Menjadi film arahan Michael Bay pertama yang dirilis secara luas di layar bioskop semenjak Transformers: The Last Knight (2017) – film arahan Bay sebelumnya, 6 Underground (2019) yang dibintangi Ryan Reynolds, dirilis secara eksklusif melalui Netflix – Ambulance adalah film aksi menegangkan yang alur ceritanya diadaptasi dari film asal Denmark berjudul sama (2005) arahan Laurits Munch-Petersen. Alur pengisahannya berfokus pada sosok veteran perang bernama William Sharp (Yahya Abdul-Mateen II) yang karena sedang berada dalam kondisi terdesak untuk mendapatkan uang guna membiayai operasi sang istri, Amy Sharp (Moses Ingram), lantas menerima tawaran dari saudara adopsinya, Danny Sharp (Jake Gyllenhaal), untuk merampok sebuah bank. Awalnya, perampokan tersebut berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah disusun Danny Sharp. Sial, ketika dalam kepanikan William Sharp kemudian menembak seorang polisi yang sedang bertugas, Officer Zach (Jackson White), deretan kekacauan yang mengancam nyawa keduanya mulai bermunculan. Continue reading Review: Ambulance (2022)
Tag Archives: Jake Gyllenhaal
Review: Spider-Man: No Way Home (2021)
Harus diakui, dua film pertama Spider-Man arahan Jon Watts yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, Spider-Man: Homecoming (2017) dan Spider-Man: Far from Home (2019), memang masih belum mampu meninggalkan kesan sedalam lima film Spider-Man pendahulunya – tiga film Spider-Man (2002 – 2007) yang dibintangi Tobey Maguire dan diarahkan oleh Sam Raimi serta dua film The Amazing Spider-Man (2012 – 2014) yang dibintangi Andrew Garfield dan diarahkan oleh Marc Webb. Kedua film Spider-Man arahan Watts sebenarnya memiliki konsep cerita yang terasa lebih ringan dan lebih segar daripada film-film pendahulunya serta mendapatkan dukungan barisan pengisi departemen akting yang solid namun, entah mengapa, selalu terasa setengah matang dalam perjalanan eksekusi ceritanya. Bukan sebuah presentasi yang buruk tetapi jelas tidak berhasil dalam mengembangkan banyak potensi ceritanya. Continue reading Review: Spider-Man: No Way Home (2021)
Review: Spider-Man: Far From Home (2019)
Merupakan sekuel dari Spider-Man: Homecoming (Jon Watts, 2017) dan ditempatkan sebagai film penutup bagi fase ketiga Marvel Cinematic Universe, Spider-Man: Far from Home hadir dengan pengisahan yang memiliki latar belakang waktu pengisahan beberapa bulan setelah berbagai peristiwa yang diceritakan dalam Avengers: Endgame (Anthony Russo, Joe Russo, 2019) berakhir. Dikisahkan, Peter Parker (Tom Holland) bersama teman-teman sekolahnya akan melakukan perjalanan ke beberapa negara Eropa. Menggunakan momen tersebut, Peter Parker berencana untuk menyatakan rasa cintanya kepada MJ (Zendaya). Namun, seperti yang dapat diduga, rencana Peter Parker untuk menikmati masa liburan bersama dengan teman-temannya kemudian dirusak oleh kehadiran sesosok makhluk asing yang menyerang orang-orang yang berada di sekitarnya. Beruntung, seorang pria berkekuatan super bernama Quentin Beck (Jake Gyllenhaal) kemudian datang dan mengusir makhluk asing tersebut. Oleh Nick Fury (Samuel L. Jackson) dan rekan kerjanya, Maria Hill (Cobie Smulders), lantas meminta Peter Parker untuk bekerjasama dengan Quentin Beck dalam mencegah serangan yang diperkirakan akan kembali dilakukan sang makhluk asing. Permintaan yang sekali lagi membuat Peter Parker mempertanyakan perannya sebagai Spider-Man dan pengaruh posisi tersebut terhadap kehidupan kesehariannya. Continue reading Review: Spider-Man: Far From Home (2019)
Review: Life (2017)
First of all… After movies like Gravity (Alfonso Cuarón, 2013), Interstellar (Christopher Nolan, 2014) and The Martian (Ridley Scott, 2015), why would anyone on their right minds named their space-themed movie with a boring, bland title like Life? Come on. Really? Seriously? Untungnya, terlepas dari judul berkualitas pasaran yang akan membuat semua orang kebingungan dalam beberapa tahun mendatang – jika mereka masih mampu mengingat keberadaan film ini, Life adalah sebuah film bertema angkasa luar yang mampu tergarap dengan cukup baik. Baiklah, garis pengisahan garapan duo penulis naskah Rhett Reese dan Paul Wernick (Deadpool, 2016) mungkin tidaklah menawarkan sesuatu hal yang baru bagi mereka penikmat film-film fiksi ilmiah sejenis. Namun, tidak dapat disangkal, arahan sutradara Daniel Espinosa (Safe House, 2012) berhasil meningkatkan kualitas penyajian film dengan menjaga penuh ritme pengisahannya sehingga dapat menghadirkan deretan ketegangan yang akan membuat setiap penonton film ini menahan nafas sekaligus berpegangan erat pada kursi mereka. Continue reading Review: Life (2017)
Review: Prisoners (2013)
Sukses dengan Incendies (2010), yang berhasil meraih nominasi Best Foreign Language Film di ajang The 83rd Annual Academy Awards, sutradara asal Kanada, Denis Villeneuve, kembali hadir dengan film terbarunya, Prisoners, yang sekaligus menandai debut penyutradaraannya dalam sebuah film berbahasa Inggris. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Aaron Guzikowski (Contraband, 2012) dan dieksekusi Villeneuve menjadi sebuah presentasi cerita sepanjang 153 menit, pada kebanyakan bagiannya, Prisoners seringkali terasa sebagai tiga film yang dipadukan menjadi satu: kisah misteri mengenai hilangnya dua anak perempuan, usaha pihak kepolisian untuk menyelesaikan kasus tersebut serta drama humanis mengenai sisi moral manusia. Kompleks, namun layaknya Incendies, Villeneuve mampu secara cerdas menggarapnya menjadi satu kesatuan kisah yang akan menghantui pemikiran penontonnya jauh setelah mereka selesai menyaksikan film ini.
Review: End of Watch (2012)
Film terbaru arahan sutradara David Ayer (Street Kings, 2008), End of Watch, sebenarnya memiliki premis cerita yang sangat sederhana: film ini berkisah mengenai kehidupan dua orang polisi Los Angeles Police Department dalam aktivitas harian maupun kehidupan pribadi mereka. Yang membuat End of Watch tampil berbeda adalah keputusan Ayer untuk menampilkan premis cerita tersebut dengan teknik penceritaan found footage dimana seluruh cerita yang dihadirkan dirangkai dari rentetan gambar yang terekam dalam kamera yang dipegang oleh karakter-karakter yang ada di dalam jalan cerita End of Watch. Keputusan tersebut jelas diambil oleh Ayer untuk menghantarkan sebuah jalan cerita yang dapat terasa lebih nyata. Namun… apakah Ayer benar-benar mampu melakukannya?
Review: Source Code (2011)
Ketika Captain Colter Stevens (Jake Gyllenhaal) terbangun dari tidurnya dalam sebuah perjalanan di kereta api, ia merasa bahwa dirinya tidak seperti dirinya yang biasa. Seorang wanita cantik yang duduk di hadapannya (Michelle Monaghan) terus menerus berbicara dengan dirinya seolah-olah telah mengenal dirinya dengan baik. Kenyataannya, sang wanita tersebut sama sekali tidak mengenal pria yang terus menerus ia panggil dengan sebutan Sean tersebut. Bahkan Captain Colter Stevens sendiri tidak mengenal siapa dirinya ketika ia melihat wajahnya di permukaan cermin. Wajar jika kemudian Colter merasa panik. Namun, ia tidak memiliki waktu yang lama untuk merasa panik. Beberapa menit kemudian, sebuah bom meledak, menewaskan dirinya, sang wanita tersebut serta seluruh penumpang yang sedang berada di atas kereta api tersebut.
Review: Love and Other Drugs (2010)
Komedi romantis. Sebuah genre yang sama halnya seperti horor, terlalu sering mendapat eksplorasi dari para pembuat film yang sebenarnya tidak mampu melakukannya dan berakhir sebagai sebuah genre yang seringkali melahirkan film-film berkualitas kacangan… kalau tidak mau dikatakan buruk. Hollywood sendiri lebih sering merilis film komedi romantis yang diperuntukkan untuk kalangan muda. Adalah sangat langka untuk melihat sebuah film komedi romantis dengan naskah cerita bernada dewasa yang mampu menghibur sekaligus menghanyutkan setiap penontonnya akhir-akhir ini.
The 68th Annual Golden Globe Awards Nominations List
Perburuan untuk memperebutkan gelar film terbaik sepanjang tahun 2010 resmi dimulai! Hollywood Foreign Press Association, malam ini, resmi mengumumkan daftar nominasi The 68th Annual Golden Globe Awards. Untuk tahun ini, ajang penghargaan yang sering ditasbihkan sebagai ajang penghargaan paling bergengsi kedua setelah Academy Awards ini menempatkan film karya sutradara Tom Hooper, The King’s Speech, sebagai film dengan perolehan nominasi terbanyak. Dengan tujuh nominasi yang diperolehnya, The King’s Speech berhasil hampir mencakup seluruh nominasi yang tersedia untuk kategori film termasuk Best Picture – Drama, Best Director, Best Actor serta Best Screenplay.
Continue reading The 68th Annual Golden Globe Awards Nominations List
Review: Prince of Persia: The Sands of Time (2010)
Ketika Walt Disney Pictures pertama kali mengumumkan rencananya bekerjasama dengan Jerry Bruckheimer untuk mengubah salah satu theme park di Disneyland menjadi sebuah film, tentu tidak akan ada yang menyangka bahwa Pirates of the Caribbean akan menjadi sebuah film yang selain menyenangkan untuk dilihat, juga memberikan keuntungan luar biasa bagi rumah produksi tersebut. Sekarang, Disney dan Bruckheimer kembali bekerjasama untuk memberikan sebuah petualangan baru bagi para penontonnya. Kali ini, bukan untuk menggubah sebuah theme park, melainkan sebuah permainan video game populer, Prince of Persia.
Continue reading Review: Prince of Persia: The Sands of Time (2010)
Review: Brothers (2009)
Brothers adalah sebuah film drama bertema perang yang disutradarai oleh Jim Sheridan, yang mungkin sebelumnya banyak dikenal atas karya-karyanya seperti My Left Foot dan In America. Brothers sendiri merupakan versi remake dari film drama Denmark yang berjudul sama (Brødre), yang disutradarai oleh Susanne Bier dan meraih banyak pujian dari kritikus film dunia ketika dirilis pada tahun 2004 yang lalu.