Tag Archives: Catherine Keener

Review: The Croods: A New Age (2020)

Dengan keberhasilannya mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari US$587 juta serta raihan nominasi Best Animated Feature dari ajang The 86th Annual Academy Awards, tidak membutuhkan waktu lama bagi DreamWorks Animations untuk mengumumkan bahwa mereka akan memproduksi sekuel bagi film animasi The Croods (2013). Pada tahun 2014, sekuel dari The Croods dipersiapkan untuk dirilis pada tahun 2017. Di pertengahan tahun 2016, seiring dengan berakhirnya kesepakatan distribusi dengan 20th Century Fox dan beralihnya kepemilikan DreamWorks Animation kepada NBCUniversal, perilisan sekuel dari The Croods mundur ke tahun 2018 – sebelum kemudin diumumkan bahwa proses produksi untuk sekuel dari The Croods dibatalkan pada penghujung tahun 2016. Beruntung, DreamWorks Animation dan Universal Pictures akhirnya menyepakati untuk melanjutkan proses produksi sekuel dari The Croods dengan jadwal rilis di tahun 2020 dan Joel Crawford menggantikan posisi Kirk DeMicco dan Chris Sanders untuk duduk di kursi penyutradaraan. Continue reading Review: The Croods: A New Age (2020)

Review: Sicario: Day of the Soldado (2018)

Merupakan sekuel dari Sicario arahan Denis Villeneuve yang berhasil meraih kesuksesan baik secara kritikal maupun secara komersial ketika dirilis pada tahun 2015 yang lalu, Sicario: Day of the Soldado kini memberikan fokus yang penuh pada karakter agen rahasia Alejandro Gillick yang diperankan oleh Benicio del Toro. Dikisahkan, setelah terjadinya sebuah peristiwa bom bunuh diri di sebuah supermarket, pemerintah Amerika Serikat memberikan kuasa penuh bagi Central Intelligence Agency untuk memerangi kartel obat-obatan terlarang asal Meksiko yang diduga turut menyelundupkan teroris ke wilayah Amerika Serikat dalam setiap operasi mereka. Bekerjasama dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat, agen Matt Graver (Josh Brolin) lantas berencana untuk menimbulkan konflik antara para kartel obat-obatan terlarang asal Meksiko dengan tujuan agar mereka saling memerangi satu sama lain. Matt Graver lantas merekrut agen rahasia Alejandro Gillick (del Toro) untuk menculik puteri salah seorang pimpinan kartel paling berpengaruh, Isabela Reyes (Isabela Moner), dan merancang agar pertistiwa tersebut terlihat seperti dilakukan oleh kelompok kartel saingan. Rencana tersebut awalnya berjalan lancar. Sial, dalam perjalanannya, konflik justru semakin melebar dan membuat pihak militer Amerika Serikat harus berhadapan dengan pihak kepolisian Meksiko. Continue reading Review: Sicario: Day of the Soldado (2018)

Review: Incredibles 2 (2018)

Walau telah memproduksi film-film bertema pahlawan super semenjak lama namun ketika Pixar Animation Sudios merilis The Incredibles (Brad Bird, 2004), Hollywood jelas masih belum berada pada fase akan kegemarannya merilis film-film bertema pahlawan super tersebut di sepanjang tahun: Marvel Studios baru memulai perjalanan Marvel Cinematic Universe mereka dengan Iron Man arahan Jon Favreau pada tahun 2008 dan DC Entertainment mengawali perjalanan The Dark Knight Trilogy arahan Christopher Nolan dengan merilis Batman Begins di tahun 2005 – seri film DC Extended Universe mereka bahkan baru benar-benar resmi dimulai pada tahun 2013 dengan perilisan Man of Steel arahan Zack Snyder. Dengan tema yang berkisah mengenai petualangan sebuah keluarga yang masing-masing anggotanya memiliki kemampuan super, The Incredibles mampu mencuri hati banyak penikmat sekaligus kritikus film, menghasilkan pendapatan sebesar US$633 juta dari masa perilisannya di seluruh dunia, serta memenangkan kategori Best Animated Feature dan Best Sound Editing di ajang The 77th Annual Academy Awards. Continue reading Review: Incredibles 2 (2018)

Review: Get Out (2017)

Dikenal sebagai separuh nyawa dari duo komedian Key & Peele yang, bersama dengan Keegan-Michael Key, memiliki serial televisi berjudul sama yang pernah memenangkan Emmy Awards, Jordan Peele melakukan debut pengarahan film layar lebarnya lewat Get Out. Namun, berbeda dengan Key & Peele atau imej komedian yang selama ini melekat pada dirinya, Get Out adalah sebuah thriller mencekam yang menjanjikan momen-momen menegangkan bagi para penontonnya. Jika ingin dilirik dari susunan materi yang ingin disampaikan, Get Out sebenarnya tidak menawarkan sebuah formula yang benar-benar baru dalam pengisahannya. Meskipun begitu, Peele secara berani menyelipkan isu sosial mengenai pandangan ras masyarakat Amerika Serikat ke dalam naskah cerita yang ia susun. Ditambah dengan kecerdasannya dalam mengarahkan sekaligus menjaga intensitas cerita, Peele berhasil menyajikan sebuah thriller yang efektif sekaligus akan cukup sanggup menjadi refleksi sosial bagi mereka yang menyaksikan. Continue reading Review: Get Out (2017)

Review: Begin Again (2014)

Salah satu rilisan terbaik Hollywood di sepanjang tahun 2014 lalu akhirnya mendapatkan kesempatan untuk disaksikan lebih banyak mata penikmat film di Indonesia pada tahun ini. Pertama kali diputar di ajang Toronto International Film Festival pada akhir tahun 2013 dengan judul Can a Song Save Your Life?, Begin Again kemudian dirilis di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2014 dengan kisah yang mungkin akan mengingatkan banyak orang dengan film musikal arahan John Carney sebelumnya, Once (2007), namun dengan pengarahan Carney yang jauh, jauh lebih matang. Kematangan pengarahan Carney tersebut jelas sangat dapat dirasakan pada kemampuannya dalam mengalirkan jalan cerita, kualitas tata produksi yang begitu memikat serta, tentu saja, dukungan deretan lagu-lagu indie pop yang begitu catchy dan akan bertahan lama di kepala setiap penonton jauh setelah mereka menyaksikan film ini. Kombinasi yang membuat Begin Again terasa sederhana dalam bercerita namun sangat kuat dalam mempermainkan emosi penontonnya.

Dengan jalan cerita yang juga digarap oleh Carney, Begin Again berkisah tentang pertemuan dua karakter, seorang eksekutif perusahaan rekaman bernama Dan Mulligan (Mark Ruffalo) yang sedang mencoba untuk mempertahankan karirnya serta seorang penyanyi dan penulis lagu bernama Gretta James (Keira Knightley) yang baru saja mengalami patah hati akibat ditinggal pergi sang kekasih, Dave Kohl (Adam Levine). Pertemuan yang tidak disengaja pada sebuah bar tersebut kemudian berlanjut dengan penawaran yang dilakukan Dan kepada Gretta untuk bergabung dengan perusahaan rekamannya setelah mendengar kemampuan musik gadis yang berasal dari Inggris tersebut. Meskipun awalnya menolak, kesungguhan Dan akhirnya mampu meluluhkan hati Gretta. Segera, keduanya mulai mengumpulkan para musisi muda berbakat dari New York untuk memproduksi debut album musik Gretta yang tidak hanya akan berisi berbagai keluh kesah Gretta tentang patah hatinya namun juga memiliki konsep suara lingkungan kota New York dalam setiap lagu-lagunya.

Harus diakui, meskipun memiliki atmosfer penceritaan yang serupa dengan Once, Carney terlihat memiliki kepercayaan diri dan kematangan pengarahan yang lebih kuat pada Begin Again. Karakter-karakter yang tersaji dalam film ini dihadirkan dengan karakteristik yang begitu membumi namun kuat sekaligus mudah untuk disukai setiap penonton. Lihat bagaimana Carney mampu merangkai karakter Dan dan Gretta sebagai dua karakter yang sedang mencoba untuk memperjuangkan diri mereka dengan tanpa kehadiran dramatisasi yang berlebihan. Tidak hanya dari dua karakter utama yang diperankan Ruffalo dan Knightley, namun juga dari karakter-karakter pendukung yang hadir di sepanjang penceritaan film. Carney mampu menghindar dari berbagai penceritaan klise tentang seorang puteri yang sedang beranjak dewasa dalam menuliskan karakter puteri tunggal Dan, Violet (Hailee Steinfeld). Atau bagaimana karakter Dave Kohl tidak pernah digambarkan sebagai sosok yang harus benar-benar dibenci oleh karakter Gretta James meskipun ia telah berselingkuh dari dirinya. Atau persahabatan yang tulus yang mampu tergambar dari karakter Steve (James Corden). Hal inilah yang kemudian membantu jalan penceritaan Begin Again yang begitu sederhana mampu menjadi terasa nyaman sekaligus hangat untuk diikuti.

Sebagai sebuah musikal, Begin Again jelas juga terasa jauh lebih matang jika dibandingkan dengan Once. Bekerjasama dengan penyanyi sekaligus penulis lagu Gregg Alexander, Begin Again mampu dihadirkan dengan deretan lagu-lagu pop ringan dengan lirik lagu dan melodi yang tidak akan dengan mudah untuk dilupakan oleh penontonnya. Carney juga berhasil menempatkan setiap lagu dalam rangkaian pengadeganan yang tepat sehingga setiap lagu mampu mendukung sisi emosional dari setiap adegan dimana mereka ditampilkan. Sejujurnya, adalah cukup sulit untuk menemukan film dengan deretan lagu pengisi film yang mampu terkonsep lebih baik dari Begin Again dalam beberapa tahun terakhir. Lagu-lagu dalam film ini mampu menjadi jiwa dari penceritaan film sebanding dengan kekuatan setiap dialog yang ditulis Carney untuk keluar dari mulut para karakter dalam jalan cerita Begin Again.

Dengan tanpa adanya dramatisasi yang berlebihan bagi deretan konflik yang hadir dalam jalan cerita film, Begin Again mungkin tidaklah terlihat sebagai ajang untuk menyajikan penampilan akting yang kuat bagi para pemerannya. Meskipun begiu, deretan pengisi departemen akting film ini, yang berisi nama-nama seperti Mark Ruffalo, Keira Knightley, Adam Levine, James Corden, Hailee Steinfeld hingga Catherine Keener, mampu menyajikan penampilan akting mereka yang begitu sederhana namun sangat memikat. Chemistry yang terjalin antara sesama pemeran juga tampil meyakinkan. Carney juga berhasil menghadirkan filmnya dengan kualitas produksi yang berkelas. Tata sinematografi dari Yaron Orbach berhasil menangkap keindahan kota New York dan menjadikannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari alur penceritaan Begin Again. Begitu pula dengan tata kostum yang dihadirkan dengan deretan warna-warna cerah yang sangat sesuai dengan atmosfer penceritaan Begin Again yang manis sekaligus hangat. Sebuah presentasi yang tidak akan jenuh disaksikan untuk berulang kali. [B]

begin-again-posterBegin Again (2014)

Directed by John Carney Produced by Anthony Bregman, Tobin Armbrust, Judd Apatow Written by John Carney Starring Keira Knightley, Mark Ruffalo, Adam Levine, Catherine Keener, Hailee Steinfeld, James Corden, CeeLo Green, Yasiin Bey Music by Gregg Alexander Cinematography Yaron Orbach Editing by Andrew Marcus Studio Sycamore Pictures/Exclusive Media/Likely Story/Apatow Productions Running time 104 minutes Country United States Language English

Review: Captain Phillips (2013)

Captain-Phillips-header

Dengan pengalaman berlayar selama lebih dari tiga puluh tahun, jelas tidak ada rasa khawatir yang berlebihan pada diri Captain Richard Phillips (Tom Hanks) ketika dirinya mendapat tugas untuk menjadi nakhkoda kapal kontainer Maersk Alabama dan membawa kapal yang berisi pasokan bantuan untuk masyarakat Kenya, Somalia dan Uganda tersebut dalam perjalanan dari Oman menuju Mombasa, Kenya. Mendapat peringatan bahwa jalur perairan yang ia tempuh rawan akan ancaman tindak kejahatan para perompak, Captain Richard Phillips berulangkali mengingatkan awak kapalnya untuk selalu waspada dan bahkan sempat melakukan sebuah latihan keamanan dalam perjalanan mereka. Benar saja. Beberapa hari setelah Maersk Alabama memulai perjalanannya menuju daerah tujuannya, empat orang perompak datang dan menyerang kapal kontainer tersebut.

Continue reading Review: Captain Phillips (2013)

Review: The Croods (2013)

Disutradarai oleh Kirk DeMicco (Space Chimps, 2008) dan Chris Sanders (How to Train Your Dragon, 2010) dengan naskah cerita yang juga mereka tulis sendiri, The Croods akan membawa para penontonnya ke masa prasejarah dan berpetualang bersama keluarga Croods yang berisi sang ayah, Grug (Nicolas Cage), sang ibu, Ugga (Catherine Keener), puteri tertua mereka, Eep (Emma Stone), putera mereka, Thunk (Clark Duke), bayi perempuan, Sandy (Rhandy Thom), serta sang nenek, Gran (Cloris Leachman). Dikisahkan, keluarga Croods adalah salah satu dari sedikit keluarga di masa tersebut yang mampu bertahan terhadap kondisi lingkungan yang terus-menerus berevolusi. Kesuksesan itu sendiri dapat terwujud karena aturan keras Grug yang ia terapkan pada setiap anggota keluarganya: harus selalu memiliki rasa takut, jangan pernah keluar dari gua tampat mereka hidup khususnya di malam hari serta jangan pernah memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang mereka temui.

Continue reading Review: The Croods (2013)

Indonesian Movie Bloggers Choice Awards 2011 Nominations List

Inception, Alangkah Lucunya (Negeri Ini) dan Sang Pencerah memimpin daftar perolehan nominasi Indonesian Movie Bloggers Choice Awards 2011. Untuk di kategori film berbahasa asing, Inception berhasil meraih sebanyak 14 nominasi dari 18 kategori yang tersedia. Jumlah tersebut unggul satu kategori dari film karya David Fincher, The Social Network, yang membuntuti dengan perolehan sebanyak 13 nominasi. Inception dan The Social Network sendiri akan berhadapan di banyak kategori termasuk di kategori Film Jawara, Sutradara Jawara serta Naskah Jawara. Kedua film tersebut akan bersaing dengan The Ghost Writer, Toy Story 3 dan Uncle Boonme who can Recall His Past Lives untuk memperebutkan gelar sebagai Film Jawara.

Continue reading Indonesian Movie Bloggers Choice Awards 2011 Nominations List

Review: Please Give (2010)

Kembali bekerjasama dengan aktris Catherine Keener, Please Give menjadi film keempat yang disutradarai oleh Nicole Holofcener yang telah memiliki karir sebagai seorang sutradara selama 14 tahun. Selain kembali menampilkan Keener, Please Give sepertinya juga masih memberikan penontonnya berbagai kisah mengenai kaum perempuan – sebuah tema yang memang selalu menjadi pokok pembahasan Holofcener di setiap film yang ia hasilkan.

Continue reading Review: Please Give (2010)

Review: Where the Wild Things Are (2009)

Where the Wild Things Are adalah sebuah film fantasi yang diadaptasi oleh sutradara Spike Jonze dari sebuah buku anak-anak populer berjudul sama karya Maurice Sendak yang dirilis pada tahun 1963. Walt Disney Pictures sendiri pernah membeli hak pembuatan versi film dari buku ini pada awal 80-an untuk diadaptasi menjadi sebuah film animasi yang akan menggabungkan karakter yang digambarkan secara animasi tradisional dan digabung dengan setting yang dibuat oleh komputer.

Continue reading Review: Where the Wild Things Are (2009)

Review: Percy Jackson and the Lightning Thief (2010)

Percy Jackson and the Lightning Thief adalah sebuah film fantasi petualangan yang diadaptasi dari seri pertama dari novel Percy Jackson and the Olympians yang berjudul The Lightning Thief karya novelis Rick Riordan. Seri Percy Jackson and the Olympians sendiri merupakan sebuah adaptasi bebas dari kisah-kisah mitologi Yunani, yang menceritakan mengenai petualangan Percy Jackson, yang menemukan dirinya adalah seorang demigod (manusia setengah dewa), hasil hubungan dewa lautan dan gempa Bumi, Poseidon, dengan Sally Jackson, seorang wanita Bumi.

Continue reading Review: Percy Jackson and the Lightning Thief (2010)