Tag Archives: Yahya Abdul-Mateen II

Review: Ambulance (2022)

Menjadi film arahan Michael Bay pertama yang dirilis secara luas di layar bioskop semenjak Transformers: The Last Knight (2017) – film arahan Bay sebelumnya, 6 Underground (2019) yang dibintangi Ryan Reynolds, dirilis secara eksklusif melalui Netflix – Ambulance adalah film aksi menegangkan yang alur ceritanya diadaptasi dari film asal Denmark berjudul sama (2005) arahan Laurits Munch-Petersen. Alur pengisahannya berfokus pada sosok veteran perang bernama William Sharp (Yahya Abdul-Mateen II) yang karena sedang berada dalam kondisi terdesak untuk mendapatkan uang guna membiayai operasi sang istri, Amy Sharp (Moses Ingram), lantas menerima tawaran dari saudara adopsinya, Danny Sharp (Jake Gyllenhaal), untuk merampok sebuah bank. Awalnya, perampokan tersebut berjalan lancar sesuai dengan rencana yang telah disusun Danny Sharp. Sial, ketika dalam kepanikan William Sharp kemudian menembak seorang polisi yang sedang bertugas, Officer Zach (Jackson White), deretan kekacauan yang mengancam nyawa keduanya mulai bermunculan. Continue reading Review: Ambulance (2022)

Review: The Matrix Resurrections (2021)

Hampir dua dekade selepas perilisan film ketiganya, The Matrix Revolutions (2003), seri The Matrix (The Wachowskis, 1999 – 2003) melanjutkan alur pengisahannya melalui The Matrix Resurrections. Jika tiga film sebelumnya ditulis dan diarahkan secara bersama oleh duo The Wachowskis, Lana Wachowski dan Lilly Wachowski, The Matrix Resurrections menandai kali pertama sebuah film cerita panjang dalam seri The Matrix diarahkan secara tunggal oleh Lana Wachowki yang juga mengerjakan naskah cerita film ini bersama dengan David Mitchell dan Aleksandar Hemon. The Matrix (1999), tentu saja, akan selamanya diingat sebagai film aksi revolusioner yang tidak hanya mampu memberikan pengaruh kepada penggarapan unsur aksi film-film lain yang dirilis sesudahnya namun juga menghadirkan tatanan cerita monumental yang dipengaruhi oleh banyak pemikiran bertema filosofis hingga simbolis. The Matrix Reloaded (2003) dan The Matrix Revolutions (2003) tidak mampu memberikan pencapaian kualitas yang sama, lalu apa yang ingin dilakukan oleh The Matrix Resurrections? Continue reading Review: The Matrix Resurrections (2021)

Review: Candyman (2021)

Seperti halnya Halloween (David Gordon Green, 2018) yang alur pengisahannya bertugas sebagai sekuel bagi Halloween (John Carpenter, 1978) dengan mengacuhkan film-film lain dalam seri Halloween lainnya yang telah dirilis, garapan terbaru sutradara Nia DaCosta (Little Woods, 2018) bersama dengan produser Jordan Peele (Us, 2019) untuk film Candyman juga akan bertindak sebagai sekuel serta memiliki alur pengisahan yang terkoneksi dengan alur pengisahan film perdana Candyman (1992) arahan Bernard Rose dengan tidak memiliki keterkaitan cerita apapun terhadap film lain dalam seri Candyman yang berada diantaranya. Dengan naskah cerita yang ditulis oleh DaCosta bersama dengan Peele dan Win Rosenfeld, Candyman (2021) memberikan pengembangan yang lebih mendalam terhadap sosok karakter Candyman yang dahulu digambarkan pada Candyman (1992) dan menjadikan kisahnya tampil relevan dengan berbagai perbincangan tentang isu sosial dan politik seputar ras di era sekarang. Continue reading Review: Candyman (2021)

Review: Us (2019)

Setahun setelah kesuksesan luar biasa dari Get Out (2017) – yang tidak hanya mampu meraih kesuksesan komersial dengan mengumpulkan pendapatan sebesar lebih dari US$255 juta dari masa perilisannya di seluruh dunia namun juga sukses mendapatkan pujian luas dari para kritikus film serta meraih empat nominasi dan memenangkan satu diantaranya pada ajang The 90th Annual Academy Awards, Jordan Peele kembali merilis film terbarunya yang berjudul Us. Meskipun memiliki nada pengisahan thriller yang serupa dengan Get Out, Peele mengeksekusi Us sebagai jalinan pengisahan yang penuh dengan momen-momen menegangkan yang tersaji secara jauh lebih gamblang. Tentu saja, Us bukanlah hanya sebuah film yang mencoba untuk menawarkan kengerian kepada para penontonnya. Melalui naskah cerita yang juga digarapnya, Peele kembali membuka perbincangan mengenai ras, kelas, serta status sosial yang seringkali menimbulkan benih-benih konflik dalam kehidupan bersosial manusia. Sajian berkelas yang dengan mudah akan membuat siapapun kembali terpesona oleh kemampuan bercerita Peele yang begitu cerdas. Continue reading Review: Us (2019)

Review: Aquaman (2018)

Cukup wajar jika DC Films dan Warner Bros. Pictures menggantungkan banyak harapan mereka kepada Aquaman. Selepas kegagalan beruntun dari Man of Steel (Zack Snyder, 2013), Batman v. Superman: Dawn of Justice (Snyder, 2016), dan Suicide Squad (David Ayer, 2016) dalam meraih dukungan dari para kritikus film dunia – serta ditanbah dengan tanggapan yang cenderung medioker dari pada penggemar komik rilisan DC Comics, yang kemudian diikuti oleh melempemnya performa Justice League (Snyder, 2017) – yang tercatat menjadi film dengan capaian kesuksesan komersial paling rendah dalam seri film DC Extended Universe, keberadaan Aquaman jelas krusial untuk membangkitkan kembali tingkat kepercayaan sekaligus ketertarikan publik pada deretan pahlawan super buatan DC Comics. Atau, setidaknya, Aquaman haruslah mampu mencapai tingkatan kualitas yang berhasil diraih Wonder Woman (Patty Jenkins, 2017) yang hingga saat ini menjadi satu-satunya film dari DC Extended Universe yang berhasil meraih kesuksesan baik secara kritikal maupun komersial. Dengan ambisi besar tersebut, jelas tidak mengherankan jika Aquaman digarap megah dalam kualitas produksinya namun, seperti halnya Wonder Woman, tetap menyajikan keintiman cerita dalam hal penggalian kisah dasar mengenai sang karakter utama film ini. Continue reading Review: Aquaman (2018)

Review: The Greatest Showman (2017)

Mendasarkan naskah ceritanya pada sekelumit kisah nyata kehidupan Phineas Taylor Barnum – seorang penghibur sekaligus pemilik wahana sirkus asal Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama panggilan P.T. Barnum, The Greatest Showman menampilkan sang karakter utama (Hugh Jackman) ketika berusaha membangun sebuah bisnis hiburan dengan mengumpulkan sekumpulan manusia yang dinilai memiliki karakteristik maupun talenta yang unik (baca: aneh). Usaha tersebut awalnya mendapatkan cibiran dari banyak orang. Namun, dengan kerja keras dan dukungan penuh dari sang istri, Charity Barnum (Michelle Williams), P.T. Barnum mampu membuktikan bahwa usaha hiburannya – yang kemudian disebut sebagai Barnum’s Circus – secara perlahan mampu mendapatkan antusiasme yang tinggi dari penonton. Continue reading Review: The Greatest Showman (2017)

Review: Baywatch (2017)

Diadaptasi dari serial televisi legendaris berjudul sama – Yes. Baywatch. Yes. THAT Baywatch. – yang awalnya mengudara selama satu dekade semenjak tahun 1989, Baywatch berkisah mengenai kehidupan para penjaga pantai di Emerald Bay, Florida, Amerika Serikat. Dipimpin oleh Lieutenant Mitch Buchanon (Dwayne Johnson), pasukan penjaga pantai yang terdiri dari Matt Brody (Zac Efron), Summer Quinn (Alexandra Daddario), C. J. Parker (Kelly Rohrbach), Ronnie (Jon Bass), Stephanie Holden (Ilfenesh Hadera) tersebut menghadapi masalah besar ketika mereka menemukan obat-obatan terlarang serta mayat di pantai yang mereka awasi. Meski telah diingatkan atasan mereka, Don Thorpe (Rob Huebel), dan pihak kepolisian bahwa kasus tersebut tidak berada di wilayah kekuasaan para penjaga pantai namun Lieutenant Mitch Buchanon bersikeras untuk tetap mencari tahu misteri apa yang sebenarnya sedang terjadi di sana. Penyelidikan yang dilakukan Lieutenant Mitch Buchanon akhirnya memberikan petunjuk mengenai keterlibatan seorang pengusaha bernama Victoria Leeds (Priyanka Chopra) dalam tindakan kriminal tersebut. Continue reading Review: Baywatch (2017)