Review: Aladdin (2019)


Selang beberapa bulan semenjak perilisan Dumbo arahan Tim Burton, Walt Disney Pictures melanjutkan petualangannya dalam mengadaptasi film-film animasi klasiknya menjadi sajian live-action melalui Aladdin. Meskipun mendapat kritikan tajam atas beberapa elemen ceritanya yang dinilai kurang sensitif dalam penggambaran ras maupun kultur, versi animasi dari Aladdin (Ron Clements, John Musker, 1992) berhasil mengikuti jejak kesuksesan The Little Mermaid (Clements, Musker, 1989) dan Beauty and the Beast (Gary Trousdale, Kirk Wise, 1991) dalam mendapatkan reaksi positif baik dari para penonton – yang menghasilkan pendapatan komersial sebesar lebih dari US$500 juta – maupun dari para kritikus film – yang mampu mendorong Aladdin untuk meraih lima nominasi di ajang The 65th Annual Academy Awards termasuk memenangkan dua diantaranya. Ekspektasi yang cukup tinggi jelas telah terbeban pada Guy Ritchie (King Arthur: Legend of the Sword, 2017) dan versi live-action dari Aladdin arahannya untuk, setidaknya, meraih kesuksesan yang setara.

Dengan naskah cerita yang digarap oleh Ritchie bersama dengan John August (Frankenweenie, 2012), Aladdin masih bertutur tentang pengisahan yang telah begitu familiar. Seorang anak jalanan yang tinggal di Kerajaan Agrabah, Aladdin (Mena Massoud), bersama dengan monyet kecil yang ia namakan Abu secara tidak sengaja berkenalan dengan Princess Jasmine (Naomi Scott) ketika sang puteri sedang berada di luar istananya. Kekaguman Aladdin pada kecantikan Princess Jasmine lantas dimanfaatkan oleh Jafar (Marwan Kenzari) yang lantas meminta Aladdin untuk mengambilkan sebuah lampu antik di dalam sebuah gua dengan imbalan gelimangan harta yang nantinya dapar digunakan Aladdin untuk memikat hati Princess Jasmine. Sebuah tawaran yang tentu saja tidak akan ditolak oleh Aladdin. Sial, Aladdin kemudian terperangkap di dalam gua tersebut. Namun, lampu yang hendak diberikan Aladdin pada Jafar ternyata bukanlah sekedar sebuah lampu biasa. Lampu tersebut ternyata menyimpan sebuah kekuatan besar yang nantinya dapat mengubah masa depan Aladdin.

Meskipun menggunakan garis besar pengisahan yang tidak lagi terasa segar, Ritchie dan August jelas telah memberikan cukup banyak “aransemen ulang” pada tatanan konflik maupun karakter yang dihadirkan oleh Aladdin. Karakter Princess Jasmine, contohnya, yang kini dihadirkan sebagai sosok yang lebih kuat, cerdas, serta ciri kemandirian yang akan membuat karakter tersebut terasa sesuai dengan karakter banyak wanita di era modern. Ritchie dan August juga menghadirkan sosok karakter perempuan baru, Dalia (Nasim Perad), yang meskipun disajikan hanya sebagai karakter pendukung namun cukup memiliki andil kuat dalam aliran konflik yang dihadapi oleh para karakter utama. Karakter-karakter lain seperti Aladdin, Genie (Will Smith), Jafar, atau Sultan (Navid Negahban) memang tidak mengalami banyak perubahan yang berarti namun jelas tetap diberikan beberapa sentuhan yang lebih berkesan anyar.

Ritchie dan August memang masih terasa kebingungan dalam menentukan warna yang tepat dalam mengeksplorasi latar belakang kultur dari karakter-karakter ceritanya. Kisah yang seharusnya memiliki latar pengisahan kehidupan masyarakat di Timur Tengah lebih sering dieksekusi sebagai musikal dengan tampilan a la Bollywood. Arahan Ritchie terhadap tempo pengisahan juga seringkali terasa goyah, khususnya ketika Ritchie berusaha untuk menyeimbangkan elemen pengisahan drama dengan musikal dalam linimasa penceritaan Aladdin. Kadang tampil efektif namun juga sering terasa terburu-buru dalam pengelolaan adegan-adegannya. Di saat yang bersamaan, Aladdin justru seringkali tampil mengesankan ketika film ini menyajikan elemen-elemen musikalnya. Dengan balutan tata kostum dan tata produksi yang berkelas, lagu-lagu yang ditampilkan di sepanjang film terasa begitu renyah untuk dinikmati. A Whole New World yang legendaris itu masih mampu memberikan getaran tersendiri ketika dinyanyikan oleh Massoud dan Scott. Sebuah lagu baru berjudul Speechless yang dinyanyikan Scott juga menghadirkan momen khusus tersendiri bagi Aladdin.

Juga tidak berlebihan rasanya untuk memberikan kredit lebih pada Ritchie atas kelihaiannya dalam memilih pengisi departemen akting yang tepat untuk filmnya. Memerankan karakter-karakter yang cukup ikonik jelas merupakan sebuah tugas yang menantang namun Massoud, Scott, dan Smith jelas telah sukses menghidupkan karakter yang mereka perankan dengan baik. Penampilan Scott sebagai Princess Jasmine akan menghantarkan aktris muda tersebut ke jajaran atas para penampil Hollywood dari generasi terbaru. Begitu mengesankan! Smith – yang berperan sebagai karakter yang telah begitu melekat pada diri aktor Robin Williams – mampu memberikan interpretasinya tersendiri akan karakter Genie. Genie tetap dihadirkan sebagai sosok pendamping yang energik namun Smith berhasil memolesnya dengan karakteristik dirinya yang cukup mudah untuk mengambil hati siapapun yang menyaksikannya. Smith juga sukses mengeksekusi setiap lagu maupun elemen musikal yang melibatkan karakter Genie.

Secara keseluruhan, Aladdin memang tidak menawarkan alasan yang krusial mengapa Walt Disney Pictures harus menghadirkan kisah klasik ini dalam sebuah versi baru – sebuah kualitas yang sepertinya kini harus diterima dari setiap adaptasi live-action yang diproduksi Walt Disney Pictures terhadap barisan film animasi klasiknya. Namun, dengan arahan Ritchie yang cukup efektif, Aladdin versi terbaru setidaknya masih akan tetap mampu memberikan hiburan yang cukup meyenangkan di sepanjang pengisahannya. And maybe that’s enough. [B-]

aladdin-2019-movie-posterAladdin (2019)

Directed by Guy Ritchie Produced by Dan Lin, Jonathan Eirich Written by John August, Guy Ritchie Starring Will Smith, Mena Massoud, Naomi Scott, Marwan Kenzari, Navid Negahban, Nasim Pedrad, Billy Magnussen, Numan Acar, Robby Haynes, Jordan A. Nash, Taliyah Blair, Aubrey Lin, Amir Boutrous, Alan Tudyk, Frank Welker Music by Alan Menken Cinematography Alan Stewart Edited by James Herbert Production company Walt Disney Pictures/Rideback/Marc Platt Productions Running time 128 minutes Country United States Language English

4 thoughts on “Review: Aladdin (2019)”

Leave a Reply