Kompleksnya pengembangan tema, konflik, karakter, serta bangunan dunia yang menjadi latar belakang penceritaan dari novel fiksi ilmiah Dune garapan penulis asal Amerika Serikat, Frank Herbert, telah memikat banyak penikmat karya sastra semenjak diterbitkan pertama kali pada tahun 1965. Rumitnya penuturan Dune juga yang kemudian membuat novel tersebut sukar untuk diadaptasi ke dalam berbagai bentuk media pengisahan yang lain. Bukan berarti tidak ada yang berani untuk mencoba. Di tahun 1970an, sutradara Alejandro Jodorowsky menghabiskan waktu tiga tahun untuk mengadaptasi Dune menjadi sebuah film berdurasi sepuluh jam yang direncanakan akan dibintangi nama-nama seperti Salvador Dalí, Orson Welles, David Carradine, Alain Delon, Udo Kier, dan Mick Jagger sebelum akhirnya menyerah dikarenakan perkiraan biaya produksi yang terus meningkat. Continue reading Review: Dune (2021)
Tag Archives: Jason Momoa
Review: Zack Snyder’s Justice League (2021)
Para penikmat film dunia, khususnya mereka yang menggemari film-film bertemakan pahlawan super yang berada dalam semesta pengisahan DC Extended Universe, jelas telah familiar dengan sejumlah drama yang terjadi di balik layar proses produksi hingga perilisan Justice League (Zack Snyder, 2017). Dihinggapi berbagai permasalahan selama proses produksinya, mulai dari naskah cerita yang terus mengalami penulisan ulang hingga isu bahwa Warner Bros. Pictures tidak menyukai produk final yang dihasilkan, Snyder kemudian memilih untuk melepaskan tugasnya sebagai sutradara ketika Justice League sedang berada dalam tahap pascaproduksi setelah dirinya harus berhadapan dengan sebuah tragedi yang menimpa keluarganya. Warner Bros. Pictures lantas menunjuk Joss Whedon (The Avengers, 2012) untuk mengisi posisi serta melanjutkan proses pembuatan film yang ditinggalkan Snyder. Continue reading Review: Zack Snyder’s Justice League (2021)
Review: The LEGO Movie 2 (2019)
Lima tahun setelah film pertamanya – dengan The LEGO Batman Movie (Chris McKay, 2017) dan The LEGO Ninjago Movie (Charlie Bean, Paul Fisher, Bob Logan, 2017) menjadi dua film sempalan yang dirilis diantaranya – The LEGO Movie 2 hadir sebagai sekuel langsung bagi The LEGO Movie (Phil Lord, Chris Miller, 2014). Walau masih bertanggung jawab sebagai produser sekaligus penulis naskah bagi film ini, Lord dan Miller sendiri menyerahkan kursi penyutradaraan pada Mike Mitchell (Trolls, 2016). Para penggemar The LEGO Movie sepertinya tidak akan mengeluhkan perubahan tersebut. Pengaruh besar Lord dan Miller jelas masih dapat dirasakan dalam alur pengisahan The LEGO Movie 2: film ini masih tampil dengan humor yang kuat dan penuh dengan referensi kultur pop teranyar, tampilan visual penuh warna yang memikat, serta disajikan dengan ritme pengisahan yang mengalun cepat. Tidak menawarkan sesuatu yang baru? Jangan khawatir. Lord dan Miller menyediakan ruang konflik yang lebih besar sehingga membuka celah yang cukup luas pula bagi beberapa sentuhan segar dalam pengisahan The LEGO Movie 2. Continue reading Review: The LEGO Movie 2 (2019)
Review: Aquaman (2018)
Cukup wajar jika DC Films dan Warner Bros. Pictures menggantungkan banyak harapan mereka kepada Aquaman. Selepas kegagalan beruntun dari Man of Steel (Zack Snyder, 2013), Batman v. Superman: Dawn of Justice (Snyder, 2016), dan Suicide Squad (David Ayer, 2016) dalam meraih dukungan dari para kritikus film dunia – serta ditanbah dengan tanggapan yang cenderung medioker dari pada penggemar komik rilisan DC Comics, yang kemudian diikuti oleh melempemnya performa Justice League (Snyder, 2017) – yang tercatat menjadi film dengan capaian kesuksesan komersial paling rendah dalam seri film DC Extended Universe, keberadaan Aquaman jelas krusial untuk membangkitkan kembali tingkat kepercayaan sekaligus ketertarikan publik pada deretan pahlawan super buatan DC Comics. Atau, setidaknya, Aquaman haruslah mampu mencapai tingkatan kualitas yang berhasil diraih Wonder Woman (Patty Jenkins, 2017) yang hingga saat ini menjadi satu-satunya film dari DC Extended Universe yang berhasil meraih kesuksesan baik secara kritikal maupun komersial. Dengan ambisi besar tersebut, jelas tidak mengherankan jika Aquaman digarap megah dalam kualitas produksinya namun, seperti halnya Wonder Woman, tetap menyajikan keintiman cerita dalam hal penggalian kisah dasar mengenai sang karakter utama film ini. Continue reading Review: Aquaman (2018)
Review: Bullet to the Head (2013)
Seperti halnya Arnold Schwarzenegger dalam The Last Stand, Bruce Willis dalam A Good Day to Die Hard serta Jason Statham dalam Parker, Bullet to the Head kembali menempatkan Sylvester Stallone sebagai seorang bintang utama dalam sebuah film yang berasal dari genre yang telah begitu membuat namanya menjadi begitu melegenda. Stallone sendiri jelas memiliki jangkauan akting yang paling baik diantara rekan-rekannya di franchise The Expendables tersebut. Kualitas itulah yang kemudian mampu membuat karakter yang ia perankan tidak terlihat begitu dipaksakan kehadiran dan ketangguhannya di dalam jalan cerita Bullet to the Head. Ditambah dengan kualitas pengarahan Walter Hill (48 Hrs., 1982) yang masih cukup handal, Bullet to the Head mampu tampil menjadi sebuah film aksi ringan yang menghibur meskipun dengan berbagai kelemahan di sudut penceritannya.
Review: Conan the Barbarian (2011)
Semenjak diterbitkan pertama kali oleh majalah Weird Tales pada tahun 1932 sebagai rangkaian kisah fantasi yang ditulis oleh Robert E. Howard, karakter Conan the Barbarian telah menjelma menjadi salah satu karakter fiksi paling dikenal dalam sejarah industri hiburan Amerika Serikat. Tidak hanya kemudian kisah tersebut diadaptasi ke dalam bentuk komik yang diterbitkan oleh Marvel Comics, Conan the Barbarian juga menemukan kepopuleran yang lebih besar setelah diadaptasi ke banyak medium hiburan lainnya, seperti video games, serial televisi, hingga dua buah film layar lebar – Conan the Barbarian (1982) yang naskahnya dikerjakan oleh Oliver Stone serta Conan the Destroyer (1984) – yang dibintangi dan berhasil meroketkan nama Arnold Schwarzenegger.