berhasil menciptakan gambar-gambar dengan unsur efek visual khusus yang cukup meyakinkan. Namun, sayangnya, kualitas paparan cerita dan pengarahan Gaghan yang jauh dari mengesankan membuat Dolittle hadir menjadi presentasi film keluarga yang monoton dan begitu membosankan. Continue reading Review: Dolittle (2020)

Review: Last Christmas (2019)

Last Christmas, I gave you my heart. But the very next day you gave it away.

Bayangkan jika Anda adalah seorang penulis naskah sekaliber Emma Thompson yang di waktu senggangnya secara tidak sengaja mendengarkan lagu Last Christmas (1984) milik Wham! dan lantas menginspirasi untuk menuliskan garisan cerita berdasarkan… well… lirik lagu tersebut. Hal ini yang terjadi pada film terbaru arahan Paul Feig (A Simple Favor, 2018), Last Christmas, dimana Thompson bersama dengan penulis naskah Bryony Kimmings mengembangkan barisan lirik dari salah satu lagu bertema Natal terpopular sepanjang masa tersebut menjadi sebuah presentasi kisah drama komedi romantis dengan menempatkan Emilia Clarke dan Henry Golding untuk memerankan dua karakter utamanya. Hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Meskipun memiliki paruh ketiga pengisahan yang tergolong lemah, Last Christmas berhasil dikemas sebagai presentasi yang dipenuhi dengan banyak momen manis yang akan cukup mampu menggugah sisi emosional para penontonnya. Continue reading Review: Last Christmas (2019)

Review: Men in Black: International (2019)

They’re back! Tujuh tahun semenjak perilisan Men in Black 3 arahan Barry Sonnenfeld, kisah mengenai petualangan para agen rahasia Men in Black yang berpakaian, tentu saja, dalam atribut serba berwarna hitam serta bertugas untuk mengamankan Bumi dari ancaman makhluk angkasa luar kini hadir kembali dalam format pengisahan yang (tidak terlalu) baru. Jika tiga seri Men in Black sebelumnya menghadirkan duo Agent K (Tommy Lee Jones) dan Agent J (Will Smith), Men in Black: International mengalihkan fokusnya pada pasangan agen rahasia baru dengan latar belakang lokasi pengisahan yang baru dan berbeda pula. Dengan naskah cerita yang digarap oleh Art Marcum dan Matt Holloway yang sebelumnya juga menuliskan naskah cerita untuk film-film seperti Iron Man (Jon Favreau, 2008) dan Transformers: The Last Knight (Michael Bay, 2017), Men in Black: International, sayangnya, terasa kesulitan untuk memberikan pengisahan yang menarik dan setidaknya mampu mengimbangi kualitas pengisahan tiga film pendahulunya. Hambar. Continue reading Review: Men in Black: International (2019)

Review: Johnny English Strikes Again (2018)

He’s back! Merupakan film pertamanya dalam tujuh tahun, Rowan Atkinson kembali hadir untuk memerankan salah satu karakter ikoniknya – No, not that oneJohnny English, yang sebelumnya telah ia perankan lewat Johnny English (Peter Howitt, 2003) dan Johnny English Reborn (Oliver Parker, 2011). Masih mengedepankan ritme pengisahan sebagai parodi dari film-film aksi bertema spionase, Johnny English Strikes Again berkisah mengenai Johnny English (Atkinson), yang telah pensiun menjadi agen rahasia MI7 dan kini bekerja sebagai seorang guru, namun kemudian dipanggil kembali oleh negara melalui perintah sang Perdana Menteri (Emma Thompson) akibat terjadinya sebuah serangan siber yang menyerang dan kemudian membuka identitas seluruh agen rahasia milik MI7. Bersama dengan sahabatnya, Jeremy Bough (Ben Miller), Johnny English ditugaskan untuk menyelidiki siapa dalang dibalik terjadinya serangkaian serangan siber tersebut. Tugas tersebut membawa Johnny English ke Perancis dimana ia berkenalan dengan Ophelia (Olga Kurylenko), seorang wanita cantik yang ternyata juga merupakan agen rahasia asal Rusia dan berupaya agar Johnny English gagal dalam menjalankan misi spionasenya. Continue reading Review: Johnny English Strikes Again (2018)

Review: Beauty and the Beast (2017)

Film animasi produksi Walt Disney Pictures, Beauty and the Beast (Gary Trousdale, Kirk Wise, 1991), jelas merupakan salah satu film animasi terpopular sepanjang masa. Dengan jalinan cerita serta karakter-karakter yang kuat plus deretan lagu-lagu garapan Alan Menken dan Howard Ashman yang begitu memikat, film yang juga berhasil mencatatkan sejarah sebagai film animasi pertama yang mendapatkan nominasi Best Picture di ajang Academy Awards – bahkan disaat nominasi Best Picture hanya dapat diisi oleh lima film(!) – tersebut mampu menjadi film favorit banyak penikmat film dunia hingga saat ini. Dengan status tersebut, tidak mengherankan bila kemudian keputusan Walt Disney Pictures untuk memproduksi ulangbuat Beauty and the Beast dalam versi live action – seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya lewat Alice in Wonderland (Tim Burton, 2010), Maleficent (Robert Stromberg, 2014), Cinderella (Kenneth Brannagh, 2015) dan The Jungle Book (Jon Favreau, 2016) – menerima cukup banyak kritikan tajam dari beberapa pihak. Namun, Walt Disney Pictures juga tidak akan begitu saja merusak salah satu karya terbaik mereka. Kembali bekerjasama dengan Menken untuk mengkomposisi deretan musik yang mengiringi perjalanan cinta antara Si Cantik dan Si Buruk Rupa serta menempatkan Bill Condon (Dreamgirls, 2006) untuk duduk di kursi penyutradaraan, Walt Disney Pictures jelas berusaha keras agar filmnya mampu memiliki daya tarik yang sama kuat dengan film pendahulunya. Berhasil? Continue reading Review: Beauty and the Beast (2017)

The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

golden-globesHollywood Foreign Press Association baru saja mengumkan daftar peraih nominasi untuk The 71st Annual Golden Globe Awards. Untuk barisan film layar lebar, berada di garda depan sebagai peraih nominasi terbanyak adalah film terbaru arahan Steve McQueen, 12 Years a Slave, serta film American Hustle arahan David O. Russell yang sama-sama meraih tujuh nominasi. Pun begitu, 12 Years a Slave dan American Hustle hanya akan sama-sama bersaing di dua kategori, Best Director dan Best Screenplay, mengingat Golden Globe Awards memberikan penghargaan yang terpisah bagi film dengan genre Drama (12 Years a Slave) dan Comedy or Musical (American Hustle). Di kategori Best Motion Picture – Drama sendiri, 12 Years a Slave akan bersaing dengan Captain Phillips, Gravity, Philomena dan Rush. Sementara American Hustle akan bersaing dengan Her, Inside Llewyn Davies, Nebraska dan The Wolf of Wall Street di kategori Best Motion Picture – Comedy or Musical.

Continue reading The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List

Review: Beautiful Creatures (2013)

beautiful-creatures-header

Usaha Hollywood untuk menemukan pengganti franchise The Twilight Saga (2008 – 2012) kembali berlanjut. Setelah The Host yang juga diadaptasi dari novel karya Stephenie Meyer – dan sayangnya mendapatkan reaksi kurang begitu hangat baik dari para kritikus film dunia maupun para penontonnya, kini Hollywood mencoba untuk menghadirkan Beautiful Creatures yang diadaptasi dari novel berjudul sama dan merupakan bagian pertama dari seri novel Caster Chronicles karya duo penulis asal Amerika Serikat, Kami Garcia dan Margaret Stohl. Premis filmnya sendiri jelas akan mengingatkan banyak orang akan franchise yang dibintangi pasangan Robert Pattinson dan Kristen Stewart tersebut: kisah cinta terlarang yang terjadi antara dua remaja yang berasal dari dua dunia yang berbeda. Jika The Twilight Saga menghadirkan kisah cinta antara vampir dengan seorang manusia, maka Beautiful Creatures menceritakan kisah cinta antara manusia dengan seorang penyihir – dimana sang karakter wanitalah yang kini digambarkan memiliki kekuatan. Namun apakah rekonstruksi formula sukses The Twilight Saga mampu tetap bekerja untuk Beautiful Creatures?

Continue reading Review: Beautiful Creatures (2013)

Review: Brave (2012)

Dimulai dengan La Luna – sebuah film pendek karya Enrico Casarosa berdurasi 7 menit yang pada tahun lalu berhasil mendapatkan nominasi di ajang The 84th Annual Academy Awards untuk kategori Best Animated Short Film – Brave merupakan sebuah kisah dongeng pertama dari Pixar Animation Studios sekaligus merupakan film pertama mereka yang menempatkan seorang wanita sebagai karakter utamanya. Berlatar belakang lokasi di dataran tinggi Skotlandia pada abad ke-10, Brave berkisah tentang Princess Merida (Kelly Macdonald), puteri tunggal dari pasangan King Fergus (Billy Connolly) dan Queen Elinor (Emma Thompson) yang menguasai kerajaan DunBroch. Terlahir di sebuah kerajaan yang dipenuhi berbagai peraturan, Princess Merida merasa bahwa kehidupannya selalu terkekang, khususnya oleh sang ibu yang memiliki harapan besar agar dirinya mampu mengikuti jejaknya sebagai seorang puteri kerajaan yang harus bersikap lembut dan anggun di setiap saat. Jelas sebuah tekanan besar bagi Princess Merida yang memiliki hobi berkuda dan memanah layaknya kaum pria.

Continue reading Review: Brave (2012)

Review: Men in Black 3 (2012)

Sepuluh tahun seusai perilisan Men in Black II – yang mendapatkan kesuksesan komersial walaupun dihujani kritikan tajam dari banyak kritikus film dunia – sutradara Barry Sonnenfeld akhirnya merilis bagian ketiga dari franchise Men in Black. Masih dibintangi oleh duo Will Smith dan Tommy Lee Jones, proses produksi Men in Black 3 sendiri telah berjalan cukup lama, dengan hambatan kebanyakan datang dari sisi penulisan naskah yang terus menerus mengalami perbaikan. Pun begitu, usaha perbaikan naskah yang secara intensif terus dilakukan tersebut sepertinya jelas terlihat dalam penceritaan Men in Black 3. Lebih bernuansa serius jika dibandingkan dengan dua seri sebelumnya, Men in Black 3 mampu menghadirkan tata cerita yang lebih terjaga dengan karakterisasi yang lebih mendalam.

Continue reading Review: Men in Black 3 (2012)

Review: Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2 (2011)

This is it! Setelah sebuah usaha untuk sedikit memperpanjang usia franchise film Harry Potter dengan membagi dua bagian akhir dari kisah Harry Potter and the Deathly Hallows, dunia kini tampaknya harus benar-benar mengucapkan salam perpisahan mereka pada franchise yang telah berusia satu dekade dan memberikan tujuh seri perjalanan yang mengagumkan ini. Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2 memiliki nada penceritaan yang menyerupai bagian awal kisahnya – yang sekaligus membuktikan bahwa Harry Potter and the Deathly Hallows adalah sebuah kesatuan penceritaan yang unik sekaligus akan memberikan efek emosional yang lebih mendalam jika diceritakan dalam satu bagian utuh. Pun begitu, dengan apa yang ia hantarkan di …The Deathly Hallows – Part 2, David Yates akan mampu memenuhi ekspektasi setiap orang tentang bagaimana final dari salah satu kisah yang paling dicintai di muka Bumi akan berakhir: EPIK!

Continue reading Review: Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2 (2011)

Review: Nanny McPhee Returns (2010)

Serahkan kepada Emma Thompson untuk menghasilkan sebuah naskah cerita film keluarga yang walaupun berisi hal-hal magis yang bagi beberapa orang tidak masuk akal, tetap dapat tampil menghibur, berisi banyak pesan moral dan jauh dari kesan dangkal seperti halnya banyak film-film keluarga yang dirilis akhir-akhir ini. Aktris pemenang dua Academy Awards ini memang harus diakui mampu memberikan sentuhan sendiri dalam setiap naskah cerita yang ia berikan, dan ini kembali dapat dibuktikan lewat Nanny McPhee Returns.

Continue reading Review: Nanny McPhee Returns (2010)

Review: An Education (2009)

An Education adalah sebuah film drama yang diadaptasi dari sebuah autobiografi dari seorang jurnalis Inggris, Lynn Barber. Naskah film ini sendiri diadaptasi oleh Nick Hornby, novelis asal Inggris yang mungkin sangat dikenal atas novelnya High Fidelity dan About A Boy, yang keduanya telah diadaptasi ke layar lebar, dan keduanya juga berhasil meraih banyak pujian, baik ketika berbentuk novel maupun setelah diadaptasi menjadi sebuah film. Continue reading Review: An Education (2009)