Tag Archives: Willem Dafoe

Review: The Northman (2022)

Setelah The VVitch (2015) dan The Lighthouse (2019) yang berhasil melejitkan sekaligus memantapkan posisinya sebagai salah satu sutradara dengan visi serta gaya bercerita paling memikat dalam beberapa tahun terakhir, Robert Eggers kembali hadir dengan presentasi cerita terbarunya, The Northman. Berbeda dengan dua film perdananya yang banyak mengandalkan simbolisme dalam tata penuturannya, Eggers membalut The Northman dalam tuturan plot, konflik, maupun karakter yang terasa lebih mudah untuk dinikmati penonton dalam skala jangkauan yang lebih luas (baca: tidak hanya terpaku hanya pada para penikmat film-film berkelas arthouse). The Northman juga dihadirkan dengan skala produksi yang jauh lebih megah dibandingkan The VVitch maupun The Lighthouse. Meskipun begitu, bahkan dengan berbagai tata eksekusi cerita yang berkesan “baru” tersebut, The Northman tetap mempertahankan atmosfer kelam, brutal, dan dingin yang sepertinya telah menjadi ciri pengarahan Eggers. Continue reading Review: The Northman (2022)

Review: Nightmare Alley (2021)

Lima tahun selepas mengarahkan The Shape of Water (2017) yang berhasil meraih 13 nominasi dan memenangkan empat kategori diantaranya, termasuk Best Picture dan Best Director, dari ajang The 90th Annual Academy Awards, sutradara Guillermo del Toro kembali duduk di kursi penyutradaraan untuk mengarahkan Nightmare Alley. Merasa familiar dengan judul tersebut? Film yang naskah ceritanya ditulis oleh del Toro bersama dengan Kim Morgan ini memang diadaptasi dari novel popular berjudul sama yang ditulis oleh William Lindsay Gresham. Novel tersebut sebelumnya pernah diadaptasi menjadi film cerita panjang yang dirilis dengan judul yang sama oleh sutradara Edmund Goulding pada tahun 1947 yang menghadirkannya sebagai presentasi yang menggunakan gaya penceritaan neo-noir. Versi teranyar dari adaptasi Nightmare Alley garapan del Toro juga mengadopsi tata pengisahan neo-noir yang elemen-elemen visualnya sering menggunakan tata pencahayaan yang rendah, gaya sinematografi yang banyak dipengaruhi kehadiran bayangan, serta penempatan kamera yang tidak biasa. Continue reading Review: Nightmare Alley (2021)

Review: Spider-Man: No Way Home (2021)

Harus diakui, dua film pertama Spider-Man arahan Jon Watts yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, Spider-Man: Homecoming (2017) dan Spider-Man: Far from Home (2019), memang masih belum mampu meninggalkan kesan sedalam lima film Spider-Man pendahulunya – tiga film Spider-Man (2002 – 2007) yang dibintangi Tobey Maguire dan diarahkan oleh Sam Raimi serta dua film The Amazing Spider-Man (2012 – 2014) yang dibintangi Andrew Garfield dan diarahkan oleh Marc Webb. Kedua film Spider-Man arahan Watts sebenarnya memiliki konsep cerita yang terasa lebih ringan dan lebih segar daripada film-film pendahulunya serta mendapatkan dukungan barisan pengisi departemen akting yang solid namun, entah mengapa, selalu terasa setengah matang dalam perjalanan eksekusi ceritanya. Bukan sebuah presentasi yang buruk tetapi jelas tidak berhasil dalam mengembangkan banyak potensi ceritanya. Continue reading Review: Spider-Man: No Way Home (2021)

Review: Zack Snyder’s Justice League (2021)

Para penikmat film dunia, khususnya mereka yang menggemari film-film bertemakan pahlawan super yang berada dalam semesta pengisahan DC Extended Universe, jelas telah familiar dengan sejumlah drama yang terjadi di balik layar proses produksi hingga perilisan Justice League (Zack Snyder, 2017). Dihinggapi berbagai permasalahan selama proses produksinya, mulai dari naskah cerita yang terus mengalami penulisan ulang hingga isu bahwa Warner Bros. Pictures tidak menyukai produk final yang dihasilkan, Snyder kemudian memilih untuk melepaskan tugasnya sebagai sutradara ketika Justice League sedang berada dalam tahap pascaproduksi setelah dirinya harus berhadapan dengan sebuah tragedi yang menimpa keluarganya. Warner Bros. Pictures lantas menunjuk Joss Whedon (The Avengers, 2012) untuk mengisi posisi serta melanjutkan proses pembuatan film yang ditinggalkan Snyder. Continue reading Review: Zack Snyder’s Justice League (2021)

The 91st Annual Academy Awards Nominations List

The Favourite is the favourite! Film terbaru arahan sutradara Yorgos Lanthimos sukses menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak di ajang The 91st Annual Academy Awards. The Favourite berhasil meraih sepuluh nominasi, termasuk nominasi di kategori Best Picture, Best Director untuk Lanthimos – yang menjadi nominasi Best Director perdana bagi sutradara kelahiran Yunani tersebut, Best Actress untuk Olivia Colman, Best Supporting Actress untuk Rachel Weisz dan Emma Stone, serta untuk Best Original Screenplay. Namun, The Favourite tidak melangkah sendirian. Film arahan Alfonso Cuarón, Roma, juga berhasil meraih jumlah perolehan nominasi yang sama dan bahkan akan turut bersaing dengan The Favourite dalam lima kategori utama yang telah disebutkan sebelumnya. Bergabung bersama The Favourite dan Roma dalam persaingan memperebutkan gelar Best Picture adalah Black Panther (Ryan Coogler, 2018), BlacKkKlansman (Spike Lee, 2018), Bohemian Rhapsody (Bryan Singer, 2018), Green Book (Peter Farrelly, 2018), A Star is Born (Bradley Cooper, 2018), dan Vice (Adam McKay, 2018). Continue reading The 91st Annual Academy Awards Nominations List

Review: Aquaman (2018)

Cukup wajar jika DC Films dan Warner Bros. Pictures menggantungkan banyak harapan mereka kepada Aquaman. Selepas kegagalan beruntun dari Man of Steel (Zack Snyder, 2013), Batman v. Superman: Dawn of Justice (Snyder, 2016), dan Suicide Squad (David Ayer, 2016) dalam meraih dukungan dari para kritikus film dunia – serta ditanbah dengan tanggapan yang cenderung medioker dari pada penggemar komik rilisan DC Comics, yang kemudian diikuti oleh melempemnya performa Justice League (Snyder, 2017) – yang tercatat menjadi film dengan capaian kesuksesan komersial paling rendah dalam seri film DC Extended Universe, keberadaan Aquaman jelas krusial untuk membangkitkan kembali tingkat kepercayaan sekaligus ketertarikan publik pada deretan pahlawan super buatan DC Comics. Atau, setidaknya, Aquaman haruslah mampu mencapai tingkatan kualitas yang berhasil diraih Wonder Woman (Patty Jenkins, 2017) yang hingga saat ini menjadi satu-satunya film dari DC Extended Universe yang berhasil meraih kesuksesan baik secara kritikal maupun komersial. Dengan ambisi besar tersebut, jelas tidak mengherankan jika Aquaman digarap megah dalam kualitas produksinya namun, seperti halnya Wonder Woman, tetap menyajikan keintiman cerita dalam hal penggalian kisah dasar mengenai sang karakter utama film ini. Continue reading Review: Aquaman (2018)

The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Film arahan Guillermo del Toro, The Shape of Water, menjadi film dengan raihan nominasi terbanyak pada ajang The 90th Annual Academy Awards. Film tersebut mendapatkan nominasi di 13 kategori termasuk Best Picture, Best Director, Best Actress in a Leading Role untuk Sally Hawkins serta Best Original Screenplay untuk naskah cerita yang ditulis oleh del Toro bersama dengan Vanessa Taylor. Bersaing bersama The Shape of Water di kategori Best Picture adalah Call Me by Your Name (Luca Guadagnino, 2017), Darkest Hour (Joe Wright, 2017), Dunkirk (Christopher Nolan, 2017), Get Out (Jordan Peele, 2017), Lady Bird (Greta Gerwig, 2017), Phantom Thread (Paul Thomas Anderson, 2017), The Post (Steven Spielberg, 2017), dan Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (Martin McDonagh, 2017). Nolan, Peele, Gerwig, dan Anderson juga berhasil mendapatkan nominasi di kategori Best Director bersama dengan del Toro. Continue reading The 90th Annual Academy Awards Nominations List

Review: The Florida Project (2017)

Meski bukanlah film layar lebar perdananya, nama Sean Baker baru mendapatkan rekognisi lebih luas setelah film kelimanya, Tangerine, ditayangkan untuk pertama kali pada Sundance Film Festival di tahun 2015. Film tersebut, yang sepenuhnya dibuat melalui bantuan kamera iPhone 5s serta dibintangi dua artis transgender yang sama sekali tidak memiliki pengalaman berakting, terbukti mampu memenangkan hati banyak kritikus film dunia sekaligus menjadikan Tangerine sebagai salah satu film terbaik yang dirilis di tahun tersebut. Kembali bekerjasama dengan produser sekaligus penulis naskah Chris Bergoch, film terbaru arahan Baker, The Florida Project, masih menampilkan semangat yang sama seperti yang ditampilkan oleh gaya pengisahan Tangerine: sebuah kisah dengan sentuhan kisah sosial yang kental namun disajikan dengan penceritaan yang kuat sekaligus hangat melalui penampilan akting yang handal dari deretan pemerannya. Continue reading Review: The Florida Project (2017)

Review: Murder on the Orient Express (2017)

Jika judul Murder on the Orient Express terdengar sangat familiar bagi Anda… then yes… film arahan Kenneth Branagh (Cinderella, 2015) ini merupakan adaptasi terbaru dari novel misteri popular berjudul sama karangan Agatha Christie. Murder on the Orient Express sendiri telah beberapa kali diadaptasi ke media audio visual – termasuk sebuah film layar lebar arahan Sidney Lumet yang berhasil meraih kesuksesan komersial ketika dirilis pada tahun 1974 serta mendapatkan lima nominasi dan memenangkan Ingrid Bergman piala Oscar ketiganya di ajang The 47th Annual Academy Awards. Selain melakukan perubahan pada tatanan nama maupun latar belakang beberapa karakternya, versi terbaru Murder on the Orient Express arahan Branagh tidak menawarkan arah maupun sudut pengisahan yang benar-benar baru. Sebuah pilihan yang membuat versi terbaru dari Murder on the Orient Express memiliki atmosfer pengisahan whodunit tradisional yang kental namun tetap mampu tampil modern berkat pengarahan Branagh yang cukup kuat. Continue reading Review: Murder on the Orient Express (2017)

Review: The Great Wall (2016)

Setelah tampil intim dan personal dalam film terakhirnya, Coming Home (2014), sutradara Zhang Yimou kembali menyajikan sebuah drama aksi epik bernuansa sejarah lewat The Great Wall. Dengan biaya produksi yang mencapai US$150 juta – yang sekaligus menempatkan film ini menjadi film dengan biaya produksi termahal di sepanjang sejarah industri perfilman China – Zhang jelas dapat dengan cukup mudah meracik barisan visual bernuansa megah nan memukau yang seringkali menjadi ciri khas film-film buatannya. Dan benar saja. The Great Wall hadir dengan tampilan visual yang begitu memikat – mulai dari desain kostum yang digunakan oleh para karakternya, tata artistik yang meyakinkan sekaligus adegan peperangan yang mampu dikemas apik dan sekilas dapat mengingatkan penontonnya pada adegan peperangan yang dihadirkan Peter Jackson dalam trilogi The Lord of the Rings (2001 – 2003). Namun bagaimana dengan cerita yang ditawarkan? Continue reading Review: The Great Wall (2016)

Review: John Carter (2012)

Ekspektasi jelas akan menjulang begitu tinggi bagi John Carter. Bukan hanya karena naskah cerita film aksi bernuansa science fiction ini diangkat dari bagian awal dari sebelas seri novel legendaris Barsoom karya Edgar Rice Burroughs, John Carter juga menjadi debut penyutradaraan film live action bagi pemenang dua Academy Awards, Andrew Stanton, yang mungkin lebih dikenal luas sebagai salah satu punggawa studio animasi Pixar Animation Studios dan otak dibalik kesuksesan luar biasa Finding Nemo (2003) dan WALL•E (2008). Dalam beberapa kesempatan, Stanton sempat mengungkapkan bahwa John Carter adalah proyek ambisius personalnya yang semenjak lama ingin ia wujudkan – sebuah hasrat yang akan dapat dirasakan penonton secara jelas dalam ritme penceritaan John Carter yang berjalan sepanjang 132 menit.

Continue reading Review: John Carter (2012)

Review: Daybreakers (2010)

Semenjak kemunculan Twilight, vampir mungkin merupakan salah satu obyek yang paling banyak diminati oleh para produsen film Hollywood untuk dibuatkan kisahnya. Bukan apa-apa, franchise Twilight sendiri terbukti sangat berhasil dalam meraup jumlah raihan penonton dalam angka yang cukup besar, khususnya dari para kaum penonton wanita.

Continue reading Review: Daybreakers (2010)

Review: Fantastic Mr. Fox (2009)

Selain science-fiction, animasi adalah genre yang paling banyak dapat berbicara sepanjang tahun 2009 lalu. Bukan hanya secara kuantitas, film-film animasi yang beredar di sepanjang tahun lalu mampu membuktikan kualitas mereka jika dibandingkan film-film dari genre lainnya. Salah satu film animasi yang dirilis tahun lalu adalah film animasi yang disutradarai oleh Wes Anderson berikut, Fantastic Mr. Fox.

Continue reading Review: Fantastic Mr. Fox (2009)