Tag Archives: Brian Cox

Review: The Autopsy of Jane Doe (2016)

The Autopsy of Jane Doe berkisah mengenai pasangan ayah dan anak, Tommy (Brian Cox) dan Austin Tilden (Emile Hirsch), yang bekerja sebagai petugas koroner pada sebuah rumah mati yang mereka miliki. Suatu malam, Sheriff Sheldon Burke (Michael McElhatton) menghantarkan sesosok mayat wanita yang tak dikenal (Olwen Kelly) dan meminta Tommy dan Austin untuk menyiapkan informasi mengenai penyebab kematian wanita tersebut keesokan harinya. Proses forensik yang dilaksanakan Tommy dan Austin kepada Jane Doe – sebutan yang mereka berikan bagi wanita tersebut – awalnya berjalan layaknya proses forensik biasa. Namun, secara perlahan, kedua petugas koroner tersebut mulai menemukan keanehan-keanehan pada berbagai bagian tubuh mayat wanita tersebut. Di saat yang bersamaan, Tommy dan Austin mulai merasakan bahwa teror supranatural mulai mengintai dan mengincar nyawa keduanya. Continue reading Review: The Autopsy of Jane Doe (2016)

Review: Her (2013)

Spike Jonze, pemilik otak yang juga menghasilkan film-film brilian seperti Being John Malkovich (1999), Adaptation (2002) dan Where the Wild Things Are (2009), kembali dengan film terbarunya yang secara cerdas, kreatif, indah dan sangat menyentuh membicarakan mengenai bagaimana umat manusia yang hidup di era modern lebih tertarik untuk berkomunikasi dengan layar telepon mereka daripada dengan sesama umat manusia yang seringkali sedang berada di sebelah mereka. Jangan salah! Dibalik kerumitan atau keanehan atau keeksentrikan atau kesegaran alur cerita yang ia bawakan, Her pada dasarnya tetap adalah sebuah sajian kisah cinta. Namun adalah kejeniusan Jonze yang mampu meramu kisah cinta tersebut dengan balutan fiksi ilmiah dan satir sosial modern sehingga mampu membuatnya tampil begitu hangat sekaligus emosional dalam bercerita.

Continue reading Review: Her (2013)

Review: RED 2 (2013)

red-2-header

Meskipun kursi penyutradaraan kini telah beralih dari Robert Schwentke ke Dean Parisot (Fun with Dick and Jane, 2005), RED 2 sama sekali tidak menawarkan perubahan yang berarti dalam kualitas presentasinya – sama sekali tidak bertambah baik dan juga, untungnya, tidak mengalami penurunan kualitas yang berarti. Mereka yang menikmati perpaduan aksi dan komedi yang ditawarkan di film pertama kemungkinan besar akan tetap dapat menikmati apa yang disajikan oleh RED 2. Hal tersebut bukan berarti film ini hadir tanpa masalah. Duo penulis naskah, Jon dan Erich Hoeber, sepertinya sama sekali tidak berusaha untuk menghadirkan sesuatu yang baru dalam jalan penceritaan yang mereka tulis. Hasilnya, walaupun jelas adalah sangat menyenangkan untuk menyaksikan banyak nama-nama besar Hollywood mencoba untuk saling membunuh satu sama lain, namun RED 2 seringkali terasa terlalu familiar untuk dapat menghasilkan daya tarik yang lebih kuat bagi penontonnya.

Continue reading Review: RED 2 (2013)

Review: The Campaign (2012)

Tentu saja Hollywood tidak akan melewatkan pelaksanaan pemilihan umum di Amerika Serikat begitu saja! D’oh! Dan, tentu saja, tidak ada cara yang lebih baik untuk merayakan pesta demokrasi tersebut dengan merilis sebuah film komedi yang menyindir secara kuat bagaimana tingkah laku para politisi di negara Paman Sam (dan dunia?) ketika mereka sedang berusaha untuk menarik perhatian rakyat: mulai dari memanfaatkan pengaruh agama, melakukan berbagai tindakan sosial, membuka dan menyebarkan aib dari lawan politik hingga melakukan kecurangan teknis ketika berlangsungnya pemilu. Hey… all is fair in love and war… and politics, of course. Dan The Campaign yang diarahkan oleh Jay Roach (Meet the Parents: Little Fockers, 2010) harus diakui mampu menghadirkan guyonan-guyonan politik tersebut dengan cukup menghibur… meskipun naskah ceritanya terasa berjalan monoton dan cenderung datar di beberapa bagian.

Continue reading Review: The Campaign (2012)

Review: Coriolanus (2011)

Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan ketika ingin mengadaptasi sebuah karya literatur milik William Shakespeare menjadi sebuah film. Untuk Coriolanus, Ralph Fiennes – aktor watak asal Inggris yang untuk pertama kalinya duduk di kursi penyutradaraan – memindahkan latar belakang waktu dari penceritaan Coriolanus ke masa modern namun masih tetap mempertahankan penggunaan dialog-dialog asli yang terdapat dalam naskah drama panggung yang ditulis oleh Shakespeare pada sekitar tahun 1605 hingga 1608 tersebut. Perpaduan antara unsur klasik dan modern yang diterapkan oleh Fiennes inilah yang kemudian membuat Coriolanus mampu berjalan dinamis dalam menghantarkan penceritaannya.

Continue reading Review: Coriolanus (2011)

Review: Rise of the Planet of the Apes (2011)

Dalam Rise of the Planet of the Apes – sebuah film yang kisahnya terinspirasi dari novel La Planète des Singes (1963) karya Pierre Boulle serta merupakan reboot dari franchise film Planet of the Apes yang telah dimulai semenjak tahun 1968 – penonton akan disajikan kisah mengenai bagaimana karakter para kera berusaha untuk mengambil alih dunia setelah rentetan perlakuan kasar yang sering diterapkan umat manusia pada mereka. Penulis naskah, Rick Jaffa dan Amanda Silver, menjadikan karakter kera sebagai karakter yang paling esensial dalam Rise of the Planet of the Apes sehingga kehadiran para karakter manusia di dalam cerita film ini justru muncul sebagai karakter pendukung yang kadang tidak memiliki pengaruh berarti pada jalan cerita secara keseluruhan. Tidak bahkan kehadiran James Franco mampu membuat setiap orang menarik perhatian mereka dari sekumpulan kera yang beraksi brutal di film ini.

Continue reading Review: Rise of the Planet of the Apes (2011)

Review: Ironclad (2011)

Sama seperti Centurion (2010) dan Black Death (2010) yang berhasil memadukan rangkaian kisah sejarah dengan deretan adegan peperangan yang dipenuhi dengan darah, Jonathan English (Minotaur, 2006) juga mencoba melakukan hal yang sama terhadap Ironclad. Berkisah mengenai sejarah perlawanan yang dilakukan oleh sekelompok kecil pasukan pemberontak terhadap ratusan pasukan King John II sebagai wujud rasa ketidaksenangan mereka atas kepemimpinan sang raja yang brutal di Inggris pada abad ke-13, English memberikan sebuah dedikasi penuh pada Ironclad dengan menghadirkan deretan pemeran serta tata produksi terbaik yang akan membawa setiap penontonnya kembali ke masa tersebut… walaupun sesekali harus menahan sedikit rasa bosan akibat beberapa detil yang tidak begitu berguna yang ia hadirkan dalam naskah cerita film ini.

Continue reading Review: Ironclad (2011)

Review: Red (2010)

Sebagai sebuah film yang diadaptasi dari sebuah komik, Red cukup mampu menawarkan sebuah daya tarik yang cukup kuat lewat barisan pemerannya yang terdiri dari para aktor dan aktris senior Hollywood. Nama-nama seperti Bruce Willis, Morgan Freeman dan John Malkovich sepertinya akan menjadi sebuah perpaduan yang unik untuk disatukan dalam sebuah film yang menggunakan action comedy sebagai garis besar haluan naskah ceritanya. Ditambah lagi dengan kehadiran Helen Mirren yang tak pernah mengecewakan, Red jelas menawarkan sebuah paket hiburan yang tidak mudah untuk ditolak.

Continue reading Review: Red (2010)