Tag Archives: Karen Gillan

Review: Thor: Love and Thunder (2022)

Rasanya tidak mengherankan jika Marvel Studios mendapuk Taika Waititi untuk kembali duduk di kursi penyutradaraan bagi film keempat Thor, Thor: Love and Thunder. Setelah racikan Alan Taylor untuk Thor: The Dark World (2013) gagal untuk mengikuti standar tinggi yang telah diterapkan Kenneth Branagh dalam Thor (2011) – yang bahkan menjadikan film tersebut sebagai salah satu produk dengan kualitas terlemah dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, Waititi sukses memberikan penyegaran bagi tata penuturan seri film Thor ketika ia menghadirkan Thor: Ragnarok (2017) dengan sentuhan komedi yang begitu menyenangkan sekaligus begitu berbeda dengan tuturan komedi yang sebelumnya pernah ditampilkan oleh film-film yang tergabung dalam semesta pengisahan sinematik milik Marvel. Bekerjasama dengan penulis naskah Jennifer Kaytin Robinson (Unpregnant, 2020), Waititi berusaha untuk mengulang kembali penuturan komikal Thor: Ragnarok sekaligus memadukannya dengan sejumlah paparan dramatis yang bernilai emosional. Dan lumayan berhasil. Continue reading Review: Thor: Love and Thunder (2022)

Review: Gunpowder Milkshake (2021)

Menjadi film pertama yang diarahkan oleh sutradara berkewarganegaraan Israel, Navot Papushado, secara solo – setelah sebelumnya mengarahkan Rabies (2010) dan Big Bad Wolves (2013) bersama dengan Aharon Keshales, Gunpowder Milkshake berkisah mengenai seorang pembunuh bayaran bernama Sam (Karen Gillan) yang ditugaskan untuk membunuh seorang pria, David (Samuel Anderson), karena telah mencuri sejumlah uang dari perusahaan tempat Sam sekarang bekerja, The Firm. Sebagai seorang pembunuh bayaran profesional, tugas tersebut jelas bukanlah sebuah hal yang sulit. Namun, ketika mengetahui bahwa David mencuri uang tersebut untuk digunakan sebagai tebusan bagi putrinya, Emily (Chloe Coleman), yang sedang diculik, hati Sam kemudian tergerak untuk membantu. Sam sendiri yang kemudian menghantarkan uang tebusan tersebut kepada sang penculik dengan maksud untuk kembali merebut uang tersebut dan mengembalikannya ke perusahaan setelah Emily berhasil ia dapatkan. Sial, rencana tersebut menemui kegagalan yang bahkan menyebabkan uang hasil curian lenyap. Sam, yang biasa memburu dan membunuh orang-orang yang telah ditentukan oleh The Firm, kini menjadi buruan karena dugaan telah melarikan uang perusahaan. Continue reading Review: Gunpowder Milkshake (2021)

Review: The Call of the Wild (2020)

The Call of the Wild yang menjadi film live-action pertama yang diarahkan sutradara Chris Sanders yang sebelumnya mengarahkan film-film animasi seperti Lilo & Stitch (2000), How to Train Your Dragon (2010), dan The Croods (2013), bukanlah film pertama yang mengadaptasi novel legendaris berjudul sama yang ditulis oleh penulis asal Amerika Serikat, Jack London. Tercatat, novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1903 tersebut telah berulangkali diadaptasi ke berbagai media seperti komik, film televisi, anime, hingga, tentu saja, film. Adaptasi film dari novel The Call of the Wild bahkan sempat dibintangi oleh nama-nama aktor besar Hollywood seperti Clark Gable (1935), Charlton Heston (1972), hingga Rutger Hauer (1997). Fun fact: Adaptasi The Call of the Wild arahan William A. Wellman yang dirilis pada tahun 1935 merupakan film terakhir yang dirilis oleh Twentieth Century Pictures sebelum akhirnya bergabung dengan rumah produksi Fox Film Corporation dan berganti nama menjadi 20th Century Fox. Entah disengaja atau tidak, adaptasi teranyar The Call of the Wild menjadi film pertama yang dirilis oleh 20th Century Studios setelah The Walt Disney Studios membeli 20th Century Fox dan akhirnya mengembalikan nama lama dari rumah produksi tersebut. Continue reading Review: The Call of the Wild (2020)

Review: Spies in Disguise (2019)

Merupakan film animasi yang menjadi debut pengarahan bagi Troy Quane dan Nick Bruno, Spies in Disguise berkisah mengenai seorang pemuda jenius bernama Walter Beckett (Tom Holland) yang bekerja di sebuah biro investigasi untuk menciptakan berbagai gawai berteknologi tinggi guna mendukung tugas setiap agen rahasia di biro investigasi tersebut. Kejeniusan Walter Beckett membuatnya mampu menghasilkan berbagai gawai yang meskipun terdengar aneh namun sebenarnya sangat efektif dan bermanfaat. Sial, ketika menciptakan sebuah alat yang dimaksudkan dapat membuat penggunanya menjadi tak kasat mata, Walter Beckett secara tidak sengaja mengubah agen rahasia Lance Sterling (Will Smith) menjadi seekor merpati. Walter Beckett dan Lance Sterling jelas panik mengingat sang agen rahasia kini sedang menghadapi sebuah penyelidikan kasus yang sangat berbahaya. Dengan berbagai keterbatasan yang mereka miliki, keduanya kini harus saling bekerjasama untuk mengubah Lance Sterling kembali menjadi manusia sekaligus menyelesaikan kasus yang sedang ia tangani. Continue reading Review: Spies in Disguise (2019)

Review: Jumanji: The Next Level (2019)

Merupakan sekuel bagi Jumanji (Joe Johnston, 1995) dan dianggap sebagai film ketiga dalam seri film Jumanji setelah Zathura: A Space Adventure (Jon Favreau, 2005) yang juga diadaptasi dari seri buku cerita anak-anak garapan Chris Van Allsburg, Jumanji: Welcome to the Jungle (Jake Kasdan, 2017) mampu memberikan kesuksesan besar bagi Columbia Pictures ketika film tersebut berhasil mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari US$960 juta selama masa rilisnya di seluruh dunia. Well… tentu saja tidak mengejutkan ketika setahun kemudian Columbia Pictures mengumumkan bahwa pihaknya akan memproduksi sekuel bagi Jumanji: Welcome to the Jungle dengan Kasdan kembali duduk di kursi penyutradaraan serta Dwayne Johnson, Jack Black, Kevin Hart, dan Karen Gillan turut kembali untuk menghidupkan karakter sentral yang mereka perankan. Seperti yang dapat diungkapkan dari judulnya sendiri, Jumanji: The Next Level, film ini memang menjanjikan untuk menghadirkan tingkat kesenangan yang lebih banyak dari film pendahulunya. Tujuan yang lumayan mampu dapat dipenuhi – meskipun dengan beberapa garapan yang sepertinya menahan kualitas presentasi film ini untuk melangkah lebih jauh. Continue reading Review: Jumanji: The Next Level (2019)

Review: Stuber (2019)

Dibintangi oleh Kumail Nanjiani dan Dave Bautista, Stuber berkisah mengenai seorang supir Uber bernama Stu Prasad (Nanjiani) yang terpaksa memenuhi permintaan seorang polisi, Vic Manning (Bautista), untuk membawanya ke beberapa tempat di wilayah Los Angeles guna menangkap seorang pimpinan gembong penjual narkotika dan obat-obatan terlarang, Oka Tedjo (Iko Uwais), yang telah lama diincarnya. Awalnya, Stu Prasad mengikuti seluruh permintaan Vic Manning agar dirinya mendapatkan rating sempurna untuk meningkatkan penilaian kualitas kerjanya sehingga ia tidak diberhentikan sebagai supir Uber. Jelas, pekerjaan untuk menemani seorang polisi dalam mengejar sosok kriminal adalah sebuah pekerjaan yang berbahaya. Stu Prasad sempat ragu atas pilihannya untuk terus mengikuti perjalanan Vic Manning. Namun, secara perlahan, Stu Prasad dan Vic Manning mulai saling memahami dan menghormati posisi satu sama lain serta membentuk kerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Continue reading Review: Stuber (2019)

Review: Avengers: Endgame (2019)

Lima tahun setelah Thanos (Josh Brolin) menjentikkan jarinya dan menghapus separuh peradaban manusia dari atas permukaan Bumi – seperti yang dikisahkan pada Avengers: Inifinity War (Anthony Russo, Joe Russo, 2018), para anggota Avengers yang tersisa, Tony Stark/Iron Man (Robert Downey, Jr.), Steve Rogers/Captain America (Chris Evans), Bruce Banner/Hulk (Mark Ruffalo), Thor (Chris Hemsworth), Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson), Clint Barton/Hawkeye (Jeremy Renner), dan James Rhodes/War Machine (Don Cheadle), masih berupaya melupakan kepedihan hati mereka atas kekalahan di medan peperangan sekaligus hilangnya orang-orang yang mereka cintai. Di saat yang bersamaan, para anggota Avengers yang tersisa tersebut juga masih terus mencari cara untuk menemukan keberadaan Thanos dan membuatnya memperbaiki segala kerusakan yang telah ia sebabkan ketika menggunakan Infinity Stones. Harapan muncul ketika Scott Lang/Ant-Man (Paul Rudd) yang ternyata selamat dari tragedi yang disebabkan jentikan jari Thanos dan kemudian mendatangi markas Avengers dengan sebuah ide yang dapat menghadapkan kembali para Avengers dengan  musuh besar mereka. Continue reading Review: Avengers: Endgame (2019)

Review: Avengers: Infinity War (2018)

Bayangkan beban yang harus diemban oleh Anthony Russo dan Joe Russo. Tidak hanya mereka harus menggantikan posisi Joss Whedon yang telah sukses mengarahkan The Avengers (2012) dan Avengers: Age of Ultron (2015), tugas mereka dalam menyutradarai Avengers: Infinity Warjuga akan menjadi penanda bagi sepuluh tahun perjalanan Marvel Studios semenjak memulai perjalanan Marvel Cinematic Universe ketika merilis Iron Man (Jon Favreau, 2008) sekaligus menjadi film kesembilan belas dalam semesta penceritaan film tersebut. Bukan sebuah tugas yang mudah, tentu saja, khususnya ketika mengingat The Russo Brothers juga harus bertugas untuk mengarahkan seluruh (!) karakter pahlawan super yang berada dalam Marvel Cinematic Universe dalam satu linimasa yang sama. Namun, The Russo Brothers sendiri bukanlah sosok yang baru bagi seri film ini. Dengan pengalaman mereka dalam mengarahkan Captain America: The Winter Soldier (2014), dan Captain America: Civil War (2016), keduanya telah memiliki modal yang lebih dari cukup untuk menjadikan Avengers: Infinity War menjadi sebuah presentasi kisah pahlawan super yang mampu tampil mengesankan.

Continue reading Review: Avengers: Infinity War (2018)

Review: Jumanji: Welcome to the Jungle (2017)

Dirilis lebih dari dua dekade semenjak perilisan Jumanji (Joe Johnston, 1995), Jumanji: Welcome to the Jungle dihadirkan sebagai sekuel – meskipun tampil berdiri sendiri – bagi film fantasi petualangan yang dibintangi oleh Robin Williams tersebut. Jalan ceritanya sendiri dimulai a la The Breakfast Club (John Hughes, 1985) ketika empat orang pelajar dari Brantford High School yang sedang ditempatkan bersama dalam sebuah ruangan hukuman, Spencer Gilpin (Alex Wolff), Bethany Walker (Madison Iseman), Anthony Johnson atau yang lebih sering dipanggil dengan sebutan Fridge (Ser’Darius Blain), dan Martha Kaply (Morgan Turner), memainkan sebuah mesin permainan video usang yang mereka temukan di ruangan tersebut. Tidak disangka, keempat pelajar tersebut secara ajaib masuk ke dalam permainan yang berjudul Jumanji dan berubah menjadi karakter-karakter yang terdapat di dalamnya: Spencer Gilpin berubah menjadi Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Fridge berubah menjadi Franklin Finbar (Kevin Hart), Martha Kaply berubah menjadi Ruby Roundhouse (Karen Gillan), dan Bethany Walker, sialnya, berubah wujud menjadi karakter pria paruh baya bernama Professor Sheldon Oberon (Jack Black). Walau awalnya merasa kebingungan dengan apa yang terjadi pada mereka, keempat pelajar tersebut akhirnya menyadari bahwa mereka harus menyelesaikan permainan Jumanji atau mereka akan tertahan – atau bahkan tewas – selamanya di dalam permainan petualangan tersebut. Continue reading Review: Jumanji: Welcome to the Jungle (2017)

Review: The Circle (2017)

Dari permukaan, The Circle terlihat sebagai sebuah thriller cerdas bernuansa satir tentang kondisi masyarakat dunia pada era maraknya media sosial di internet. Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Dave Eggers, dengan pengarahan dari James Ponsoldt yang meraih banyak pujian dari kritikus film dunia lewat film-filmnya seperti Smashed (2012), The Spectacular Now (2013), dan The End of the Tour (2015), serta dibintangi nama-nama seperti Tom Hanks, Emma Watson, dan (menjadi film terakhir yang dibintangi oleh) Bill Paxton, The Circle memiliki seluruh formula yang dapat menjadikannya sebagai sajian yang tidak hanya cerdas namun dapat memikat perhatian setiap penontonnya. Sayangnya, deretan formula tersebut berakhir hambar dalam eksekusi Ponsoldt dan membuat The Circle berakhir sebagai sebuah film yang begitu membosankan. Continue reading Review: The Circle (2017)

Review: Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)

Ketika dunia pertama kali berkenalan dengan Peter Quill (Chris Pratt) pada Guardians of the Galaxy (James Gunn, 2014), pria yang juga menjuluki dirinya sebagai Star-Lord tersebut masih dikenal sebagai bagian dari sekelompok pencuri dan penyelundup barang-barang antik antar galaksi yang dikenal dengan sebutan The Ravagers pimpinan Yondu Udonta (Michael Rooker). Diiringi dengan lagu-lagu bernuansa rock klasik dari era ‘70an, Peter Quill bersama dengan rekan-rekan yang juga memiliki reputasi sama buruk dengan dirinya, Gamora (Zoe Saldana), Drax the Destroyer (Dave Bautista), Rocket (Bradley Cooper) dan Groot (Vin Diesel), kemudian mendadak dikenal sebagai sosok pahlawan ketika mereka berhasil menyelamatkan seluruh isi galaksi dari serangan Ronan the Accuser (Lee Pace). Daya tarik komikal dari Guardians of the Galaxy yang mampu berpadu dengan pengarahan Gun yang begitu dinamis – dan citarasa musiknya yang eklektis – berhasil mengenalkan karakter-karakter Guardians of the Galaxy yang awalnya kurang begitu populer menjadi dikenal khalayak penikmat film dalam skala yang lebih luas, melambungkan nama Pratt ke jajaran aktor papan atas Hollywood, membuat semua orang jatuh cinta dengan lagu-lagu rock klasik lewat album Guardians of the Galaxy: Awesome Mix Vol. 1 yang berhasil terjual sebanyak lebih dari dua juta keping, dan, dengan pendapatan sebesar US$773.3 juta dari masa perilisannya di seluruh dunia, menjadikan Guardians of the Galaxy sebagai awal dari sebuah seri film baru yang cukup penting dalam barisan panjang film-film produksi Marvel Studios. Continue reading Review: Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)