Tag Archives: Rachel McAdams

Review: Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022)

Enam tahun jelas merupakan jangka waktu yang cukup lama untuk merilis sekuel bagi sebuah seri film yang sedang berjalan. Namun, layaknya banyak karakter dalam setiap seri film yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, karakter Doctor Stephen Strange yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch juga telah muncul di berbagai film lain yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe semenjak penampilan perdananya di Doctor Strange (Scott Derrickson, 2016) – mulai dari Thor: Ragnarok (Taika Waititi, 2017), Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame (Anthony Russo, Joe Russo, 2018 – 2019), hingga menjadi bagian krusial bagi penceritaan Spider-Man: No Way Home (Jon Watts, 2021). Tidak mengherankan jika film kedua dalam seri film Doctor Strange, Doctor Strange in the Multiverse of Madness, telah berjalan jauh melampaui linimasa cerita yang sebelumnya dihadirkan pada film pertamanya. Continue reading Review: Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022)

Review: Game Night (2018)

Jum’at malam itu harusnya berlangsung layaknya Jum’at malam lainnya bagi pasangan suami istri, Max (Jason Bateman) dan Annie (Rachel McAdams), yang selalu menghabiskan malam akhir pekan mereka bermain berbagai jenis permainan bersama dengan teman-teman mereka, Ryan (Billy Magnussen), Sarah (Sharon Hogan), Kevin (Lamorne Morris), dan Michelle (Kylie Bunbury). Namun, kedatangan abang kandung Max, Brooks (Kyle Chandler), akhirnya mengubah rencana tersebut. Brooks mengusulkan agar mereka melakukan sebuah permainan peran: salah seorang pemain akan menjadi korban penculikan sementara para pemain lainnya akan berusaha menemukan dimana keberadaan korban penculikan tersebut. Brooks bahkan menjanjikan untuk memberikan mobil mewahnya bagi pemain yang berhasil keluar sebagai pemenang pada permainan tersebut. Dengan bantuan beberapa aktor yang berperan sebagai penculik dan detektif yang memberikan petunjuk kepada para pemain, Max, Annie, dan teman-temannya awalnya merasa senang saja dengan permainan tersebut. Sial, setelah beberapa lama terlibat dalam permainan tersebut, Max, Annie, dan teman-temannya mulai menyadari bahwa mereka sedang terlibat dalam sebuah aksi kejahatan yang jelas dapat membahayakan nyawa mereka. Continue reading Review: Game Night (2018)

Review: About Time (2013)

about-time-header

Dengan film-film seperti Four Weddings and a Funeral (1994), Notting Hill (1999), Bridget Jones’ Diary (2001) dan Love Actually (2003) berada di dalam filmografinya sebagai film yang pernah ia tulis maupun arahkan, Richard Curtis jelas hidup untuk meluluhkan hati setiap penontonnya. Film terbarunya, About Time, kemungkinan besar juga akan memberikan pengaruh yang sama pada penontonnya. Dengan karakter-karakter yang diciptakan serta diarahkan begitu hangat oleh Curtis, About Time mampu memberikan sebuah perjalanan kisah romansa sekaligus drama keluarga yang manis dan mengharukan… meskipun hadir dalam penceritaan yang cenderung bertele-tele.

Continue reading Review: About Time (2013)

Review: The Vow (2012)

Pertama-tama… The Vow, yang dibintangi oleh Rachel McAdams (The Notebook, 2004) dan Channing Tatum (Dear John, 2010), bukanlah sebuah film yang diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Nicholas Sparks – penulis versi novel dari The Notebook, Dear John dan juga sederetan kisah romansa lain seperti Message in a Bottle (1999), A Walk to Remember (2002) atau The Last Song (2010). The Vow, yang berkisah mengenai perjuangan seorang suami yang mencoba bertahan ketika sang istri kehilangan memorinya setelah sebuah kecelakaan yang mereka alami, memang terdengar seperti jalinan kisah romansa yang akan ditulis oleh Sparks. Jalan cerita The Vow sendiri terinspirasi dari kisah nyata yang sama yang dialami oleh pasangan Kim dan Krickitt Carpenter dari New Mexico, Amerika Serikat yang kemudian menuliskan kisah mereka pada buku yang berjudul The Vow: The Kim and Krickitt Story (2000) – walaupun versi film dari The Vow tidak begitu terikat dengan alur cerita dalam buku tersebut.

Continue reading Review: The Vow (2012)

Review: Midnight in Paris (2011)

Akan sangat mudah untuk jatuh cinta kepada Midnight in Paris – sebuah film yang menandai kali pertama perjalanan sinema seorang Woody Allen di kota romantis tersebut. Semenjak pertama film ini dimulai, yang ditandai dengan sebuah adegan pembuka sepanjang tiga menit yang berisi banyak pemandangan indah kota Paris yang diiringi dengan musik jazz yang sangat menghipnotis, penonton telah dapat merasakan bahwa Midnight in Paris akan menjadi sebuah persembahan cinta Allen kepada kota terbesar di negara Perancis tersebut. Namun, Midnight in Paris tidak hanya melulu berkisah seputar kesuksesan Allen dalam menangkap esensi keindahan kota tersebut. Allen – yang dalam beberapa film terakhirnya gagal mempersembahkan sebuah presentasi cerita yang segar kepada para penggemarnya – kali ini berhasil memberikan jalan cerita yang begitu ringan namun begitu imaginatif serta, layaknya kota Paris, begitu indah dan romantis untuk disimak.

Continue reading Review: Midnight in Paris (2011)

Review: Sherlock Holmes: A Game of Shadows (2011)

Walaupun terasa datar di beberapa bagian cerita, serta kurangnya chemistry yang terbentuk antara Robert Downey, Jr. serta dua lawan mainnya, Jude Law dan Rachel McAdams, Guy Ritchie berhasil memberikan sebuah sentuhan yang unik dalam penceritaan Sherlock Holmes (2009) yang kemudian berhasil membuat film tersebut mampu tampil menarik bagi banyak penonton film dunia, khususnya bagi mereka yang memang gemar akan plot-plot kisah bernuansa detektif dan misteri. Diinspirasi dari cerita pendek karya Arthur Conan Doyle yang berjudul The Final Problem (1893), sekuel dari film yang sukses mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari US$500 juta selama masa edarnya tersebut dan diberi judul Sherlock Holmes: A Game of Shadows akan memperkenalkan penonton pada musuh terbesar Sherlock Holmes, Professor James Moriarty. Premis yang menjanjikan sebuah pertemuan antara karakter protagonis utama dengan karakter antagonis utama jelas memang akan menjadi sebuah premis yang menggiurkan. Namun, apakah Guy Ritchie berhasil membuat Sherlock Holmes: A Game of Shadows mampu tampil lebih baik dari prekuelnya?

Continue reading Review: Sherlock Holmes: A Game of Shadows (2011)

Review: Morning Glory (2010)

Anda tidak sepenuhnya salah jika menganggap bahwa Aline Brosh McKenna masih mencoba memanfaatkan kesuksesannya dalam menuliskan naskah The Devil Wears Prada (2006) untuk merangkai cerita Morning Glory: dua cerita ini sama-sama memanfaatkan perspektif seorang wanita muda yang dengan gigih mengejar karirnya di dalam sebuah lingkungan pekerjaan yang kelihatannya tidak akan mampu ia atasi. Walau begitu, Morning Glory masih menyimpan keunggulan sendiri ketika film ini mampu memberikan para penontonnya kisah satir yang cukup menarik mengenai industri media serta dukungan akting para pemerannya yang sangat memuaskan, khususnya dari Nona Rachel McAdams yang tampil begitu mempesona di sepanjang durasi film.

Continue reading Review: Morning Glory (2010)

Review: Married Life (2008)

Tidak akan ada yang menyangkal bahwa pernikahan adalah suatu hal yang mudah. Mempertahankan pernikahan tersebut, dan tetap mencintai pasangan Anda setelah beberapa tahun lamanya, mungkin adalah bagian tersulit dari pernikahan itu sendiri. Itu yang coba dipaparkan oleh sutradara Ira Sachs lewat film yang diadaptasi dari novel berjudul Five Roundabouts to Heaven karya John Bingham ini, Married Life.

Continue reading Review: Married Life (2008)

Review: State of Play (2009)

Diadaptasi dari sebuah mini seri Inggris berjudul sama, State of Play adalah sebuah film bertema politik yang disutradarai oleh sutradara film The Last King of Scotland, Kevin Macdonald. Berkisah mengenai penyelidikan beberapa jurnalis atas pembunuhan seorang wanita, yang ternyata merupakan wanita selingkuhan seorang anggota Kongres, film ini dibintangi oleh nama-nama besar di Hollywood.

Continue reading Review: State of Play (2009)

Review: The Time Traveler’s Wife (2009)

The Time Traveler’s Wife adalah sebuah film drama yang diadaptasi dari sebuah novel sukses berjudul sama karya penulis Audrey Niffenegger. Proses pembuatan film ini sendiri telah dimulai jauh pada September 2007 lalu, dengan perencanaan rilis pada musim gugur 2008. Namun, dengan alasan untuk pengambilan gambar kembali pada beberapa adegan, film ini akhirnya baru dapat dirilis pada tahun 2009. Continue reading Review: The Time Traveler’s Wife (2009)

Review: Sherlock Holmes (2009)

Jika ada satu orang yang harus disalahkan atas kefanatikan saya terhadap kegiatan membaca berbagai jenis buku ketika saya berada di usia sekolah, maka orang tersebut adalah Ayah saya. Beliau adalah orang yang selalu menanamkan ide bahwa pergi ke perpustakaan daerah adalah ide terbaik untuk menghabiskan waktu selama masa liburan. And it works, actually. Continue reading Review: Sherlock Holmes (2009)