Tag Archives: Jamie Foxx

Review: Spider-Man: No Way Home (2021)

Harus diakui, dua film pertama Spider-Man arahan Jon Watts yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, Spider-Man: Homecoming (2017) dan Spider-Man: Far from Home (2019), memang masih belum mampu meninggalkan kesan sedalam lima film Spider-Man pendahulunya – tiga film Spider-Man (2002 – 2007) yang dibintangi Tobey Maguire dan diarahkan oleh Sam Raimi serta dua film The Amazing Spider-Man (2012 – 2014) yang dibintangi Andrew Garfield dan diarahkan oleh Marc Webb. Kedua film Spider-Man arahan Watts sebenarnya memiliki konsep cerita yang terasa lebih ringan dan lebih segar daripada film-film pendahulunya serta mendapatkan dukungan barisan pengisi departemen akting yang solid namun, entah mengapa, selalu terasa setengah matang dalam perjalanan eksekusi ceritanya. Bukan sebuah presentasi yang buruk tetapi jelas tidak berhasil dalam mengembangkan banyak potensi ceritanya. Continue reading Review: Spider-Man: No Way Home (2021)

Review: Soul (2020)

Di tahun 2019, selepas merilis Toy Story 4 (Josh Cooley) di tahun tersebut, Pixar Animation Studios memberikan pernyataan bahwa mereka tidak akan lagi memproduksi sekuel dari film-film rilisan mereka terdahulu. Sebuah pernyataan yang jelas disambut baik oleh para penikmat, penggemar, sekaligus pecinta film-film animasi buatan rumah produksi rumah produksi milik The Walt Disney Company tersebut. Harus diakui, selain beberapa rilisan seperti Toy Story 3 (Lee Unkrich, 2010), Inside Out (Pete Docter, 2015), dan Coco (Unkrich, 2017), filmografi Pixar Animation Studios pada satu dekade lalu memang lebih banyak diisi dengan film-film sekuel maupun film-film dengan cerita orisinal yang kualitasnya jelas terasa medioker – tentu saja, “medioker” dalam ukuran film yang dihasilkan oleh rumah produksi sekelas Pixar Animation Studios. Membuka dekade baru, Pixar Animation Studios merilis Onward (2020) arahan Dan Scanlon yang tampil cukup meyakinkan sebagai sebuah sajian hiburan. Namun, Pixar Animation Studios benar-benar menunjukkan tajinya sebagai rumah produksi film animasi paling prestisius di dunia lewat film terbaru arahan Docter, Soul. Continue reading Review: Soul (2020)

Review: Robin Hood (2018)

Hollywood sepertinya belum merasa puas untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang dapat mereka raih dengan kisah legenda Robin Hood. Setelah sebelumnya Ridley Scott merilis versinya pada tahun 2010 – dengan dibintangi nama-nama besar seperti Russell Crowe, Cate Blanchett, hingga Oscar Isaac, Léa Seydoux, Mark Strong, William Hurt, dan Max von Sydow – saduran teranyar dari kisah sang pahlawan rakyat jelata dari tanah Inggris tersebut kini hadir lewat film berjudul sama garapan sutradara asal Inggris, Otto Bathurst. Merupakan debut pengarahan film layar lebar bagi sutradara yang lebih dikenal sebagai sutradara bagi serial televisi seperti Peaky Blinders dan Black Mirror ini, Robin Hood mencoba menghadirkan penyegaran pada beberapa sudut pengisahan dan karakterisasi Robin Hood yang memang telah begitu familiar tersebut. Cukup menyegarkan… walau dengan durasi pengisahan yang mencapai hampir 120 menit, Robin Hood terasa mencuri waktu yang terlalu banyak untuk menjabarkan deretan konflik yang sebenarnya cukup sederhana dan kurang mendalam. Continue reading Review: Robin Hood (2018)

Review: Baby Driver (2017)

Sebuah film aksi komedi dimana sang karakter utama merupakan seorang pria dewasa yang memiliki nama panggilan Baby mungkin terdengar jauh dari kesan meyakinkan. Namun, dengan pendekatan cerita yang begitu imajinatif dari Edgar Wright – sutradara asal Inggris yang filmografinya diisi oleh film komedi tentang para mayat hidup (Shaun of the Dead, 2004), film komedi tentang pasangan polisi (Hot Fuzz, 2007), film komedi yang diadaptasi dari sebuah novel grafis (Scott Pilgrim vs. the World, 2010), dan film komedi tentang bagaimana para selebritis Hollywood menghadapi kiamat (The World’s End, 2013), Baby Driver mampu dikembangkan menjadi sebuah pendekatan baru dari penceritaan heist movie yang melibatkan banyak adegan balapan mobil yang mungkin telah terasa melelahkan setelah kehadiran delapan film dalam seri The Fast and the Furious (2001 – 2017). Pengarahan kuat dan cerdas dari Wright itulah yang kemudian berhasil membuat film ini tampil begitu menyenangkan untuk diikuti. Continue reading Review: Baby Driver (2017)

Review: Annie (2014)

annie-2014-posterSemua orang mungkin telah familiar dengan Annie. Entah itu dari komik berjudul Little Orphan Annie karya Harold Gray yang pertama kali dirilis pada tahun 1924 atau melalui adaptasi drama panggung musikal berjudul Annie yang pertama kali dipentaskan di panggung Broadway pada tahun 1977 yang kemudian mengenalkan deretan lagu-lagu legendaris seperti It’s the Hard Knock Life atau Tomorrow atau melalui adaptasi film layar lebar musikal berjudul sama arahan John Huston pada tahun 1982 atau melalui adaptasi film televisi arahan Rob Marshall yang dirilis pada tahun 1999. Everyone knows the famous Annie! Lalu apa yang ditawarkan oleh versi terbaru dari Annie yang diproduseri oleh Will Smith dan rapper Jay Z ini?

Terlepas dari beberapa perubahan yang dibawakan duo penulis naskah Will Gluck dan Aline Brosh McKenna – seperti perubahan latar belakang waktu berjalannya cerita, perubahan nama atau latar belakang beberapa karakter maupun dengan melakukan penambahan beberapa lagu baru – harus diakui tidaklah banyak hal yang dapat merubah kualitas penceritaan Annie. Versi terbaru yang juga diarahkan oleh Gluck (Friends with Benefits, 2011) ini sendiri merupakan adaptasi dari kisah Annie yang dipentaskan di drama panggung Broadway. Jalan ceritanya masih predictable dan menjual (begitu banyak) mimpi yang kemudian gagal diarahkan dengan seksama oleh Gluck.

Yep. Dengan jalan cerita yang telah begitu familiar dan tergolong tradisional, beban berat jelas sangat bergantung pada kemampuan Gluck untuk mengolah Annie menjadi sebuah sajian yang setidaknya masih cukup nyaman untuk dinikmati. Gluck sendiri terasa tidak tahu apa yang harus dilakukan kepada materi cerita Annie. Ritme penceritaan film ini terasa begitu berantakan dengan banyak bagian musikal film memiliki jarak yang saling berjauhan satu sama lain – yang otomatis akan setidaknya membuat sisi musikal film ini terasa tidak lebih hanya sekedar sebuah tempelan dan pengisi jeda waktu sebelum jalan cerita film kembali berjalan. Pengaturan elemen musikal yang tidak tepat itu pula yang secara perlahan mulai mempengaruhi mood film sekaligus menghambat penonton untuk benar-benar dapat terhubung dengan setiap karakter yang ada di dalam jalan cerita.

Berbicara mengenai karakter, meskipun diisi dengan nama-nama seperti Quvenzhané Wallis, Jamie Foxx, Rose Byrne, Bobby Cannavale dan Cameron Diaz, masing-masing karakter tidak pernah benar-benar tampil hidup di sepanjang penceritaan film. Sebagian besar hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengembangan dari setiap karakter yang hadir dan sebagian lagi justru disebabkan oleh masing-masing pemeran sendiri yang terasa berakting dalam kualitas penampilan yang setengah hati. Quvenzhané Wallis jelas terlihat nyaman dalam perannya namun terasa belum memiliki kekuatan yang cukup untuk berada di jajaran terdepan departemen akting sebuah film. Jamie Foxx tampil sebagai dirinya sendiri di sepanjang film. Yang terburuk, Cameron Diaz menterjemahkan karakter Miss Colleen Hannigan yang ia perankan secara begitu berlebihan – yang akan membuat penonton berharap karakter tersebut segera menghilang dari penceritaan Annie. Mungkin hanya Rose Byrne dan Bobby Cannavale-lah yang mampu tampil dengan penampilan yang begitu mencuri perhatian di setiap kali karakter mereka muncul dalam film ini.

Meskipun terasa dianaktirikan, elemen terkuat Annie justru berasal dari menit-menit dimana tampilam musikalnya hadir dalam jalan cerita. Walau baik Wallis, Byrne dan Diaz bukanlah sosok penyanyi yang cukup baik, namun versi terbaru lagu-lagu yang mereka nyanyikan seperti It’s the Hard Knock Life, Tomorrow dan Little Girls cukup mampu menghibur pada pendengarnya. Versi terbaru You’re Never Fully Dressed Without a Smile yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Australia, Sia, dan hadir di salah satu adegan film juga berhasil diaransemen dengan begitu modern dan catchy. Beberapa lagu yang ditulis khusus untuk versi terbaru dari Annie seperti Opportunity, Who Am I? dan The City’s Yours juga mampu bersanding dengan baik bersama lagu-lagu klasik lainnya untuk menyajikan elemen kesenangan yang seringkali hilang dalam jalan penceritaan film. [C]

Annie (2014)

Directed by Will Gluck Produced by Will Smith, Jada Pinkett Smith, Shawn “Jay-Z” Carter, Caleeb Pinkett, James Lassiter, Lawrence “Jay” Brown, Tyran “Ty Ty” Smith Written by Will Gluck, Aline Brosh McKenna (screenplay), Thomas Meehan (musical, Annie), Harold Gray (comic, Little Orphan Annie) Starring Quvenzhané Wallis, Jamie Foxx, Rose Byrne, Bobby Cannavale, Cameron Diaz, Adewale Akinnuoye-Agbaje, Tracie Thoms, Dorian Missick, David Zayas, Nicolette Pierini, Amanda Troya, Eden Duncan-Smith, Zoe Margaret Colletti, Patricia Clarkson, Ashton Kutcher, Rihanna, Michael J. Fox, Mila Kunis, Bobby Moynihan, Sia Furler, Phil Lord, Christopher Miller Music by Charles Strouse Cinematography Michael Grady Edited by Tia Nolan Production company Village Roadshow Pictures/Overbrook Entertainment Running time 118 minutes Country United States Language English

Review: White House Down (2013)

Dengan naskah yang ditulis oleh James Vanderbilt (The Amazing Spider-Man, 2012), White House Down berkisah mengenai John Cale (Channing Tatum), seorang anggota kepolisian ibukota Amerika Serikat yang kini bertugas sebagai salah seorang pengawal dari ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Eli Raphelson (Richard Jenkins). Demi untuk menyenangkan puterinya, Emily (Joey King), yang begitu menggemari dunia politik, John kemudian berusaha untuk bergabung bersama dengan Dinas Rahasia Amerika Serikat. Sayang, sesi wawancara bersama Agent Carol Finnerty (Maggie Gyllenhaal) kemudian mengubur impian tersebut ketika John dinyatakan masih belum dapat memenuhi kualifikasi pegawai yang sedang dibutuhkan oleh Dinas Rahasia Amerika Serikat. Tidak ingin mengecewakan puterinya yang turut hadir dalam proses wawancara tersebut, John lalu mengajak Emily untuk mengikuti tur mengelilingi White House.

Continue reading Review: White House Down (2013)

Review: Django Unchained (2012)

django-unchained-header

Berlatar belakang waktu penceritaan pada tahun 1858, Django Unchained dibuka dengan perkenalan antara dua karakter utamanya, Dr. King Schultz (Christoph Waltz) dan Django (Jamie Foxx). Dr. Schultz adalah seorang dokter gigi yang semenjak beberapa tahun terakhir telah tidak beroperasi dan memilih untuk menjadi seorang pemburu bayaran. Sementara Django… well… Django adalah pria kulit hitam yang kini sedang menjadi seorang budak. Perkenalan keduanya terjadi setelah Dr. Schultz meminta bantuan Django untuk mengenali beberapa penjahat yang telah menjadi target perburuannya. Hubungan keduanya kemudian berjalan dengan baik. Dr. Schultz bahkan kini menjadikan Django sebagai rekannya dalam memburu setiap targetnya.

Continue reading Review: Django Unchained (2012)

Review: Rio (2011)

Sukses dengan franchise Ice Age (2002 – 2009) yang berhasil meraih pendapatan lebih dari US$1, 8 milyar dari perilisan tiga serinya, sutradara Carlos Saldanha kembali berkolaborasi bersama Blue Sky Studios untuk memproduksi Rio. Dalam film ini, penonton akan dikenalkan kepada Blu (Jesse Eisenberg), seekor burung makaw biru yang dulunya diselundupkan dari Rio de Janeiro, Brazil, sebelum akhirnya ditemukan dan kemudian dirawat oleh Linda Gunderson (Leslie Mann). Walaupun cerdas, Blu yang sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan sesama burung lainnya, akhirnya memiliki kepribadian yang tertutup pada orang lain, cenderung ceroboh dan sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk terbang.

Continue reading Review: Rio (2011)

Review: Due Date (2010)

Lepas dari kesuksesan luar biasa The Hangover (2009), dan sebelum ia merilis sekuel film komedi tersebut tahun depan, sutradara Todd Phillips merilis Due Date, sebuah film komedi yang bertemakan road trip dengan Robert Downey, Jr. dan Zach Galifianakis sebagai bintang utamanya. Sebagai sutradara, jika melirik daftar filmografinya, Phillips bukanlah seorang sutradara yang selalu konsisten dalam menghantarkan kualitas filmnya. Banyak yang berhasil meraih pujian baik dari kritikus film maupun penonton, namun tidak sedikit pula yang berakhir sebagai sebuah kekecewaan. Walau tidak sampai pada tahap mengecewakan, sayangnya Due Date bukanlah sebuah film yang akan dianggap sebagai bagian dari momen terbaik karir penyutradaraan Todd Phillips.

Continue reading Review: Due Date (2010)

Review: Valentine’s Day (2010)

Ahhh… Valentine’s Day. Sebuah hari dimana seluruh umat manusia sepertinya telah ditakdirkan untuk berbicara mengenai segala yang berkaitan dengan cinta. Di lain pihak, bagi sebuah industri seperti Hollywood, Valentine’s Day juga menjadi sebuah waktu yang tepat untuk merilis film-film manis yang bertemakan cinta.

Continue reading Review: Valentine’s Day (2010)