Tag Archives: Guillermo del Toro

Review: Antlers (2021)

Menjadi film horor perdana yang diarahkan oleh sutradara Scott Cooper yang sebelumnya mengarahkan film-film seperti Crazy Heart (2009) dan Hostiles (2017), Antlers bertutur tentang seorang anak laki-laki bernama Lucas Weaver (Jeremy T. Thomas) yang harus merawat ayah, Frank Weaver (Scott Haze), dan adik laki-lakinya, Aiden Weaver (Sawyer Jones), ketika keduanya secara tiba-tiba menderita sebuah penyakit yang membuat mereka menjadi terus kelaparan dan perlahan juga mengubah penampilan mereka menjadi mengerikan. Kondisi tersebut membuat sikap dan perangai Lucas Weaver menjadi berubah – situasi yang kemudian mendapatkan perhatian mendalam oleh gurunya, Julia Meadows (Keri Russell). Awalnya, Julia Meadows curiga bahwa perubahan sikap Lucas Weaver terjadi karena dirinya mendapat perlakuan kekerasan dari sang ayah. Namun, penyelidikan yang dilakukan oleh Julia Meadows membawanya pada misteri akan mitologi setempat yang semenjak lama menghantui warga di daerah tersebut. Continue reading Review: Antlers (2021)

Review: Nightmare Alley (2021)

Lima tahun selepas mengarahkan The Shape of Water (2017) yang berhasil meraih 13 nominasi dan memenangkan empat kategori diantaranya, termasuk Best Picture dan Best Director, dari ajang The 90th Annual Academy Awards, sutradara Guillermo del Toro kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk mengarahkan Nightmare Alley. Merasa familiar dengan judul tersebut? Film yang naskah ceritanya ditulis oleh del Toro bersama dengan Kim Morgan ini memang diadaptasi dari novel popular berjudul sama yang ditulis oleh William Lindsay Gresham. Novel tersebut sebelumnya pernah diadaptasi menjadi film cerita panjang yang dirilis dengan judul yang sama oleh sutradara Edmund Goulding pada tahun 1947 yang menghadirkannya sebagai presentasi yang menggunakan gaya penceritaan neo-noir. Versi teranyar dari adaptasi Nightmare Alley garapan del Toro juga mengadopsi tata pengisahan neo-noir yang elemen-elemen visualnya sering menggunakan tata pencahayaan yang rendah, gaya sinematografi yang banyak dipengaruhi kehadiran bayangan, serta penempatan kamera yang tidak biasa. Continue reading Review: Nightmare Alley (2021)

Review: The Shape of Water (2017)

This review was originally published on December 19, 2017 and being republished as the movie hits Indonesian theaters today.

Berlatarbelakang lokasi pengisahan di Amerika Serikat pada masa terjadinya Perang Dingin di tahun 1960an, The Shape of Water bercerita tentang seorang petugas kebersihan bisu bernama Elisa Esposito (Sally Hawkins) yang bekerja di sebuah laboratorium milik pemerintah. Suatu hari, laboratorium tempat Elisa Esposito bekerja menerima “aset” berupa sebuah makhluk hidup yang berbentuk seperti paduan antara manusia dan ikan (Doug Jones) yang berhasil ditangkap Colonel Richard Strickland (Michael Shannon) di perairan Amerika Selatan. Penasaran, Elisa Esposito lantas mengunjungi makhluk tersebut secara diam-diam, memberikannya makanan, dan mengenalkannya pada musik – yang secara perlahan mendapatkan tanggapan dari makhluk tersebut. Elisa Esposito, untuk pertama kali dalam hidupnya, merasakan bahwa kehadiran dirinya diinginkan oleh seseorang. Gadis tersebut jatuh cinta. Sial, atas perintah pemerintahan Amerika Serikat, Colonel Richard Strickland berencana untuk membunuh makhluk tersebut dan menggunakan tubuhnya untuk bahan penelitian. Tidak menyerah begitu saja, Elisa Esposito bersama dengan dua sahabatnya, Giles (Richard Jenkins) dan Zelda Fuller (Octavia Spencer), berencana untuk membawa pergi makhluk tersebut dari dalam laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi tersebut. Continue reading Review: The Shape of Water (2017)

The 90th Annual Academy Awards Winners List

ROGER DEAKINS WINS!

Setelah dinominasikan sebanyak 14 kali, Roger Deakins akhirnya berhasil memenangkan piala Best Cinematography dari ajang The 90th Annual Academy Awards. Deakins memenangkan kategori tersebut untuk film arahan Denis Villeneuve, Blade Runner 2049 (2017). Continue reading The 90th Annual Academy Awards Winners List

The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Film arahan Guillermo del Toro, The Shape of Water, menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak pada ajang The 90th Annual Academy Awards. Film tersebut mendapatkan nominasi di 13 kategori termasuk Best Picture, Best Director, Best Actress in a Leading Role untuk Sally Hawkins serta Best Original Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis oleh del Toro bersama dengan Vanessa Taylor. Bersaing bersama The Shape of Water di kategori Best Picture adalah Call Me by Your Name (Luca Guadagnino, 2017), Darkest Hour (Joe Wright, 2017), Dunkirk (Christopher Nolan, 2017), Get Out (Jordan Peele, 2017), Lady Bird (Greta Gerwig, 2017), Phantom Thread (Paul Thomas Anderson, 2017), The Post (Steven Spielberg, 2017), dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (Martin McDonagh, 2017). Nolan, Peele, Gerwig, dan Anderson juga berhasil mendapatkan nominasi di kategori Best Director bersama dengan del Toro. Continue reading The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Review: Pacific Rim (2013)

pacific-rim-header

Kebanyakan penonton yang memilih untuk menyaksikan Pacific Rim jelas tahu pasti apa yang akan mereka dapatkan dari film ini. Yes. Pacific Rim is a movie about giant robots versus giant monsters. Namun, berbeda dari kebanyakan film-film blockbuster yang dirilis Hollywood di kala musim panas, Pacific Rim adalah film tentang giant robots versus giants monsters yang disutradarai oleh Guillermo del Toro: seorang sutradara yang secara legendaris dikenal mampu memberikan jiwa dan kehidupan pada setiap fantasi yang dapat terlintas dalam setiap pemikiran umat manusia serta menghasilkan film-film seperti Mimic (1997), Hellboy (2004) serta Pan’s Labyrinth (2006). Sayangnya, jiwa dan kehidupan mungkin adalah hal terakhir yang dapat ditemukan penonton dalam Pacific Rim karena sentuhan del Toro benar-benar minim dapat dirasakan di sepanjang presentasi film ini.

Continue reading Review: Pacific Rim (2013)

Review: Puss in Boots (2011)

Ketika karakter Puss in Boots ditampilkan dalam Shrek 2 (2004) dan berhasil mencuri perhatian (dan hati) penonton dunia lewat tatapan matanya yang tidak dapat ditolak itu, DreamWorks Animation tentu tahu bahwa adalah sebuah keputusan yang sangat bodoh jika mereka tidak memanfaatkan momen tersebut untuk membuatkan sebuah film petualangan khusus bagi karakter Puss in Boots yang, tentu saja, akan memberikan mereka lebih banyak keuntungan komersial. Setelah kemudian muncul kembali dalam Shrek the Third (2007) dan Shrek Forever After (2010), karakter Puss in Boots akhirnya mendapatkan perlakukan istimewanya dengan dirilisnya Puss in Boots yang diarahkan oleh Chris Miller yang sebelumnya pernah mengarahkan Shrek the Third.

Continue reading Review: Puss in Boots (2011)

First Look: Splice

Sebenarnya, tidak tepat juga untuk meletakkan Splice di kolom First Look, karena film ini sebenarnya telah selesai produksi dua tahun lalu, bahkan sempat beredar di beberapa festival film dunia sepanjang tahun 2009 lalu. Namun, karena masih belum mendapatkan distributor yang tepat, Splice masih belum dapat dinikmati oleh para penggemar film dunia hingga sekarang. Continue reading First Look: Splice