Review: Iron Man 2 (2010)


Baiklah… mari sama-sama mengucapkan selamat datang kepada musim panas. Musim dimana Hollywood akan berusaha mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menarik minat para pecinta film dunia untuk datang memenuhi bioskop-bioskop terdekat dengan merilis berbagai film-film blockbuster. Tahun ini, Hollywood resmi menyambut datangnya musim panas dengan merilis salah satu sekuel paling ditunggu tahun ini, Iron Man 2.

Iron Man 2 sendiri merupakan sebuah film yang mendasarkan karakternya pada komik terbitan Marvel Comics yang berjudul sama. Film ini merupakan sekuel pertama dari Iron Man yang sebelumnya sukses secara kritikal maupun secara komersial ketika dirilis 2008, sekaligus semakin membangkitkan kembali nama aktor Robert Downey, Jr yang sempat tenggelam karena berbagai masalah pribadinya tersebut.

Kembali disutradarai oleh Jon Favreau, yang juga tampil sebagai tokoh Happy Hogan di film ini, naskah cerita Iron Man 2 tidak lagi dikerjakan oleh sekelompok orang seperti pada film pertamanya. Untuk kali ini, aktor sekaligus sutradara Justin Theroux-lah yang mengerjakan keseluruhan naskah untuk Iron Man 2, setelah direkomendasikan oleh Downey, Jr yang sempat bekerjasama dengannya di film Tropic Thunder.

Mengambil latar cerita waktu enam bulan semenjak film pertama berakhir, Tony Stark (Downey, Jr) kini menggunakan identitasnya sebagai Iron Man untuk membentuk perdamaian antara berbagai negara di dunia. Namun, ketika Stark membuka identitasnya kepada publik bahwa dialah yang selama ini berada di balik topeng Iron Man, Stark mulai menghadapi berbagai masalah. Pemerintah Amerika Serikat, melalui Senator Stern (Gary Shandling), menginginkan agar jubah Iron Man diberikan kepada mereka karena dinilai dapat membahayakan masayarakat Amerika Serikat. Hal ini dimanfaatkan oleh Justin Hammer (Sam Rockwell), pemilik Hammer Industries yang merupakan saingan berat perusahaan milik Stark, Stark Industries.

Pembukaan identitas Iron Man juga mengundang keturunan musuh lama keluarga Stark, Ivan Vanko (Mickey Rourke). Setelah melihat Stark di televisi, Ivan kini terobsesi untuk menyingkirkan Tony dan membentuk jubah metalnya sendiri, seperti yang dimiliki oleh Iron Man. Ivan sendiri merupakan anak Anton Vanko, seorang peneliti yang sempat bekerjasama dengan ayah Tony, Howard Stark (John Slattery), namun kemudian mengalami pertikaian pribadi dengan Howard. Justin Hammer nantinya secara diam-diam bekerjasama dengan Ivan untuk menyingkirkan Tony.

Di sisi pribadi, Tony sendiri juga menghadapi berbagai permasalahan pelik. Akibat penggunaan zat palladium di alat yang selama ini menjaga denyut jantungnya ternyata perlahan-lahan mulai meracuni darah yang ada di dalam tubuhnya. Walaupun dalam keadaan sakit parah, Tony lebih memilih untuk tidak memberitahukannya pada mantan asisten pribadinya, Pepper Pots (Gwyneth Paltrow), yang juga memiliki kedekatan pribadi dengan dirinya. Pepper sendiri baru-baru ini ditunjuk oleh Tony untuk memimpin Stark Industries menggantiakn dirinya, sementara posisi Pepper digantikan oleh seorang wanita cantik namun berbahaya, Natalie Rushman (Scarlett Johansson).

Berbagai permasalahan ini masih ditambah dengan sikap Tony yang secara perlahan mulai lebih sering menonjolkan kehebatan dirinya di hadapan publik, namun tidak mampu mengawasi perusahaan yang ia pimpin sehingga membuat Pepper Pots sangat kewalahan untuk mengatasi Stark Industries sekaligus mengawasi tindakan Tony sendiri. Hal ini yang membuat hubungan antara Tony dan Pepper sempat mendingin untuk beberapa saat.

Ya… berbagai permasalahan diatas sepertinya sangat susah untuk dapat dimasukkan kedalam satu film. Namun, percaya atau tidak, Jon Favreau berhasil melakukannya. Bahkan, dapat dikatakan ia melakukannya dengan cukup baik. Walau begitu, bukan berarti Iron Man 2 tidak dilengkapi oleh berbagai permasalahan yang mungkin akan sedikit mengganggu para penontonnya.

Selain permasalahan yang dihadapi oleh Tony Stark dengan dunia luar, Tony Stark sendiri sedang menghadapi masalah dengan dirinya sendiri. Disini, cara penceritaan yang dilakukan Theroux, sebagai seorang penulis naskah, cenderung sedikit melemah. Cara penceritaan Theroux cenderung memanjang-manjangkan masalah kepribadian yang ada di diri Stark. Sebenarnya, pada awalnya cara ini cukup efektif (walau akan mengingatkan beberapa orang pada tingkah Peter Parker/Spider-Man ketika ia mulai dirasuki sebuah parasit asing dari luar angkasa di Spider-Man 3) hingga akhirnya Theroux menambahkan berbagai masalah satu demi satu. Penceritaan masalah kepribadian Stark ini terletak di tengah-tengah film, kira-kira berlangsung selama 30 menit, yang membuat bagian tersebut merupakan bagian terlemah film ini, dimana penonton mungkin akan mulai merasakan sedikit bosan dengan apa yang dihadirkan Favreau lewat naskah yang ditulis Theroux.

Fokus pada masalah kepribadian Stark juga membuat Theroux sedikit kurang fokus pada “musuh utama” Tony Stark di seri ini, Ivan Vanko. Ivan yang pada awalnya dapat digambarkan sebagai seorang musuh yang sangat potensial dapat menyingkirkan Tony Stark, perlahan-lahan porsi penceritaannya mulai tergeser sehingga posisinya malah menjadi seorang musuh tambahan di dalam keseluruhan jalan cerita. Ini juga ditambah dengan ending penyelesaian terhadap Ivan, yang digambarkan cukup cepat dan singkat, kira-kira 2 menit, yang sepertinya tidak menyisakan bagian untuk seorang Ivan Vanko lebih memperkenalkan berbagai ‘ide-ide buruknya’ dalam menyingkirkan Tony Stark kepada penonton.

Namun, jangan biarkan hal-hal diatas mengganggu kenikmatan Anda dalam menyaksikan Iron Man 2. Dibandingkan keunggulan yang dihadirkan film ini secara keseluruhan, keluhan-keluhan diatas hanyalah sebuah keluhan yang kecil dan well… tidak begitu berarti. Jon Favreau berhasil mengemas Iron Man 2 sebagai sebuah tontonan yang sangat menghibur — terima kasih kepada berbagai dialog-dialog lucu yang berhasil diciptakan Theroux untuk setiap karakter di film ini — serta dilengkapi dengan berbagai adegan aksi dan efek spesial yang cukup mengagumkan.

Satu inti penting yang membuat film berdurasi 124 menit ini tetap segar hingga di penghujung film adalah kekompakan para jajaran pemerannya yang sangat erat dan dapat dirasakan oleh tiap penontonnya. Memang, daya tarik seorang Robert Downey, Jr harus diakui sebagai kekuatan utama film ini, yang membuat tokoh Tony Stark benar-benar dapat dikagumi dan well… hampir tidak dapat dibenci. Hal ini juga cukup berpengaruh terhadap chemistry yang ia hasilkan bersama jajaran pemeran lainnya, terutama pada Gwyneth Paltrow dan Scarlett Johansson. Sangat sempurna! Khusus untuk Johansson, para penonton dijamin akan terkesima melihat adegan aksinya yang sangat mencuri perhatian di bagian akhir film. Sangat terkesima hingga beberapa orang mungkin akan memikirkan bahwa tokoh Natalie Rushman alias Black Widow yang diperankan oleh Johansson mungkin dapat diberikan film tersendiri. Hmmm… mungkin tidak.

Secara keseluruhan, Iron Man 2 sepertinya akan menggambarkan berbagai pengalaman yang akan didapat setiap pecinta film lewat berbagai film yang dirilis Hollywood pada musim panas ini. Film-film dengan tingkat hiburan luar biasa yang tidak memerlukan banyak pemikiran khusus. Murni untuk hiburan semata. Seperti halnya hiburan yang diberikan rollercoaster, Iron Man 2 secara perlahan akan membawa setiap penontonnya ke puncak kenikmatan menonton film, namun sayangnya, secara cepat turun kembali kebawah, dan untuk beberapa saat diam di daerah tersebut. Untungnya, seperti halnya rollercoaster, Iron Man 2 kembali memberikan berbagai adegan aksi yang seru di akhir cerita yang membuat kenikmatan menonton film ini kembali datang lagi. Film yang menyenangkan dengan jajaran pemeran yang sangat mudah untuk dicintai.

Rating: 3.5/5

Iron Man 2 (Marvel Studios/Paramount Pictures, 2010)

Iron Man 2 (2010)

Directed by Jon Favreau Produced by Kevin Feige, Avi Arad, Susan Downey Written by Justin Theroux Starring Robert Downey, Jr., Don Cheadle, Mickey Rourke, Gwyneth Paltrow, Scarlett Johansson, Sam Rockwell, Samuel L. Jackson, John Favreau, Garry Shandling, John Slattery, Paul Bettany, Clark Gregg, Leslie Bibb, Kate Mara, Olivia Munn Music by John Debney, Tom Morello Cinematography Matthew Libatique Editing by Dan Lebental, Richard Pearson Studio Marvel Studios Distributed by Paramount Pictures Running time 124 minutes Country United States Language English

15 thoughts on “Review: Iron Man 2 (2010)”

  1. Yep, emang kayak rollercoaster nih film 🙂 gw ketawa pas adegan terakhir yg di rooftop soalnya si Rhodey ngomong sesuatu dan dialog itu lucu menurut gw :d dan did u see the extra scene ?

    1. Sayangnya tidak. Sudah tahu sih soal itu… dan sudah menunggu beberapa saat. tapi kemudian pihak bioskop mematikan layar pas credit… 😦

      Tapi udah ada di YouTube scene tambahannya koq.

  2. Setuju dgn roller-coaster, awalnya agak lambat, mulai seru pas di adegan sirkuit Monaco, pertengahan film agak datar, tp ditutup dgn action yg lumayan di akhir, sayang penyelesaian terlalu cepat. Action ScarJo memang jadi screen stealer di film ini. So cool!

  3. Sepertinya bakal lebih seru lagi kalo area lokasi untuk ending kekalahan Ivan Vanko ditukar dengan lokasi di sirkuit balap. Bakal lebih banyak kekacauan dan ledakan dengan mobil-mobil yang beterbangan.

  4. haloo, saya dari masa depan 😁, menanggapi kalimat terakhir paragraf 10, akhirnya Black Widow dapet film solonya walaupun itu prekuel dan doi dah mati:)

Leave a Reply