Tag Archives: Octavia Spencer

Review: Roald Dahl’s The Witches (2020)

Masih ingat dengan memori menyeramkan sekaligus mimpi buruk yang diakibatkan oleh adegan Anjelica Huston yang secara perlahan melepaskan rambut serta kulit palsunya dan kemudian membiarkan wujud aslinya sebagai seorang penyihir terlihat dalam film The Witches (Nicolas Roeg, 1990)? Well… mimpi buruk tersebut coba dibangkitkan kembali oleh Guillermo del Toro bersama dengan Alfonso Cuarón dan Robert Zemeckis dengan menghadirkan adaptasi teranyar bagi buku cerita anak-anak garapan Roald Dahl yang juga berjudul The Witches tersebut. Sebenarnya, pada tahun 2008, Cuarón sempat mengungkapkan bahwa dirinya akan bekerjasama dengan del Toro untuk mengadaptasi The Witches dalam bentuk teknik animasi stop motion. Sayang, rencana tersebut gagal untuk membuahkan hasil. Sepuluh tahun kemudian, kerjasama antara del Toro dengan Cuarón untuk menghidupkan The Witches muncul kembali namun dengan format yang berbeda. Daripada menghadirkannya sebagai sebuah film animasi, versi teranyar dari The Witches akan tetap disajikan dalam presentasi live action dengan Zemeckis akan duduk di kursi penyutradaraan serta Cuarón dan del Toro bertindak sebagai produser sekaligus penulis naskah. Continue reading Review: Roald Dahl’s The Witches (2020)

Review: Onward (2020)

Merupakan film animasi ke-22 yang diproduksi oleh Pixar Animation Studios dan menjadi film dengan alur pengisahan orisinal pertama yang dirilis oleh rumah produksi milik The Walt Disney Studios tersebut semenjak Coco (Lee Unkrich, 2017), Onward bercerita mengenai sebuah dunia fantastis dimana magis pernah menjadi elemen krusial dalam kehidupan dan makhluk-makhluk mitologis menjalani keseharian mereka layaknya umat manusia di dunia nyata. Dalam dunia tersebut, dua kakak beradik, Barley (Chris Pratt) dan Ian Lightfoot (Tom Holland), baru saja mengetahui bahwa mereka dapat menghabiskan waktu selama sehari bersama dengan ayah mereka yang telah meninggal dunia dengan bantuan sebuah tongkat sihir, batu permata, dan mantra yang sang ayah berikan kepada ibu mereka, Laurel Lightfoot (Julia Louis-Dreyfus). Sebuah kesempatan yang jelas tidak akan dilewatkan oleh keduanya – khususnya Ian Lightfoot yang seumur hidup belum pernah bertemu dengan ayahnya. Namun, karena belum pernah sama sekali terlibat dalam hal-hal magis, Barley dan Ian Lightfoot gagal untuk memunculkan sosok sang ayah. Tidak mau menyerah, keduanya kemudian memulai perjalanan untuk menemukan sebuah batu permata lain yang dapat membantu kelancaran pembacaan mantra yang dapat membawa ayah mereka untuk hidup sehari lagi. Continue reading Review: Onward (2020)

Review: Dolittle (2020)

Setelah Doctor Dolittle (Richard Fleischer, 1967) – yang berhasil meraih sembilan nominasi, termasuk nominasi di kategori Best Picture, dari ajang The 40th Annual Academy Awards – serta Doctor Dolittle (Betty Thomas, 1998) – yang dibintangi Eddie Murphy dan mampu meraih sukses besar secara komersial sehingga dibuatkan empat film sekuelnya, Hollywood seperti masih belum akan berhenti mencoba untuk mengadaptasi seri buku Doctor Dolittle yang ditulis oleh Hugh Lofting. Kali ini, adaptasi dari seri buku cerita anak-anak popular tersebut hadir lewat Dolittle yang diarahkan oleh Stephen Gaghan (Gold, 2016) dan menampilkan Robert Downey Jr. sebagai pemeran sang karakter utama. Apakah kisah klasik petualangan Doctor Dolittle yang dapat berkomunikasi dengan hewan-hewan yang berada di sekitarnya masih mampu untuk menarik perhatian penonton yang jelas kini banyak berasal dari generasi yang berbeda? Well… Biaya produksi sebesar lebih dari US$175 juta yang dikucurkan oleh Universal Pictures mungkin berhasil menciptakan gambar-gambar dengan unsur efek visual khusus yang cukup meyakinkan. Namun, sayangnya, kualitas paparan cerita dan pengarahan Gaghan yang jauh dari mengesankan membuat Dolittle hadir menjadi presentasi film keluarga yang monoton dan begitu membosankan. Continue reading Review: Dolittle (2020)

Review: Ma (2019)

The Help (2011) jelas bukanlah kali pertama Octavia Spencer membintangi film yang diarahkan oleh Tate Taylor. Sebelumnya, bersama dengan Allison Janney yang juga membintangi The Help, Spencer turut berperan dalam film pendek yang menjadi debut pengarahan Taylor, Chicken Party (2003), serta Pretty Ugly People (2008) yang menjadi kali pertama Taylor mengarahkan sebuah film panjang. Namun, penampilannya dalam The Help jelas menghasilkan batu loncatan tersendiri bagi Spencer untuk menjadi salah satu aktris paling dikenal di Hollywood. Selain berhasil memenangkannya sebuah Oscar untuk Best Actress in a Supporting Role di ajang The 84th Annual Academy Awards, penampilan Spencer di film tersebut juga mampu membawanya untuk membintangi film-film kaliber Academy Awards lain seperti Hidden Figures (Theodore Melfi, 2016) dan The Shape of Water (Guillermo del Toro, 2017) serta berbagai film produksi Hollywood lainnya – yang kebanyakan menempatkan Spencer sebagai pemeran pendukung. Continue reading Review: Ma (2019)

Review: Instant Family (2018)

Merupakan kali ketiga Mark Wahlberg berada dibawah arahan sutradara Sean Anders setelah Daddy’s Home (2015) dan Daddy’s Home Two (2017), Instant Family berkisah mengenai perjalanan hidup pasangan Pete (Wahlberg) dan Ellie Wagner (Rose Byrne) setelah keduanya memutuskan untuk menjadi orangtua asuh bagi tiga bersaudara, Lizzie (Isabela Moner), Juan (Gustavo Quiroz), dan Lita (Julianna Gamiz). Sebagai pasangan yang awalnya hanya memberikan fokus kehidupan pada bisnis yang mereka bangun, kehadiran tiga orang anak dalam keseharian mereka jelas memberikan sebuah warna baru. Bukan sebuah proses adaptasi yang mudah. Selain karena Lizzie, Juan, dan Lita memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain, latar belakang ketiganya yang hadir dengan catatan masa lalu yang kelam juga membuat Pete dan Ellie Wagner sering mendapatkan kesulitan untuk mendekati ketiga anak tersebut. Beruntung, Pete dan Ellie Wagner mendapatkan bimbingan dari dua orang pekerja sosial, Karen (Octavia Spencer) dan Sharon (Tig Notaro). Secara perlahan, Pete dan Ellie Wagner mulai memahami bagaimana cara yang tepat untuk menjadi pasangan orangtua bagi Lizzie, Juan, dan Lita sekaligus merebut hati dan perhatian ketiganya. Continue reading Review: Instant Family (2018)

Review: The Shape of Water (2017)

This review was originally published on December 19, 2017 and being republished as the movie hits Indonesian theaters today.

Berlatarbelakang lokasi pengisahan di Amerika Serikat pada masa terjadinya Perang Dingin di tahun 1960an, The Shape of Water bercerita tentang seorang petugas kebersihan bisu bernama Elisa Esposito (Sally Hawkins) yang bekerja di sebuah laboratorium milik pemerintah. Suatu hari, laboratorium tempat Elisa Esposito bekerja menerima “aset” berupa sebuah makhluk hidup yang berbentuk seperti paduan antara manusia dan ikan (Doug Jones) yang berhasil ditangkap Colonel Richard Strickland (Michael Shannon) di perairan Amerika Selatan. Penasaran, Elisa Esposito lantas mengunjungi makhluk tersebut secara diam-diam, memberikannya makanan, dan mengenalkannya pada musik – yang secara perlahan mendapatkan tanggapan dari makhluk tersebut. Elisa Esposito, untuk pertama kali dalam hidupnya, merasakan bahwa kehadiran dirinya diinginkan oleh seseorang. Gadis tersebut jatuh cinta. Sial, atas perintah pemerintahan Amerika Serikat, Colonel Richard Strickland berencana untuk membunuh makhluk tersebut dan menggunakan tubuhnya untuk bahan penelitian. Tidak menyerah begitu saja, Elisa Esposito bersama dengan dua sahabatnya, Giles (Richard Jenkins) dan Zelda Fuller (Octavia Spencer), berencana untuk membawa pergi makhluk tersebut dari dalam laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi tersebut. Continue reading Review: The Shape of Water (2017)

The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Film arahan Guillermo del Toro, The Shape of Water, menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak pada ajang The 90th Annual Academy Awards. Film tersebut mendapatkan nominasi di 13 kategori termasuk Best Picture, Best Director, Best Actress in a Leading Role untuk Sally Hawkins serta Best Original Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis oleh del Toro bersama dengan Vanessa Taylor. Bersaing bersama The Shape of Water di kategori Best Picture adalah Call Me by Your Name (Luca Guadagnino, 2017), Darkest Hour (Joe Wright, 2017), Dunkirk (Christopher Nolan, 2017), Get Out (Jordan Peele, 2017), Lady Bird (Greta Gerwig, 2017), Phantom Thread (Paul Thomas Anderson, 2017), The Post (Steven Spielberg, 2017), dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (Martin McDonagh, 2017). Nolan, Peele, Gerwig, dan Anderson juga berhasil mendapatkan nominasi di kategori Best Director bersama dengan del Toro. Continue reading The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Review: Hidden Figures (2016)

This review was originally published on January 02, 2017 and being republished as the movie hits Indonesian theaters today.

Berdasarkan naskah cerita yang digarap oleh Theodore Melfi dan Allison Schroeder yang mengadaptasi buku berjudul sama karya Margot Lee Shetterly, Hidden Figures berlatarbelakang di Amerika Serikat pada tahun 1960an. Pada saat tersebut, warga berkulit berwarna masih dipandang sebagai warga negara kelas dua dengan hak-hak sipil mereka masih seringkali terabaikan oleh negara. Dalam kondisi tersebut, tiga orang wanita berkulit berwarna dengan kemampuan Matematika yang handal, Katherine Johnson (Taraji P. Henson), Dorothy Vaughan (Octavia Spencer) dan Mary Jackson (Janelle Monáe), mulai meniti karir mereka di National Aeronautics and Space Administration. Jelas bukan persoalan mudah. Dengan warna kulit yang mereka miliki, ketiganya sering dipandang sebagai sosok yang tidak memiliki kemampuan apapun. Meskipun begitu, ketiganya tidak menyerah begitu saja. Dengan kecerdasan dan kemampuan yang mereka miliki, ketiganya kini tercatat sebagai tiga tokoh penting yang membantu NASA untuk mengorbitkan astronot pertama mereka, John Glenn (Glen Powell), ke angkasa luar. Continue reading Review: Hidden Figures (2016)

The 89th Annual Academy Awards Nominations List

Film drama musikal arahan Damien Chazelle, La La Land berhasil memimpin daftar nominasi The 89th Annual Academy Awards dengan meraih 14 nominasi. Dengan raihan tersebut, La La Land berhasil menyamai pencapaian All About Eve (Joseph L. Mankiewicz, 1950) dan Titanic (James Cameron, 1997) sebagai film dengan raihan nominasi Academy Awards terbanyak di sepanjang sejarah. Film yang dibintangi Ryan Gosling dan Emma Stone – yang sama-sama berhasil meraih nominasi Academy Awards di kategori Best Actor dan Best Actress – tersebut akan bersaing dengan Arrival, Fences, Hacksaw Ridge, Hell or High Water, Hidden Figures, Lion, Manchester by the Sea dan Moonlight di kategori Best Picture. La La Land juga berhasil meraih nominasi di kategori Best Director dan Best Original Screenplay untuk Chazelle. Continue reading The 89th Annual Academy Awards Nominations List

Review: The Divergent Series: Insurgent (2015)

insurgent-posterDirilis tepat setahun yang lalu, bagian pertama untuk adaptasi film layar lebar dari novel The Divergent Series karya Veronica Roth, Divergent, mampu mencuri perhatian penikmat film dunia ketika film arahan Neil Burger tersebut berhasil meraih kesuksesan komersial meskipun mendapatkan penilaian yang tidak terlalu memuaskan dari banyak kritikus film dunia. Bagian kedua dari adaptasi film layar lebar The Divergent Series sendiri, Insurgent, menghadirkan beberapa perubahan di belakang layar pembuatannya: kursi penyutradaraan kini beralih dari Burger ke Robert Schwentke (Red, 2010) dengan Brian Duffield, Akiva Goldsman dan Mark Bomback mengambil alih tugas penulisan naskah cerita dari Evan Daugherty dan Vanessa Taylor. Apakah perubahan-perubahan ini mampu memberikan nafas segar bagi penceritaan Insurgent? Tidak, sayangnya.

Insurgent sendiri masih mengikuti perjalanan dari Tris (Shailene Woodley) yang kini bersama dengan Four (Theo James), Peter (Miles Teller) dan Caleb (Ansel Elgort) bersembunyi di wilayah tempat tinggal kaum Amity setelah mereka diburu oleh pimpinan kelompok Erudite, Jeanine Matthews (Kate Winslet). Jeanine sendiri melakukan segala hal untuk berusaha menangkap Tris – mulai dari menugaskan pasukannya untuk memburu semua orang yang pernah berhubungan dengan gadis tersebut hingga melakukan pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah agar Tris mau keluar dari persembunyiannya. Benar saja. Meskipun dicegah oleh Four, Tris akhirnya memilih untuk meninggalkan persembunyiannya guna menghadapi Jeanine secara langsung.

Tidak seperti Divergent yang memperkenalkan dunia penceritaannya yang memiliki begitu banyak sisi dan konflik, Insurgent justru hadir hanya dengan satu permasalahan pokok: perburuan yang dilakukan karakter Jeanine Matthews terhadap Tris. Disinilah letak permasalahan utama dari film ini. Terlepas dari kehadiran sajian aksi yang lebih banyak dan mampu dieksekusi dengan baik oleh Schwentke, naskah cerita Insurgent tidak menawarkan apapun selain kisah perburuan yang dilakukan Jeanine Matthews tersebut. Duffield, Goldsman dan Bomback bahkan tidak berminat untuk menggali lebih dalam sisi romansa jalan cerita dari hubungan yang terjalin antara karakter Tris dan Four. Tentu saja, ketika jalan cerita dengan alur monoton dan tanpa tambahan plot pendukung yang kuat tersebut dihadirkan sepanjang 119 menit, Insurgent jelas berakhir datar dan gagal untuk menawarkan daya tarik yang berarti.

Entah karena ditangani oleh barisan penulis naskah yang baru, Insurgent sendiri terasa amat bergantung pada pengalaman para penontonnya dalam menyaksikan Divergent untuk dapat benar-benar mencerna konflik yang dihadirkan dalam film ini. Banyak bagian kisah yang melibatkan deskripsi kelas-kelas pada dunia penceritaan The Divergent Series sekaligus karakter-karakter yang terlibat di dalamnya gagal untuk disajikan secara jelas. Insurgent jelas bukan sebuah film yang dapat berdiri sendiri dan akan memberikan kebingungan yang cukup mendalam bagi mereka yang memutuskan untuk menyaksikan film ini sebelum menikmati seri pendahulunya. Dengan kondisi seperti ini, keputusan untuk menghadirkan seri terakhir The Divergent Series, Allegiant, dalam dua bagian film jelas terdengar cukup mengkhawatirkan.

Meskipun hadir dengan kapasitas kualitas penceritaan yang lebih terbatas dari Divergent, Insurgent setidaknya mampu hadir dengan penampilan akting yang begitu berkelas dari para barisan pengisi departemen aktingnya. Woodley jelas memegang penuh perhatian penonton pada kehadirannya dalam setiap adegan film. Begitu juga dengan Winslet yang semakin mampu membuat karakter antagonis Jeanine Matthews akan dibenci para penonton. Barisan pemeran lain seperti James, Teller, Elgort dan Jai Courtney juga tampil solid. Naomi Watts dan Octavia Spencer yang kini hadir memperkuat departemen akting Insurgent juga mampu memberikan warna tersendiri bagi kualitas film – meskipun dengan karakter yang begitu terbatas penceritaannya. [C]

The Divergent Series: Insurgent (2015)

Directed by Robert Schwentke Produced by Douglas Wick, Lucy Fisher, Pouya Shabazian Written by Brian Duffield, Akiva Goldsman, Mark Bomback (screenplay), Veronica Roth (novel, Insurgent) Starring Shailene Woodley, Theo James, Octavia Spencer, Jai Courtney, Ray Stevenson, Zoë Kravitz, Miles Teller, Ansel Elgort, Maggie Q, Naomi Watts, Kate Winslet, Mekhi Phifer, Ashley Judd, Daniel Dae Kim, Keiynan Lonsdale, Suki Waterhouse, Rosa Salazar, Emjay Anthony, Janet McTeer, Jonny Weston Music by Joseph Trapanese Cinematography Florian Ballhaus Edited by Nancy Richardson, Stuart Levy Production company Red Wagon Entertainment/Summit Entertainment/Mandeville Films Running time 119 minutes Country United States Language English

The 84th Annual Academy Awards Winners List

Seperti yang telah banyak diprediksi sebelumnya, The Artist berhasil memenangkan kategori Best Picture di ajang The 84th Annual Academy Awards. Selain memenangkan kategori Best Picture, The Artist juga berhasil memenangkan empat penghargaan lainnya, termasuk Best Director untuk Michel Hazanavicius dan Best Actor in a Leading Role untuk Jean Dujardin. Namun, The Artist bukanlah satu-satunya pemenang utama pada penyelenggaraan Academy Awards kali ini. Film teranyar karya Martin Scorsese, Hugo, berhasil menyamai raihan penghargaan The Artist dengan meraih lima penghargaan yang kesemuanya berasal dari kategori teknis.

Continue reading The 84th Annual Academy Awards Winners List

The 84th Annual Academy Awards Nominations List

Kejutan! Tidak ada Leonardo DiCaprio! Tidak ada Michael Fassbender! Tidak ada Tilda Swinton! Sembilan nominasi Best Picture dan Academy of Motion Picture Arts and Sciences membuktikan kalau mereka begitu mencintai setiap hasil karya Stephen Daldry… namun tetap mampu memberikan penghargaan besar bagi seorang Terrence Malick.

Film teranyar karya Martin Scorsese, Hugo, berhasil memimpin daftar perolehan nominasi The 84th Annual Academy Awards. Hugo berhasil meraih sebelas nominasi, termasuk nominasi di kategori Best Picture, Best Achievement in Directing dan Best Adapted Screenplay. Menyusul di belakang Hugo adalah film bisu hitam putih asal Perancis, The Artist, yang memang diprediksikan akan memperoleh banyak nominasi dan akhirnya berhasil meraup sepuluh nominasi Academy Awards termasuk di kategori Best Picture, Best Achievement in Directing, Best Actor in a Leading Rolde, Best Actress in a Supporting Role dan Best Original Screenplay.

Continue reading The 84th Annual Academy Awards Nominations List

The 69th Annual Golden Globe Awards Winners List

Dan pertarungan antara The Descendants dan The Artist untuk memenangkan kategori Best Picture di ajang The 84th Annual Academy Awards mendatang semakin terlihat jelas. Kedua lm tersebut semakin menunjukkan keunggulan masing-masing setelah keduanya memenangkan kategori Best Motion Picture – Drama dan Best Motion Picture – Comedy or Musical di ajang The 69th Annual Golden Globe Awards. Kedua aktor utama di film tersebut, George Clooney dan Jean Dujardin, juga memenangkan penghargaan untuk kategori Best Actor di dua kategori yang berbeda.

Continue reading The 69th Annual Golden Globe Awards Winners List