Tag Archives: Thomas Haden Church

Review: Spider-Man: No Way Home (2021)

Harus diakui, dua film pertama Spider-Man arahan Jon Watts yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, Spider-Man: Homecoming (2017) dan Spider-Man: Far from Home (2019), memang masih belum mampu meninggalkan kesan sedalam lima film Spider-Man pendahulunya – tiga film Spider-Man (2002 – 2007) yang dibintangi Tobey Maguire dan diarahkan oleh Sam Raimi serta dua film The Amazing Spider-Man (2012 – 2014) yang dibintangi Andrew Garfield dan diarahkan oleh Marc Webb. Kedua film Spider-Man arahan Watts sebenarnya memiliki konsep cerita yang terasa lebih ringan dan lebih segar daripada film-film pendahulunya serta mendapatkan dukungan barisan pengisi departemen akting yang solid namun, entah mengapa, selalu terasa setengah matang dalam perjalanan eksekusi ceritanya. Bukan sebuah presentasi yang buruk tetapi jelas tidak berhasil dalam mengembangkan banyak potensi ceritanya. Continue reading Review: Spider-Man: No Way Home (2021)

Review: The Peanut Butter Falcon (2019)

Masih ingat dengan kisah klasik Adventures of Huckleberry Finn yang ditulis oleh Mark Twain dan dirilis pertama kali di Inggris pada tahun 1884? Well… cerita petualangan seorang karakter anak laki-laki bernama Huckleberry Finn yang melarikan diri dari kehidupannya yang dirasa kelam untuk kemudian bertemu dengan seorang karakter pria bernama Jim dan lantas memulai petualangan bersama guna mencari kebebasan tersebut menjadi sumber inspirasi bagi film yang ditulis dan diarahkan oleh duo sutradara Tyler Nilson dan Mike Schwartz, The Peanut Butter Falcon. Dalam The Peanut Butter Falcon, karakter Huckleberry Finn dihadirkan melalui sosok Zak (Zack Gottsagen) – seorang pemuda penderita Sindrom Down yang memilih melarikan diri dari panti jompo tempatnya dirawat demi mengejar impiannya untuk bertemu dengan seorang pegulat legendaris yang dikenal dengan sebutan The Salt Water Redneck (Thomas Haden Church). Dalam pelariannya, Zak lantas bertemu dengan Tyler (Shia LaBeouf) – penjelmaan bagi karakter Jim dalam kisah Adventures of Huckleberry Finn. Tyler sendiri sedang berada dalam kejaran Duncan (John Hawkes) dan Ratboy (Yelawolf) setelah Tyler secara sengaja membakar seluruh perangkap penangkap kepiting milik keduanya. Tyler awalnya tidak begitu menyukai Zak yang terus mengikuti perjalanannya. Namun, dapat diduga, secara perlahan keduanya mulai membangun persahabatan sekaligus melindungi satu sama lain. Continue reading Review: The Peanut Butter Falcon (2019)

Review: Killer Joe (2012)

Sayangnya, nama William Friedkin saat ini hanya akan dikenal sebagai sutradara pemenang Academy Awards yang pernah mengarahkan The French Connection (1971) dan The Exorcist (1973) – dua film yang ia hasilkan hampir empat puluh tahun lalu. Padahal, sebagai seorang sutradara, Friedkin sendiri terus menerus menghasilkan karya-karya baru meskipun kebanyakan karyanya tersebut gagal mendapatkan reaksi yang positif, baik dari kalangan kritikus maupun dari para penonton film itu sendiri. Pun begitu, pada tahun 2007, Friedkin bekerjasama dengan penulis naskah Tracy Letts untuk merilis sebuah filmberjudul Bug. Dan walaupun film thriller tersebut tidak menemukan kesuksesan yang memuaskan secara komersial, namun Bug membuktikan bahwa Friedkin masih memiliki amunisi yang cukup untuk menghantarkan sebuah jalan cerita yang dipenuhi banyak momen-momen ketegangan yang mengganggu.

Continue reading Review: Killer Joe (2012)

Review: John Carter (2012)

Ekspektasi jelas akan menjulang begitu tinggi bagi John Carter. Bukan hanya karena naskah cerita film aksi bernuansa science fiction ini diangkat dari bagian awal dari sebelas seri novel legendaris Barsoom karya Edgar Rice Burroughs, John Carter juga menjadi debut penyutradaraan film live action bagi pemenang dua Academy Awards, Andrew Stanton, yang mungkin lebih dikenal luas sebagai salah satu punggawa studio animasi Pixar Animation Studios dan otak dibalik kesuksesan luar biasa Finding Nemo (2003) dan WALL•E (2008). Dalam beberapa kesempatan, Stanton sempat mengungkapkan bahwa John Carter adalah proyek ambisius personalnya yang semenjak lama ingin ia wujudkan – sebuah hasrat yang akan dapat dirasakan penonton secara jelas dalam ritme penceritaan John Carter yang berjalan sepanjang 132 menit.

Continue reading Review: John Carter (2012)

Review: Easy A (2010)

This is it, Emma Stone! This is the exact moment that you’ve been waiting for! The real road to stardom! Ya… Emma Stone jelas bukan seorang aktris baru yang ditemukan sutradara Will Gluck untuk membintangi film yang menjadi karya keduanya, Easy A. Sebelumnya, Stone telah menunjukkan bakat yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang aktris dengan bakat komedi yang sangat menyegarkan di Superbad (2007), The House Bunny (2008) dan Zombieland (2009), namun dengan porsi peran yang tidak begitu besar. Namun lewat Easy A, sebuah film drama komedi remaja yang memiliki kualitas cerita yang jauh berada di atas film-film sepantarannya, Emma Stone benar-benar diberikan kesempatan untuk bersinar terang. Dan ia melakukannya dengan baik. Dengan sangat baik!

Continue reading Review: Easy A (2010)

Review: All About Steve (2009)

Ada kalanya, sekali, atau dua kali (dalam beberapa kasus, mungkin, tiga kali… atau lebih) seorang aktris atau aktor papan atas mengalami hari terburuk mereka dan memilih untuk turut berperan dalam sebuah film yang di kemudian hari akan dikenal sebagai salah satu film terburuk yang pernah mereka perankan.

Continue reading Review: All About Steve (2009)