Review: Spider-Man: Far From Home (2019)


Merupakan sekuel dari Spider-Man: Homecoming (Jon Watts, 2017) dan ditempatkan sebagai film penutup bagi fase ketiga Marvel Cinematic Universe, Spider-Man: Far from Home hadir dengan pengisahan yang memiliki latar belakang waktu pengisahan beberapa bulan setelah berbagai peristiwa yang diceritakan dalam Avengers: Endgame (Anthony Russo, Joe Russo, 2019) berakhir. Dikisahkan, Peter Parker (Tom Holland) bersama teman-teman sekolahnya akan melakukan perjalanan ke beberapa negara Eropa. Menggunakan momen tersebut, Peter Parker berencana untuk menyatakan rasa cintanya kepada MJ (Zendaya). Namun, seperti yang dapat diduga, rencana Peter Parker untuk menikmati masa liburan bersama dengan teman-temannya kemudian dirusak oleh kehadiran sesosok makhluk asing yang menyerang orang-orang yang berada di sekitarnya. Beruntung, seorang pria berkekuatan super bernama Quentin Beck (Jake Gyllenhaal) kemudian datang dan mengusir makhluk asing tersebut. Oleh Nick Fury (Samuel L. Jackson) dan rekan kerjanya, Maria Hill (Cobie Smulders), lantas meminta Peter Parker untuk bekerjasama dengan Quentin Beck dalam mencegah serangan yang diperkirakan akan kembali dilakukan sang makhluk asing. Permintaan yang sekali lagi membuat Peter Parker mempertanyakan perannya sebagai Spider-Man dan pengaruh posisi tersebut terhadap kehidupan kesehariannya.

Dengan segala ekspektasi untuk melanjutkan pengisahan yang sebelumnya telah dibangun dalam Spider-Man: Homecoming serta menutup sebuah fase pengisahan sekaligus menjadi teaser bagi fase pengisahan Marvel Cinematic Universe selanjutnya, Watts merancang Spider-Man: Far from Home dengan pengisahan yang cukup apik. Tentu, film ini masih bekerja efektif sebagai sebuah film bertema pahlawan super yang akan mampu memberikan kepuasan bagi setiap penggemar sang manusia laba-laba. Di saat yang bersamaan, naskah cerita garapan Chris McKenna dan Erik Sommers – yang dahulu juga menjadi arsitek bagi jalan cerita Spider-Man: Homecoming – justru terlihat lebih berwarna ketika film ini mengalihkan fokusnya pada sosok Peter Parker sebagai seorang remaja, kehidupan sosialnya, serta, tentu saja, jalinan kisah romansa yang coba dirajutnya. Di banyak bagian, McKenna dan Sommers menjadikan Spider-Man: Far from Home layaknya sebagai sebuah film drama romansa remaja dengan berbekal berbagai usaha dari karakter Peter Parker untuk menunjukkan perasaan suka dan cintanya pada karakter MJ. McKenna dan Sommers menyajikannya dengan banyak momen manis sekaligus menghibur.

Kenyataan bahwa Spider-Man: Far from Home tampil lebih dinamis ketika menampilkan sosok Peter Parker sebagai seorang remaja yang sedang jatuh cinta justru sedikit menyudutkan kualitas penceritaan ketika film ini menampilkan sosok Peter Parker sebagai seorang Spider-Man. Sebagai film ke-23 dalam semesta pengisahan Marvel, Spider-Man: Far from Home nyaris terasa sebagai sebuah kompilasi dari berbagai kisah kepahlawanan yang sebelumnya telah dipresentasikan oleh seri film ini. Tidak ada penyegaran ataupun sesuatu hal yang baru ataupun benar-benar menarik yang dapat membuat Spider-Man: Far from Home terasa sebagai sebuah presentasi yang spesial – khususnya ketika kini Spider-Man: Into the Spider-Verse (Bob Persichetti, Peter Ramsey, Rodney Rothman, 2018) telah berada di belantara pengisahan Spider-Man. Tentu, penampilan kuat Gyllenhaal menjadikan karakter Quentin Beck yang diperankannya hadir cukup mengesankan namun garisan cerita yang dibuatkan untuk karakter tersebut jelas terasa setengah matang – jika tidak ingin menyebutnya sebagai versi daur ulang dari salah satu konflik yang pernah disajikan Iron Man 3 (Shane Black, 2013). Penataan elemen aksi dalam film ini juga memberikan kesan “daur ulang” yang sama dengan deretan adegan ledakan yang tampil di penghujung film menjadi puncak dari atmosfer kejemuan yang dirasakan dari arahan Watts.

Beruntung, Spider-Man: Far from Home masih memiliki Holland, Zendaya, serta barisan aktor dengan kapabilitas akting yang mumpuni untuk memerankan karakter-karakter dalam jalan ceritanya. Berbeda dengan penampilannya dalam Spider-Man: Homecoming yang cenderung menampilkan sosok Peter Parker/Spider-Man sebagai karakter yang meledak-ledak, Holland kali ini menyajikan sosok yang ia perankan dengan kepribadian yang lebih dewasa. Kharisma Holland juga terlihat semakin matang dan melekat sebagai sosok Peter Parker/Spider-Man. Chemistry yang dihadirkan Holland dengan Zendaya – dalam peran yang kini porsi pengisahannya semakin luas dan kuat – juga tampil hangat dan meyakinkan. Dan meskipun kebanyakan karakter yang mereka perankan tampil dengan ruang cerita yang minimalis, para pemeran pendukung film ini tetap hadir prima, dengan Marisa Tomei dan Jon Favreau hadir mencuri perhatian untuk perannya sebagai May Parker dan Harold “Happy” Hogan. [C]

spider-man-far-from-home-tom-holland-movie-posterSpider-Man: Far from Home (2019)

Directed by Jon Watts Produced by Kevin Feige, Amy Pascal Written by Chris McKenna, Erik Sommers (screenplay), Stan Lee, Steve Ditko (comics, Spider-Man) Starring Tom Holland, Samuel L. Jackson, Zendaya, Cobie Smulders, Jon Favreau, J. B. Smoove, Jacob Batalon, Martin Starr, Marisa Tomei, Jake Gyllenhaal,  Tony Revolori, Angourie Rice, Hemky Madera, Peter Billingsley, Jeff Bridges, Robert Downey Jr., J. K. Simmons, Pat Kiernan, Numan Acar, Remy Hii, Ben Mendelsohn, Sharon Blynn, Zach Barack Music by Michael Giacchino Cinematography Matthew J. Lloyd Edited by Dan Lebental, Leigh Folsom-Boyd Production company Columbia Pictures/Marvel Studios/Pascal Pictures Running time 129 minutes Country United States Language English

One thought on “Review: Spider-Man: Far From Home (2019)”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s