Enam tahun jelas merupakan jangka waktu yang cukup lama untuk merilis sekuel bagi sebuah seri film yang sedang berjalan. Namun, layaknya banyak karakter dalam setiap seri film yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe, karakter Doctor Stephen Strange yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch juga telah muncul di berbagai film lain yang tergabung dalam linimasa pengisahan Marvel Cinematic Universe semenjak penampilan perdananya di Doctor Strange (Scott Derrickson, 2016) – mulai dari Thor: Ragnarok (Taika Waititi, 2017), Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame (Anthony Russo, Joe Russo, 2018 – 2019), hingga menjadi bagian krusial bagi penceritaan Spider-Man: No Way Home (Jon Watts, 2021). Tidak mengherankan jika film kedua dalam seri film Doctor Strange, Doctor Strange in the Multiverse of Madness, telah berjalan jauh melampaui linimasa cerita yang sebelumnya dihadirkan pada film pertamanya. Continue reading Review: Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022)
Tag Archives: Patrick Stewart
Review: Charlie’s Angels (2019)
Meskipun Charlie’s Angels: Full Throttle (McG, 2003) gagal mengikuti kesuksesan – baik dari segi kualitas maupun dari raihan komersial – film pendahulunya, Charlie’s Angels (2000), Columbia Pictures sebenarnya telah lama memiliki rencana untuk memproduksi bagian ketiga dan keempat dari seri film tersebut dengan mempertahankan Cameron Diaz, Drew Barrymore, dan Lucy Liu sebagai para pemeran utamanya. Namun, seiring dengan perjalanan waktu – dan dengan semakin berkurangnya minat produser, pemeran, maupun penonton terhadap kelanjutan seri Charlie’s Angels, Columbia Pictures secara bijaksana akhirnya memilih untuk membatalkan wacana tersebut. Hollywood, tentu saja, tidak akan berpangku tangan terlalu lama ketika melihat potensi emas yang dimiliki Charlie’s Angels khususnya ketika gerakan feminisme mulai kembali menghangat dan mendominasi pembicaraan di kalangan penggerak salah satu industri film terbesar di dunia tersebut. Lebih dari satu dekade semenjak perilisan Charlie’s Angels: Full Throttle, Columbia Pictures mempersiapkan Charlie’s Angels yang naskah ceritanya ditulis sekaligus diarahkan oleh Elizabeth Banks (Pitch Perfect 2, 2015) serta dengan nama-nama seperti Kristen Stewart, Naomi Scott, dan Ella Balinska bertugas untuk memerankan tiga agen rahasianya. Continue reading Review: Charlie’s Angels (2019)
Review: The Kid Who Would Be King (2019)
Well… tidak terlalu lama semenjak perilisan King Arthur (Antoine Fuqua, 2004) dan King Arthur: Legend of the Sword (Guy Ritchie, 2017), Hollywood kembali menghadirkan kisah mengenai King Arthur dan pedang legendarisnya, Excalibur, lewat film terbaru arahan Joe Cornish (Attack of the Block, 2011), The Kid Who Would Be King. Berbeda dengan film arahan Fuqua dan Ritchie, kisah hidup King Arthur hanya dijadikan inspirasi bagi linimasa penceritaan The Kid Who Would Be King yang kemudian berfokus pada petualangan sekelompok anak-anak yang melakukan perjalanan ke tanah kelahiran King Arthur guna menyelamatkan dunia dari sosok jahat yang berasal dari masa lalu dan berniat untuk kembali menguasai dunia. Formula ceritanya mungkin terasa bagai paduan antara legenda King Arthur dengan kisah petualangan yang telah dihadirkan Cornish sebelumnya lewat Attack of the Block. Namun, dengan pengarahan dan penggarapan naskah yang efektif, Cornish mampu memberikan sentuhan menyegarkan atas legenda King Arthur – yang mungkin merupakan salah satu kisah paling familiar bagi kebanyakan umat manusia yang ada di permukaan Bumi – dan menghadirkan sebuah sajian film keluarga yang cukup menyenangkan untuk diikuti. Continue reading Review: The Kid Who Would Be King (2019)
Review: Logan (2017)
Merupakan film ketiga yang berkisah tentang karakter Wolverine setelah X-Men Origins: Wolverine (Gavin Hood, 2009) dan The Wolverine (James Mangold, 2013), Logan melanjutkan kisah perjalanan sang karakter utama (Hugh Jackman) dengan latarbelakang cerita yang kini berada di tahun 2029. Dengan usianya yang semakin menua, Logan tidak lagi tampil segarang seperti penampilannya dahulu sebagai Wolverine. Ia, bersama dengan seorang mutan lain bernama Caliban (Stephen Merchant), kini tinggal di perbatasan Meksiko sambil merawat Charles Xavier (Patrick Stewart) yang, juga karena usianya yang telah lanjut, hidup sebagai sosok pria pikun yang sering tidak mampu mengontrol kekuatannya. Suatu hari, Logan didatangi oleh seorang perawat bernama Gabriela (Elizabeth Rodriguez) yang meminta agar Logan mengawal seorang anak perempuan bernama Laura (Dafne Keen) ke sebuah lokasi yang disebut sebagai Eden. Tidak ingin terlibat dalam sebuah permasalahan baru, Logan memilih untuk menolak permintaan tersebut. Namun, Charles Xavier memaksa Logan untuk mau menerima keberadaan Laura dan mengungkapkan bahwa Laura juga adalah seorang mutan. Logan masih bersikeras dengan pendapatnya hingga kemudian seorang pria bernama Donald Pierce (Boyd Holbrook) datang dan mencoba untuk merebut paksa Laura. Continue reading Review: Logan (2017)
Review: The Wolverine (2013)
Diperankan oleh Hugh Jackman – yang sepertinya memang terlahir untuk memerankan karakter ini dan kemudian memperoleh popularitas yang semakin besar karenanya, penikmat film dunia diperkenalkan pada karakter Logan alias Wolverine beserta kisah latar belakang kehidupannya melalui dua film seri X-Men (2000 – 2003) arahan Bryan Singer dan satu seri lainnya (X-Men: The Last Stand, 2006) arahan Brett Ratner sebelum akhirnya karakter tersebut mendapatkan filmnya sendiri melalui X-Men Origins: Wolverine arahan Gavin Hood di tahun 2009. Film prekuel tersebut, sayangnya, gagal melanjutkan kesuksesan penceritaan tiga film seri X-Men sebelumnya dan bahkan menenggelamkan karakter Wolverine dengan kehadiran banyak karakter mutan baru – dua diantaranya, Deadpool dan Gambit, bahkan direncanakan akan mendapatkan film mereka tersendiri. Secara sederhana, X-Men Origins: Wolverine justru tidak memberikan ruang yang cukup bagi sang karakter utama untuk menjadi bintang dalam filmnya sendiri.
Review: Ted (2012)
Sebagai salah satu pria terlucu di Hollywood yang paling sukses – ia adalah salah satu otak dibalik kesuksesan serial televisi bernuansa komedi Family Guy, American Dad! dan The Cleveland Show yang ketiganya masih tayang hingga saat ini – cukup mengherankan bila Seth McFarlane baru melakukan debut penyutradaraannya di tahun 2012 melalui film komedi Ted. Dengan naskah cerita yang ia tulis bersama kolaboratornya di Family Guy dan The Cleveland Show, Alec Sulkin dan Wellesley Wild, McFarlane mampu menggarap Ted menjadi sebuah film yang berhasil menghantarkan setiap elemen komedi yang dibutuhkan untuk menghasilkan tawa penonton, terlepas dari jalan cerita yang sederhana (dan cenderung klise).
Review: Ice Age: Continental Drift (2012)
Setelah Rio (2011), yang berhasil mendapatkan pujian luas dari kalangan kritikus film dunia sekaligus berhasil memperoleh kesuksesan komersial dengan jumlah pendapatan lebih dari US$400 sepanjang masa rilisnya di seluruh dunia, Blue Sky Studios kini melanjutkan seri keempat dari franchise Ice Age milik mereka. Tidak seperti tiga seri sebelumnya, Ice Age: Continental Drift tidak lagi disutradarai oleh Carlos Saldanha – yang lebih memilih untuk berkonsentrasi pada pembuatan sekuel Rio yang direncanakan rilis tahun 2014 mendatang. Berada di tangan Steve Martino – yang sebelumnya merupakan co-director dari Horton Hears a Who! (2008) – dan Mike Thurmeier – yang merupakan co-director dari Ice Age: Dawn of the Dinosaurs (2009) – Ice Age: Continental Drift masih melanjutkan kisah petualangan trio Manny, Sid dan Diego di zaman es. Terdengar seperti premis film-film di seri Ice Age sebelumnya? Mungkin karena Ice Age: Continental Drift memang tidak menawarkan sebuah sisi penceritaan yang benar-benar baru dalam naskah ceritanya.
Review: Gnomeo & Juliet (2011)
Tentu, dengan mendasarkan kisahnya pada salah satu naskah drama paling populer di atas muka Bumi yang ditulis oleh William Shakespeare, semua orang tahu cerita apa yang akan mereka dapatkan dalam Gnomeo & Juliet: sebuah kisah cinta terlarang antara dua anak manusia yang keluarganya semenjak lama berseteru satu sama lain. Errr… ganti kata manusia dengan patung kurcaci maka Anda akan mendapatkan premis dasar dari film animasi pertama karya rumah produksi Sir Elton John ini. Walau begitu, premis tersebut hanyalah satu-satunya yang dapat menghubungkan film ini dengan karya Shakespeare tersebut. Sembilan orang penulis naskah telah mengubah total kisah tragedi tersebut menjadi sebuah komedi sekaligus menjadikan kisah film animasi ini menjadi lebih mudah untuk dilupakan begitu saja.