Lima tahun setelah perilisan Godzilla (Gareth Edwards, 2014) – dengan Kong: Skull Island (Jordan Vogt-Roberts, 2017) berada diantaranya – Legendary Entertainment melanjutkan perjalanan semesta pengisahan MonsterVerse-nya dengan merilis Godzilla: King of the Monsters. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh sutradara film ini, Michael Dougherty (Krampus, 2015), bersama dengan Zach Shields, Godzilla: King of the Monsters berkisah mengenai usaha sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Dr. Ishirō Serizawa (Ken Watanabe) dan Dr. Vivienne Graham (Sally Hawkins) untuk menyelamatkan istri dan anak dari Dr. Mark Russell (Kyle Chandler), Dr. Emma Russell (Vera Farmiga) dan Madison Russell (Millie Bobby Brown), yang diculik oleh sekelompok aktivis lingkungan hidup pimpinan Colonel Alan Jonah (Charles Dance). Penculikan itu dilakukan oleh Colonel Alan Jonah didorong atas keberhasilan Dr. Emma Russell dalam menemukan sebuah alat yang dapat berkomunikasi dengan para monster kuno yang dahulu pernah menguasai Bumi dan kini kembali muncul dan menyebabkan terancamnya peradaban umat manusia. Colonel Alan Jonah ingin menguasai alat komunikasi tersebut justru untuk mendorong terjadinya penghapusan sebagian peradaban umat manusia agar Bumi dapat kembali menyeimbangkan komposisi para penghuninya. Thanos, is that you? Continue reading Review: Godzilla: King of the Monsters (2019)
Tag Archives: Sally Hawkins
Review: The Shape of Water (2017)
This review was originally published on December 19, 2017 and being republished as the movie hits Indonesian theaters today.
Berlatarbelakang lokasi pengisahan di Amerika Serikat pada masa terjadinya Perang Dingin di tahun 1960an, The Shape of Water bercerita tentang seorang petugas kebersihan bisu bernama Elisa Esposito (Sally Hawkins) yang bekerja di sebuah laboratorium milik pemerintah. Suatu hari, laboratorium tempat Elisa Esposito bekerja menerima “aset” berupa sebuah makhluk hidup yang berbentuk seperti paduan antara manusia dan ikan (Doug Jones) yang berhasil ditangkap Colonel Richard Strickland (Michael Shannon) di perairan Amerika Selatan. Penasaran, Elisa Esposito lantas mengunjungi makhluk tersebut secara diam-diam, memberikannya makanan, dan mengenalkannya pada musik – yang secara perlahan mendapatkan tanggapan dari makhluk tersebut. Elisa Esposito, untuk pertama kali dalam hidupnya, merasakan bahwa kehadiran dirinya diinginkan oleh seseorang. Gadis tersebut jatuh cinta. Sial, atas perintah pemerintahan Amerika Serikat, Colonel Richard Strickland berencana untuk membunuh makhluk tersebut dan menggunakan tubuhnya untuk bahan penelitian. Tidak menyerah begitu saja, Elisa Esposito bersama dengan dua sahabatnya, Giles (Richard Jenkins) dan Zelda Fuller (Octavia Spencer), berencana untuk membawa pergi makhluk tersebut dari dalam laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi tersebut. Continue reading Review: The Shape of Water (2017)
The 90th Annual Academy Awards Nominations List
Film arahan Guillermo del Toro, The Shape of Water, menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak pada ajang The 90th Annual Academy Awards. Film tersebut mendapatkan nominasi di 13 kategori termasuk Best Picture, Best Director, Best Actress in a Leading Role untuk Sally Hawkins serta Best Original Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis oleh del Toro bersama dengan Vanessa Taylor. Bersaing bersama The Shape of Water di kategori Best Picture adalah Call Me by Your Name (Luca Guadagnino, 2017), Darkest Hour (Joe Wright, 2017), Dunkirk (Christopher Nolan, 2017), Get Out (Jordan Peele, 2017), Lady Bird (Greta Gerwig, 2017), Phantom Thread (Paul Thomas Anderson, 2017), The Post (Steven Spielberg, 2017), dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (Martin McDonagh, 2017). Nolan, Peele, Gerwig, dan Anderson juga berhasil mendapatkan nominasi di kategori Best Director bersama dengan del Toro. Continue reading The 90th Annual Academy Awards Nominations List
The 20 Best Movie Performances of 2017
What makes an acting performance so remarkable and/or memorable? Kemampuan seorang aktor untuk menghidupkan karakternya dan sekaligus menghantarkan sentuhan-sentuhan emosional yang dirasakan sang karakter jelas membuat sebuah penampilan akan mudah melekat di benak para penontonnya. Kadang bahkan jauh seusai penonton menyaksikan penampilan tersebut. Penampilan tersebut, tentu saja, tidak selalu membutuhkan momen-momen emosional megah nan menggugah. Bahkan, pada beberapa kesempatan, tidak membutuhkan durasi penampilan yang terlalu lama.
Berikut adalah dua puluh – well… dua puluh lima, untuk tepatnya – penampilan akting yang paling berkesan dalam sebuah film yang dirilis di sepanjang tahun 2017, termasuk sebuah penampilan yang At the Movies pilih sebagai Performance of the Year. Disusun secara alfabetis. Continue reading The 20 Best Movie Performances of 2017
Review: Paddington (2014)
It’s seriously going to be really, really hard to not to fall in love with Paddington.
Baiklah. Harus diakui, sebagai sebuah film keluarga, Paddington tidak memberikan sebuah sajian yang benar-benar baru maupun segar dalam penceritaannya: sebuah keluarga bertemu dengan seorang yang asing, awalnya menjaga jarak terhadap dirinya namun secara perlahan mulai merasakan bahwa sang orang asing adalah sosok anggota keluarga yang akhirnya tidak dapat dilepaskan keberadaannya – khususnya setelah adanya ancaman yang dapat memisahkan kebersamaan mereka. Sebuah formula film-film petualangan yang ditujukan bagi pasar penonton keluarga khas Hollywood.
Adalah tangan dingin produser David Heyman – orang yang juga bertanggungjawab atas keberadaan seri film Harry Potter (2001 – 2011) – dan sutradara Paul King yang berhasil mengolah formula khas tersebut untuk tetap menjadi sajian yang begitu menyenangkan untuk dinikmati dalam Paddington. Seperti layaknya seri Harry Potter, Paddington diberkahi talenta-talenta akting asal Inggris yang sangat mampu menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan. Tidak lupa, Paddington juga memanfaatkan latar belakang lokasi cerita yang berada di kota London dengan sangat maksimal sehingga mampu menjadi bagian penunjang tersendiri bagi kualitas penceritaan film. Paul King, yang bersama dengan Hamish McColl mengadaptasi kisah Paddington dari buku cerita anak-anak klasik berjudul Paddington Bear karya Michael Bond, juga berhasil mengisi naskah cerita Paddington dengan deretan guyonan (juga khas Inggris) yang cukup segar. Meskipun pengarahan King terasa statis di beberapa pojokan cerita namun Paddington sama sekali tidak pernah berubah kaku ataupun lamban dalam perjalanannya.
Di barisan departemen akting, nama-nama seperti Sally Hawkins, Julie Walters, Madeleine Harris, Samuel Joslin dan Hugh Bonneville berhasil tampil dengan chemistry yang hangat sekaligus meyakinkan untuk terasa sebagai sebuah satuan keluarga – plus dengan Bonneville yang terlihat lancar dang sangat menghibur dalam menghadirkan deretan one liner yang diberikan bagi karakternya. Nicole Kidman juga tampak bersenang-senang dengan peran antagonisnya dalam film ini. Aktor Ben Whishaw juga terdengar sangat nyaman dalam mengisisuarakan karakter Paddington. Whishaw berhasil menjadikan Paddington sebagai sosok yang begitu familiar dan likable bagi setiap penonton film. Berbicara mengenai Paddington, pujian khusus juga layak diberikan bagi tim efek khusus film yang berhasil menciptkan karakter para beruang, Paddington dan keluarganya, dengan begitu nyata. Tidak istimewa namun Paddington cukup menyenangkan untuk menjadi sebuah sajian yang akan mampu dinikmati kalangan penonton muda sekaligus para penonton dewasa. [B-]
Paddington (2014)
Directed by Paul King Produced by David Heyman Written by Paul King, Hamish McColl (screenplay), Michael Bond (book, Paddington Bear) Starring Hugh Bonneville, Sally Hawkins, Madeleine Harris, Samuel Joslin, Julie Walters, Jim Broadbent, Peter Capaldi, Nicole Kidman, Tim Downie, Simon Farnaby, Matt Lucas, Ben Whishaw, Michael Gambon, Imelda Staunton Music by Nick Urata Cinematography Erik Wilson Edited by Mark Everson Studio Heyday Films/StudioCanal Running time 95 minutes Country United Kingdom, France Language English
The 86th Annual Academy Awards Nominations List
The nominations are in! Dan hasilnya… American Hustle dan Gravity sama-sama memimpin daftar nominasi The 86th Annual Academy Awards dengan raihan sebanyak 10 nominasi. Jumlah tersebut diikuti oleh 12 Years a Slave yang berhasil meraih 9 nominasi. Ketiganya sama-sama akan bersaing untuk memperebutkan gelar Best Picture dengan enam film lainnya: Captain Phillips, Dallas Buyers Club, Her, Nebraska, Philomena dan The Wolf of Wall Street. David O. Russell – yang dinominasikan pada kategori Best Director untuk American Hustle – sekali lagi mengulang kesuksesannya pada tahun lalu lewat Silver Linings Playbook dengan keberhasilannya dalam menempatkan keempat pemeran filmnya untuk meraih nominasi di bidang akting: Christian Bale di kategori Best Actor in Leading Role, Amy Adams di kategori Best Actress in a Leading Role, Bradley Cooper di kategori Best Actor in a Supporting Role dan Jennifer Lawrence di kategori Best Actress in a Supporting Role. Secara keseluruhan, American Hustle menjadi film ke-15 di sepanjang pelaksanaan Academy Awards dimana setiap aktornya berhasil mendapatkan nominasi di kategori akting.
Continue reading The 86th Annual Academy Awards Nominations List
The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List
Hollywood Foreign Press Association baru saja mengumkan daftar peraih nominasi untuk The 71st Annual Golden Globe Awards. Untuk barisan film layar lebar, berada di garda depan sebagai peraih nominasi terbanyak adalah film terbaru arahan Steve McQueen, 12 Years a Slave, serta film American Hustle arahan David O. Russell yang sama-sama meraih tujuh nominasi. Pun begitu, 12 Years a Slave dan American Hustle hanya akan sama-sama bersaing di dua kategori, Best Director dan Best Screenplay, mengingat Golden Globe Awards memberikan penghargaan yang terpisah bagi film dengan genre Drama (12 Years a Slave) dan Comedy or Musical (American Hustle). Di kategori Best Motion Picture – Drama sendiri, 12 Years a Slave akan bersaing dengan Captain Phillips, Gravity, Philomena dan Rush. Sementara American Hustle akan bersaing dengan Her, Inside Llewyn Davies, Nebraska dan The Wolf of Wall Street di kategori Best Motion Picture – Comedy or Musical.
Continue reading The 71st Annual Golden Globe Awards Nominations List
The 17th Annual Online Film Critics Society Awards Nominations List
Kolaborasi ketiga antara sutradara Steve McQueen dan aktor Michael Fassbender, 12 Years a Slave, berhasil memimpin daftar perolehan nominasi di ajang The 17th Annual Online Film Critics Society Awards. 12 Years a Slave berhasil meraih delapan nominasi, termasuki nominasi Best Picture, Best Director untuk McQueen, Best Actor untuk Chiwetel Ejiofor, Best Supporting Actor untuk Fassbender serta Best Supporting Actress untuk Lupita Nyong’o. Berbeda dengan pelaksanaannya tahun lalu, terdapat sepuluh film yang dinominasikan untuk merebut gelar Best Picture. Film-film yang akan bersaing bersama 12 Years a Slave tersebut adalah American Hustle, Before Midnight, Blue is the Warmest Colour, Drug War, Gravity, Her, Inside Llewyn Davies, Short Term 12 dan The Wind Rises.
Continue reading The 17th Annual Online Film Critics Society Awards Nominations List
Review: Jane Eyre (2011)
Berbeda dengan Pride and Prejudice (1813) yang ditulis oleh Jane Austen, novel karya Charlotte Brontë, Jane Eyre, memiliki struktur cerita yang lebih kelam dan tragis, meskipun sama-sama merupakan sebuah kisah romansa yang kisahnya dipimpin oleh seorang karakter wanita yang memiliki jalan pemikiran maju dan melebihi orang-orang di sekitarnya. Dirilis pertama kali pada tahun 1847, dengan konteks dan tema cerita yang kompleks namun diselimuti dengan kisah romansa yang begitu efektif, Jane Eyre kemudian mendapatkan tempat khusus di hati berjuta pecinta karya sastra dunia sekaligus menjadikannya sebagai karya terpopuler Brontë di sepanjang karirnya sebagai seorang novelis. Tidak mengherankan jika kemudian Jane Eyre banyak diadaptasi ke dalam medium penceritaan lainnya. Tercatat, versi teranyar dari Jane Eyre yang diarahkan oleh Cary Joji Fukunaga (Sin Nombre, 2009) merupakan film layar lebar ke-16 yang mengadaptasi jalan cerita novel karya Brontë tersebut.
Review: Submarine (2011)
Untuk mengatakan bahwa Submarine – yang menjadi debut penyutradaraan Richard Ayoade di layar lebar – sebagai sebuah film drama komedi remaja, mungkin adalah sebuah pernyataan yang cukup merendahkan. Submarine tidak diisi dengan sesosok karakter utama pecundang yang kemudian menemukan cinta sebagai penyelamat hidupnya atau kisah percintaan yang mampu menyentuh setiap orang atau deretan drama yang dikemas menarik dengan dialog-dialog komikal yang jenaka. Tidak. Submarine lebih terlihat seperti film drama komedi depresif yang biasa diarahkan oleh Wes Anderson atau Noah Baumbach namun dengan karakter utama seorang remaja dengan segala kegalauan haati yang ia alami dalam menghadapi masa kehidupan tersebut. Yang tentu saja, akan semakin membuat Submarine terlihat lebih rumit dan lebih sukar untuk disukai banyak orang dengan mudah.
Review: Made in Dagenham (2010)
Seperti halnya The Fighter (2010), Made in Dagenham sama sekali tidak menawarkan sebuah terobosan baru di dalam penceritaannya. Diangkat dari kisah nyata mengenai upaya pekerja wanita untuk mendapatkan upah yang setara di perusahaan produsen mobil Ford pada tahun 1968, Made in Dagenham justru mengikuti setiap pola drama yang pernah ada mengenai kisah sekelompok orang yang berusaha untuk mendapatkan status hidup yang lebih baik. Jajaran pemeran Made in Dagenham yang membuat film ini mampu tampil menghibur dan inspiratif, khususnya penampilan sang aktris utama, Sally Hawkins, yang begitu mampu mengeksplorasi setiap emosi yang dibutuhkan karakternya untuk dapat tampil memikat hati setiap penonton film ini.
Review: Never Let Me Go (2010)
Berisi begitu banyak eksplorasi terhadap struktur sosial dan politik dalam kehidupan manusia, novel Never Let Me Go karya penulis asal Inggris, Kazuo Ishiguro, yang dirilis pada tahun 2005, mendapatkan pujian luas dari banyak kritikus literatur dunia yang kemudian membuat TIME Magazine menggelari novel tersebut sebagai novel terbaik di tahun 2005 dan memasukkannya dalam daftar TIME 100 Best English-Language Novel from 1923 to 2005. Sebuah pencapaian yang tentunya akan cukup sulit untuk diterjemahkan dalam bentuk audio visual, namun usaha yang dilakukan oleh sutradara Mark Romanek (One Hour Photo, 2002) ternyata tidak begitu mengecewakan.
Review: An Education (2009)
An Education adalah sebuah film drama yang diadaptasi dari sebuah autobiografi dari seorang jurnalis Inggris, Lynn Barber. Naskah film ini sendiri diadaptasi oleh Nick Hornby, novelis asal Inggris yang mungkin sangat dikenal atas novelnya High Fidelity dan About A Boy, yang keduanya telah diadaptasi ke layar lebar, dan keduanya juga berhasil meraih banyak pujian, baik ketika berbentuk novel maupun setelah diadaptasi menjadi sebuah film. Continue reading Review: An Education (2009)