Harus diakui, dua film pertama Spider-Man arahan Jon Watts yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, Spider-Man: Homecoming (2017) dan Spider-Man: Far from Home (2019), memang masih belum mampu meninggalkan kesan sedalam lima film Spider-Man pendahulunya – tiga film Spider-Man (2002 – 2007) yang dibintangi Tobey Maguire dan diarahkan oleh Sam Raimi serta dua film The Amazing Spider-Man (2012 – 2014) yang dibintangi Andrew Garfield dan diarahkan oleh Marc Webb. Kedua film Spider-Man arahan Watts sebenarnya memiliki konsep cerita yang terasa lebih ringan dan lebih segar daripada film-film pendahulunya serta mendapatkan dukungan barisan pengisi departemen akting yang solid namun, entah mengapa, selalu terasa setengah matang dalam perjalanan eksekusi ceritanya. Bukan sebuah presentasi yang buruk tetapi jelas tidak berhasil dalam mengembangkan banyak potensi ceritanya.
Well… hasil yang cukup berbeda ternyata mampu ditorehkan Watts lewat film terbaru untuk seri Spider-Man, Spider-Man: No Way Home. Mengarahkan naskah cerita yang kembali ditangani oleh Chris McKenna dan Erik Sommers, Spider-Man: No Way Home terasa berusaha keras untuk (akhirnya) memuaskan para penggemarnya dengan mengikutsertakan barisan konflik dan karakter dari masa lampau serta, di saat yang bersamaan, juga memastikan keberadaan sejumlah konflik dan karakter dalam film ini dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe di masa yang akan datang. Sebuah usaha yang cukup ambisius. Beruntung, Watts mampu memberikan pengarahan yang kuat bagi kerumitan cerita yang dibangun oleh McKenna dan Sommers untuk menghasilkan presentasi cerita Spider-Man yang tidak hanya menyenangkan untuk diikuti namun juga penuh dengan momen emosional yang menghanyutkan.
Melanjutkan alur pengisahan yang terhenti pada Spider-Man: Far from Home, Spider-Man: No Way Home memulai penuturannya dengan bercerita tentang dampak yang dialami oleh Peter Parker (Tom Holland) setelah identitasnya sebagai Spider-Man diketahui oleh dunia: Peter Parker bersama dengan bibinya, Aut May (Marisa Tomei), terpaksa harus mengungsi ke salah satu apartemen yang dimiliki oleh Harold Hogan (Jon Favreau) demi menghindari histeria massa yang datang ke kediaman mereka sementara permohonan Peter Parker bersama dengan dua sahabatnya, MJ (Zendaya) dan Ned Leeds (Jacob Batalon), untuk diterima sebagai mahasiswa baru di Massachusetts Institute of Technology ditolak karena khawatir keberadaan Spider-Man akan membawa kekacauan di daerah tersebut. Tidak ingin orang-orang terdekatnya menderita karena pilihannya untuk menjadi seorang pahlawan super, Peter Parker lantas mendatangi Dr. Stephen Strange/Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) dan memintanya untuk melafalkan sebuah mantra agar seluruh dunia dapat melupakan dirinya adalah Spider-Man.
Film-film Spider-Man di masa lalu memang memberikan kontribusi yang kental pada alur pengisahan Spider-Man: No Way Home. Namun, formula cerita yang menggabungkan sejumlah semesta pengisahan dalam satu linimasa cerita yang digunakan McKenna dan Sommers untuk film ini jelas mendapatkan pengaruh utamanya dari Spider-Man: Into the Spider-Verse (Bob Persichetti, Peter Ramsey, Rodney Rothman, 2018). Kehadiran banyak linimasa pengisahan Spider-Man tentu saja dimanfaatkan untuk menghadirkan sejumlah karakter antagonis ikonik dari film-film Spider-Man sebelumnya seperti Norman Osborn/Green Goblin (Willem Dafoe), Otto Octavius/Doctor Octopus (Alfred Molina), Max Dillon/Electro (Jamie Foxx), Flint Marko/Sandman (Thomas Hayden Church), Dr. Curt Connors/The Lizard (Rhys Ifans), serta beberapa kejutan lainnya. Kejutan-kejutan yang mampu mendorong Spider-Man: No Way Home untuk tampil dengan skala penceritaan seepik Avengers: Endgame (Anthony Russo, Joe Russo, 2019) dan, tentunya, akan membuat setiap penggemar Spider-Man tenggelam dalam histeria.
Terlepas dari banyaknya karakter maupun konflik yang dimunculkan, alur pengisahan Spider-Man: No Way Home tetap mampu bergulir dengan efektif berkat fokus cerita yang terus disematkan pada hubungan persahabatan yang terjalin antara karakter Peter Parker, MJ, dan Ned Leeds. Baik karakter MJ maupun Ned Leeds mendapatkan porsi maupun fungsi pengisahan yang jauh lebih besar daripada dua film sebelumnya. Karakter MJ, khususnya, bahkan mampu keluar dari wilayah penceritaan yang menjadikannya hanya sebagai sosok kekasih bagi karakter Peter Parker/Spider-Man. Pengelolaan karakter yang baik untuk karakter MJ maupun Ned Leeds – yang diiringi dengan penampilan prima dari Zendaya dan Batalon – serta ikatan persahabatan yang terbentuk antara keduanya dengan karakter Peter Parker/Spider-Man mampu menghasilkan sejumlah momen emosional yang harus diakui belum pernah ditemukan dalam dua film Spider-Man garapan Watts sebelumnya.
Penampilan Holland sebagai Peter Parker/Spider-Man pada Spider-Man: No Way Home juga terasa semakin matang dan terus mengukuhkan posisinya untuk dapat bersanding sama mengesankannya dengan penampilan yang dahulu pernah diberikan Maguire dan Garfield. Holland tidak hanya mampu menghidupkan sesosok karakter remaja yang mencoba untuk memahami kehidupan barunya sebagai seorang pahlawan super. Penampilan Holland dalam film ini menjadikan sosok Peter Parker/Spider-Man terasa semakin dewasa yang sekaligus mampu membawakan beban alur cerita yang kini berkesan lebih kelam dan lebih keras secara meyakinkan. Capaian penampilan yang begitu memikat. Selain penampilan Holland yang tergolong istimewa, kehadiran Dafoe dan Molina juga seringkali mencuri perhatian di sepanjang durasi presentasi Spider-Man: No Way Home. Nyaris tidak ada cela yang dapat dirasakan dari penampilan para pengisi departemen akting film ini namun, bahkan dengan porsi pengisahan mereka yang cukup terbatas, Dafoe dan Molina mampu menghadirkan perjalanan emosional yang begitu kuat bagi karakter-karakter yang mereka perankan.
Layaknya presentasi Marvel Cinematic Universe lainnya, Spider-Man: No Way Home juga dihadirkan dalam tatanan kualitas produksi yang berkelas. Tata suara dan visual dikemas dengan seksama untuk menghidupkan tiap kerumitan lapisan cerita yang dihadirkan. Beberapa adegan film, seperti perjalanan yang dilakukan karakter Peter Parker/Spider-Man dan Dr. Stephen Strange/Doctor Strange ke satu kumpulan alam semesta atau multiverse atau perseteruan antara karakter-karakter Spider-Man dengan musuh-musuh mereka tampil apik dan mengesankan. Komitmen Watts, McKenna, dan Sommers untuk terus mempertahankan elemen komedi yang sering muncul dari interaksi para karakter juga menjadikan film ini terasa begitu hangat. Setelah dua film Spider-Man yang cenderung medioker, jelas sangat menyenangkan untuk melihat Watts akhirnya berhasil memberikan presentasi Spider-Man terbaiknya yang tidak hanya mampu menjadi salah satu film Spider-Man terbaik yang pernah ada namun jelas juga menjadi salah satu film terbaik dalam semesta pengisahan Marvel.
Spider-Man: No Way Home (2021)
Directed by Jon Watts Produced by Kevin Feige, Amy Pascal Written by Chris McKenna, Erik Sommers (screenplay), Stan Lee, Steve Ditko (comics, Spider-Man) Starring Tom Holland, Zendaya, Benedict Cumberbatch, Jacob Batalon, Jon Favreau, Jamie Foxx, Willem Dafoe, Alfred Molina, Benedict Wong, Tony Revolori, Marisa Tomei, Andrew Garfield, Tobey Maguire, Rhys Ifans, Thomas Haden Church, Angourie Rice, Hannibal Buress, Martin Starr, J. B. Smoove, J. K. Simmons, Charlie Cox, Paula Newsome, Arian Moayed, Tom Hardy, Jake Gyllenhaal, Cristo Fernández Music by Michael Giacchino Cinematography Mauro Fiore Edited by Jeffrey Ford, Leigh Folsom-Boyd Production company Columbia Pictures/Marvel Studios/Pascal Pictures Running time 148 minutes Country United States Language English
meski posternya masih medioker ya
Haha. Khas MCU sih.