Review: Chloe (2010)


Sutradara asal Kanada, Atom Egoyan, memang lebih banyak dikenal sebagai seorang sutradara yang lebih banyak memberikan film-film bertema art-house daripada film-film komersial yang seringkali dirilis murni untuk mencari keuntungan belaka. Walau begitu, bukan berarti Egoyan tidak berani untuk mencoba sesuatu yang bersifat komersial. Chloe adalah sebuah usaha Egoyan untuk mencampurkan teknik penyutradaraan art-house yang sering ia terapkan, dengan sisi komersialisme untuk dapat dinikmati oleh publik umum.

Chloe sendiri merupakan sebuah remake dari film Perancis berjudul Nathalie… yang disutradarai oleh Anne Fountaine dan sempat dirilis pada tahun 2004.  Untuk naskah ceritanya, Egoyan bekerjasama dengan penulis naskah Erin Cressida Wilson, yang sebelumnya dikenal atas naskah yang ia kerjakan untuk film Secretary (2002) dan Fur: An Imaginary Portrait of Diane Arbus (2006).

Berkisah mengenai David Stewart (Liam Neeson) dan Catherine Stewart (Julianne Moore), pasangan yang telah menikah lama dengan seorang putra berusia 17 tahun, Michael (Max Thieriot), yang kini menemukan bahwa diri mereka berada di sebuah posisi dimana hubungan keduanya sudah terasa sangat hambar. Kurangnya komunikasi sekaligus keintiman antara keduanya membuat Catherine memiliki prasangka bahwa David telah melakukan perselingkuhan dengan wanita lain.

Prasangka ini memuncak ketika David, yang sedang berada di luar kota, menunda kepulangannya ke rumah di malam ulang tahunnya. Padahal, Catherine ternyata telah menyiapkan sebuah pesta ulang tahun kejutan untuk David. Perkenalannya secara tak sengaja dengan seorang wanita panggilan, Chloe (Amanda Seyfried), memunculkan sebuah ide gila: Catherine meminta bantuan Chloe untuk menggoda suaminya dan melihat apakah David benar-benar memiliki kecenderungan untuk memiliki seorang wanita lain selain dirinya.

Berdasarkan perjanjian antara mereka berdua, Chloe kemudian melaporkan segala tindakan yang David lakukan bersama dirinya. Chloe sendiri mengungkapkan bahwa David sepertinya menerima godaannya, bahkan sepertinya ingin mengajaknya ke sebuah tahap hubungan yang lebih jauh. Bercampur amarah, Catherine kemudian memberikan instruksi lanjutan kepada Chloe, yakni untuk menggoda David agar ia mau tidur dengannya. Suatu hal yang mungkin akan Catherine sesali seumur hidupnya.

Dengan menawarkan pendekatan erotic thriller, Egoyan patut dipuji atas kemampuannya untuk mengolah sebuah premis jalan cerita yang sepertinya telah berulang kali digunakan oleh Hollywood menjadi sebuah sajian yang cukup memikat. Pengalaman Erin Cressida Wilson, sebagai seorang penulis naskah di film drama erotis Secretary, sepertinya juga digunakan dengan sangat baik di film ini. Chloe tidak terjebak menjadi sebuah film kacangan yang hanya menawarkan berbagai tampilan panas tanpa arti. Di tangan Egoyan, naskah tersebut menjadi sebuah tampilan erotis kelas atas yang membuat film ini mampu tampil sebagai sebuah thriller yang cukup pintar memainkan para penontonnya,

Chloe beruntung memiliki jajaran pemeran yang luar biasa mampu menghidupkan jalannya film ini. Kredit terutama tentunya diberikan pada dua aktrisnya, Julianne Moore dan Amanda Seyfried. Seyfried, salah satu lulusan Mean Girls yang mampu bertahan dan akhir-akhir ini semakin bersinar di Hollywood, tampil berbeda dengan apa yang telah ia tunjukkan pada penampilan di film-film sebelumnya. Hilang sudah imej Seyfried yang baik, manis dan ceria berganti dengan Seyfried yang eksotis, cenderung gelap dan sedikit menakutkan. Apa yang dilakukan oleh Seyfried di film ini, termasuk dengan kenekatannya untuk tampil ‘polos’ di beberapa adegan, adalah sebuah langkah besar yang mungkin akan semakin membuktikan kemampuan aktingnya di Hollywood.

Academy Awards mungkin belum mampu memberikan rekognisi tersendiri pada Julianne Moore. Walau sering tampil pada film-film low profile, Moore selalu membuktikan bahwa dirinya adalah salah satu aktris watak terbaik yang pernah dimiliki Hollywood. Akting Moore sebagai seorang istri yang dibutakan oleh rasa kecemburuannya di Chloe akan semakin membuktikan pernyataan tersebut. Di tangan Moore, Catherine muncul sebagai seorang wanita yang sangat rapuh, di balik seluruh kecemburuannya, dan memiliki amarah yang luar biasa besar walau tertahan oleh berbagai pemikiran untuk mempertahankan potret sebuah keluarga yang bahagia.  Tampil hampir di seluruh adegan yang ada di film ini, Moore jelas menjadi nyawa utama yang menjadikan Chloe begitu dapat dinikmati oleh penontonnya.

Karena naskah yang lebih cenderung berfokus pada dua karakter wanita utamanya, aktor Liam Neeson mungkin hanya dapat tampil dalam kapabilitas yang sangat terbatas pada film ini. Walaupun begitu, Neeson mampu memberikan sebuah gambaran yang baik atas karakter yang dapat memberikan sebuah kebingungan tersendiri pada penontonnya: apakah ia seorang pria yang berselingkuh atau ia hanyalah seorang pria yang menjadi korban kecemburuan sang istri. Sebuah premis yang menjadi twist menarik yang ditawarkan Chloe di penghujung film. Aktor muda Max Thieriot juga memberikan penampilan yang tidak buruk sebagai seorang anak yang tidak tahu menahu mengenai apa yang sedang terjadi di dalam keluarganya.

Tema yang dihadirkan Chloe mungkin sudah banyak dihadirkan di film-film Hollywood sejenis. Yang menjadi keunggulan utama film ini, harus diakui adalah kemampuan jajaran pemerannya untuk menghidupkan karakter yang mereka perankan dengan sangat sempurna. Egoyan juga harus diberikan kredit  atas usahanya untuk mengangkat sebuah bahan dasar cerita yang bisa saja menjadi sebuah bencana, menjadi sebuah film yang sangat memikat, cukup pintar sekaligus menghibur. Beberapa orang mungkin kecewa atas pemilihan ending yang terasa terlalu ‘normal’, namun secara keseluruhan, Chloe adalah sebuah sajian yang sangat tidak mengecewakan.

Rating: 4 / 5

Chloe (Montecito Picture Company/StudioCanal/Sony Pictures Classics, 2010)

Chloe (2010)

Directed by Atom Egoyan Produced by Jason Reitman, Ivan Reitman, Tom Pollock Written by Erin Cressida Wilson (screenplay), Anne Fontaine (source material) Starring Julianne Moore, Liam Neeson, Amanda Seyfried, Max Thieriot, R. H. Thomson, Nina Dobrev, Meghan Heffern, Natalie Lisinska, Laura de Carteret, Mishu Vellani Music by Mychael Danna Cinematography Paul Sarossy Editing by Susan Shipton Studio Montecito Picture Company/StudioCanal Distributed by Sony Pictures Classics Running time 96 minutes Country United States, Canada, France Language English

2 thoughts on “Review: Chloe (2010)”

  1. Setuju!!!!Chloe emang gak mengecewakan…i found some questions dalam film ini.a good questions i think.Atom kyknya gak sesederahana yg saya kira seperti yg saya pikir saat saya tonton.waktu nulis reviewnya timbul deh pertanyaan2 itu.that adds up to my appreciation for the movie. 🙂

Leave a Reply