Tag Archives: Patricia Clarkson

Review: Maze Runner: The Death Cure (2018)

Maze Runner: The Death Cure adalah film ketiga dari seri film Maze Runner yang diadaptasi dari seri buku berjudul sama karya James Dashner. Berdasarkan naskah cerita yang masih ditulis oleh penulis naskah The Maze Runner (2014) dan Maze Runner: The Scorch Trials (2015), T. S. Nowlin, Maze Runner: The Death Cure melanjutkan perjalanan kisah karakter-karakternya tepat dimana pengisahan film sebelumnya berakhir. Thomas (Dylan O’Brien), Newt (Thomas Brodie-Sangster), dan Frypan (Dexter Darden) berusaha untuk mencari dan menemukan teman mereka, Minho (Ki Hong Lee) yang diculik dan dijadikan kelinci percobaan oleh kelompok WCKD pimpinan Ava Paige (Patricia Clarkson). Usaha tersebut sempat menemui jalan buntu dan hampir mengambil nyawa ketiganya jika mereka tidak bertemu dengan Jorge (Giancarlo Esposito) dan Brenda (Rosa Salazar) yang menyelamatkan dan kemudian bergabung dengan perjalanan mereka. Tantangan tidak bertambah mudah namun Thomas dan teman-temannya telah bertekad untuk menyelamatkan Minho sekaligus meruntuhkan kekuasaan WCKD. Continue reading Review: Maze Runner: The Death Cure (2018)

Review: Annie (2014)

annie-2014-posterSemua orang mungkin telah familiar dengan Annie. Entah itu dari komik berjudul Little Orphan Annie karya Harold Gray yang pertama kali dirilis pada tahun 1924 atau melalui adaptasi drama panggung musikal berjudul Annie yang pertama kali dipentaskan di panggung Broadway pada tahun 1977 yang kemudian mengenalkan deretan lagu-lagu legendaris seperti It’s the Hard Knock Life atau Tomorrow atau melalui adaptasi film layar lebar musikal berjudul sama arahan John Huston pada tahun 1982 atau melalui adaptasi film televisi arahan Rob Marshall yang dirilis pada tahun 1999. Everyone knows the famous Annie! Lalu apa yang ditawarkan oleh versi terbaru dari Annie yang diproduseri oleh Will Smith dan rapper Jay Z ini?

Terlepas dari beberapa perubahan yang dibawakan duo penulis naskah Will Gluck dan Aline Brosh McKenna – seperti perubahan latar belakang waktu berjalannya cerita, perubahan nama atau latar belakang beberapa karakter maupun dengan melakukan penambahan beberapa lagu baru – harus diakui tidaklah banyak hal yang dapat merubah kualitas penceritaan Annie. Versi terbaru yang juga diarahkan oleh Gluck (Friends with Benefits, 2011) ini sendiri merupakan adaptasi dari kisah Annie yang dipentaskan di drama panggung Broadway. Jalan ceritanya masih predictable dan menjual (begitu banyak) mimpi yang kemudian gagal diarahkan dengan seksama oleh Gluck.

Yep. Dengan jalan cerita yang telah begitu familiar dan tergolong tradisional, beban berat jelas sangat bergantung pada kemampuan Gluck untuk mengolah Annie menjadi sebuah sajian yang setidaknya masih cukup nyaman untuk dinikmati. Gluck sendiri terasa tidak tahu apa yang harus dilakukan kepada materi cerita Annie. Ritme penceritaan film ini terasa begitu berantakan dengan banyak bagian musikal film memiliki jarak yang saling berjauhan satu sama lain – yang otomatis akan setidaknya membuat sisi musikal film ini terasa tidak lebih hanya sekedar sebuah tempelan dan pengisi jeda waktu sebelum jalan cerita film kembali berjalan. Pengaturan elemen musikal yang tidak tepat itu pula yang secara perlahan mulai mempengaruhi mood film sekaligus menghambat penonton untuk benar-benar dapat terhubung dengan setiap karakter yang ada di dalam jalan cerita.

Berbicara mengenai karakter, meskipun diisi dengan nama-nama seperti Quvenzhané Wallis, Jamie Foxx, Rose Byrne, Bobby Cannavale dan Cameron Diaz, masing-masing karakter tidak pernah benar-benar tampil hidup di sepanjang penceritaan film. Sebagian besar hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengembangan dari setiap karakter yang hadir dan sebagian lagi justru disebabkan oleh masing-masing pemeran sendiri yang terasa berakting dalam kualitas penampilan yang setengah hati. Quvenzhané Wallis jelas terlihat nyaman dalam perannya namun terasa belum memiliki kekuatan yang cukup untuk berada di jajaran terdepan departemen akting sebuah film. Jamie Foxx tampil sebagai dirinya sendiri di sepanjang film. Yang terburuk, Cameron Diaz menterjemahkan karakter Miss Colleen Hannigan yang ia perankan secara begitu berlebihan – yang akan membuat penonton berharap karakter tersebut segera menghilang dari penceritaan Annie. Mungkin hanya Rose Byrne dan Bobby Cannavale-lah yang mampu tampil dengan penampilan yang begitu mencuri perhatian di setiap kali karakter mereka muncul dalam film ini.

Meskipun terasa dianaktirikan, elemen terkuat Annie justru berasal dari menit-menit dimana tampilam musikalnya hadir dalam jalan cerita. Walau baik Wallis, Byrne dan Diaz bukanlah sosok penyanyi yang cukup baik, namun versi terbaru lagu-lagu yang mereka nyanyikan seperti It’s the Hard Knock Life, Tomorrow dan Little Girls cukup mampu menghibur pada pendengarnya. Versi terbaru You’re Never Fully Dressed Without a Smile yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Australia, Sia, dan hadir di salah satu adegan film juga berhasil diaransemen dengan begitu modern dan catchy. Beberapa lagu yang ditulis khusus untuk versi terbaru dari Annie seperti Opportunity, Who Am I? dan The City’s Yours juga mampu bersanding dengan baik bersama lagu-lagu klasik lainnya untuk menyajikan elemen kesenangan yang seringkali hilang dalam jalan penceritaan film. [C]

Annie (2014)

Directed by Will Gluck Produced by Will Smith, Jada Pinkett Smith, Shawn “Jay-Z” Carter, Caleeb Pinkett, James Lassiter, Lawrence “Jay” Brown, Tyran “Ty Ty” Smith Written by Will Gluck, Aline Brosh McKenna (screenplay), Thomas Meehan (musical, Annie), Harold Gray (comic, Little Orphan Annie) Starring Quvenzhané Wallis, Jamie Foxx, Rose Byrne, Bobby Cannavale, Cameron Diaz, Adewale Akinnuoye-Agbaje, Tracie Thoms, Dorian Missick, David Zayas, Nicolette Pierini, Amanda Troya, Eden Duncan-Smith, Zoe Margaret Colletti, Patricia Clarkson, Ashton Kutcher, Rihanna, Michael J. Fox, Mila Kunis, Bobby Moynihan, Sia Furler, Phil Lord, Christopher Miller Music by Charles Strouse Cinematography Michael Grady Edited by Tia Nolan Production company Village Roadshow Pictures/Overbrook Entertainment Running time 118 minutes Country United States Language English

Review: One Day (2011)

Setelah sukses menyutradarai An Education (2009), yang berhasil mendapatkan pujian luas dari para kritikus film dunia sekaligus memberikan Carey Mulligan nominasi Academy Awards perdananya, sutradara asal Denmark, Lone Scherfig, kembali duduk di kursi sutradara dengan mengarahkan One Day, sebuah film yang diadaptasi dari novel populer berjudul sama karya novelis asal Inggris, David Nicholls – yang juga bertanggungjawab terhadap proses penulisan naskah film ini. Menceritakan kisah persahabatan dan percintaan antara dua karakter utamanya, One Day memiliki momen-momen dimana film ini dapat tampil begitu hangat dan romantis. Namun, segmentasi yang dilakukan terhadap bagian-bagian jalan cerita serta beberapa karakter yang dihadirkan terlalu dangkal cukup mampu membuat One Day terkadang berkesan datar.

Continue reading Review: One Day (2011)

Review: Friends with Benefits (2011)

Jika pada Easy A (2010) Will Gluck merenovasi berbagai formula standar film drama remaja dengan sentuhan modern yang lebih dinamis sehingga mampu menghasilkan sajian yang sangat menghibur, maka lewat Friends with Benefits, Gluck hendak menerapkan eksperimen yang sama terhadap berbagai formula standar yang biasa Anda temui dalam sebuah film drama komedi romantis. Tentu kisah yang ditawarkan Gluck dalam Friends with Benefits sama sekali bukanlah sebuah kisah yang baru. Namun Gluck, dengan kemampuan yang cukup tajam dalam meramu adegan dan dialog cerdas serta jenaka dalam naskah cerita yang ia tuliskan, sekali lagi berhasil memanfaatkan berbagai formula penceritaan Hollywood yang sebenarnya sudah familiar dan usang untuk menghadirkan sebuah sajian yang mampu terasa begitu menyegarkan.

Continue reading Review: Friends with Benefits (2011)

Review: Easy A (2010)

This is it, Emma Stone! This is the exact moment that you’ve been waiting for! The real road to stardom! Ya… Emma Stone jelas bukan seorang aktris baru yang ditemukan sutradara Will Gluck untuk membintangi film yang menjadi karya keduanya, Easy A. Sebelumnya, Stone telah menunjukkan bakat yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang aktris dengan bakat komedi yang sangat menyegarkan di Superbad (2007), The House Bunny (2008) dan Zombieland (2009), namun dengan porsi peran yang tidak begitu besar. Namun lewat Easy A, sebuah film drama komedi remaja yang memiliki kualitas cerita yang jauh berada di atas film-film sepantarannya, Emma Stone benar-benar diberikan kesempatan untuk bersinar terang. Dan ia melakukannya dengan baik. Dengan sangat baik!

Continue reading Review: Easy A (2010)

Review: Married Life (2008)

Tidak akan ada yang menyangkal bahwa pernikahan adalah suatu hal yang mudah. Mempertahankan pernikahan tersebut, dan tetap mencintai pasangan Anda setelah beberapa tahun lamanya, mungkin adalah bagian tersulit dari pernikahan itu sendiri. Itu yang coba dipaparkan oleh sutradara Ira Sachs lewat film yang diadaptasi dari novel berjudul Five Roundabouts to Heaven karya John Bingham ini, Married Life.

Continue reading Review: Married Life (2008)

Review: Shutter Island (2010)

Shutter Island adalah sebuah karya teranyar dari salah satu sutradara paling dihormati di Hollywood, Martin Scorsese. Kembali bekerjasama dengan Leonardo DiCaprio, film ini merupakan adaptasi dari sebuah novel berjudul sama karya novelis Dennis Lehane.

Continue reading Review: Shutter Island (2010)