Dengan naskah cerita yang digarap oleh Alim Sudio (Kuntilanak 2, 2019) dan Vidya Talisa Ariestya berdasarkan film pendek berjudul sama karya Riza Pahlevi, Makmum berkisah tentang Rini (Titi Kamal) yang diminta oleh kepala asrama tempat dirinya dahulu menuntut ilmu, Kinanti (Jajang C. Noer), kembali dan membantunya di asrama tersebut. Sesampainya disana, Rini bertemu dengan kepala asrama baru, Rosa (Reny Yuliana), dan tiga siswi, Nurul (Tissa Biani), Nisa (Bianca Hello), dan Putri (Adila Fitri), yang tidak diperbolehkan keluar dari asrama selama masa liburan akibat nilai mereka yang rendah. Dari penuturan ketiga siswi tersebut, Rini mengetahui bahwa para penghuni asrama tersebut belakangan sering diganggu oleh sosok supranatural yang disebut sebagai Hantu Makmum karena keberadaannya muncul saat mereka sedang melaksanakan ibadah shalat. Setelah usahanya untuk menyampaikan masalah tersebut pada Rosa ditanggapi dengan dingin, Rini kini berusaha mencari solusi sendiri agar ketiga siswi tersebut tidak lagi mendapatkan gangguan.
Premis tentang sosok horor yang datang mengganggu ketika seseorang sedang melaksanakan ibadah memang terbukti efektif ketika dijabarkan dalam film pendek garapan Pahlevi. Sial, kesuksesan yang sama gagal terjadi ketika premis yang cukup provokatif tersebut coba dikembangkan menjadi sebuah presentasi cerita dengan alur yang lebih panjang. Permasalahan utama dari pengisahan Makmum berasal dari naskah ceritanya yang terkesan hanya menumpukan daya tarik cerita pada sosok Hantu Makmum dan kisah-kisah yang berada di sekitarnya namun lantas membiarkan kisah-kisah yang berasal dari karakter-karakter lain dalam jalan cerita film ini terabaikan begitu saja. Setiap karakter dalam film ini terasa tampil untuk menjalankan tugasnya masing-masing – karakter yang menjadi sosok penyelamat, karakter yang menjadi sosok korban, karakter yang menjadi sosok antagonis, dan karakter kunci yang menjadi jawaban atas misteri yang coba dipaparkan cerita – tanpa pernah mendapatkan galian motivasi maupun karakter yang benar-benar mendalam.
Makmum juga lebih sering mengedepankan momen-momen dalam linimasa pengisahannya daripada berusaha untuk menyajikan bangunan pengisahan yang lebih kuat atau utuh. Logika pengisahan tidak pernah mampu untuk menyatu. Lihat saja bagaimana sosok Rini yang tiba-tiba dijadikan pemimpin asrama tanpa pernah mendapatkan gambaran tentang kualifikasi karakter tersebut. Atau sosok Ustadz Ganda (Ali Syakieb) yang secara tiba-tiba muncul untuk menjadi sosok penyelamat. Atau motif dari karakter Kinanti dan Slamet (Arief Didu) dalam pilihan tindakan mereka yang jelas terasa benar-benar seperti sebuah keputusan yang teramat bodoh. Arahan Hadrah Daeng Ratu (Jaga Pocong, 2018) sebenarnya mampu menghasilkan beberapa kejutan horor atau atmosfer pengisahan kelam yang cukup kental. Sayang, dengan naskah cerita yang berkualitas serba dangkal dan terbatas, pengarahan Ratu sama sekali tidak mampu berbuat banyak pada kualitas presentasi film ini secara keseluruhan.
Dengan karakter-karakter yang gagal tergali baik, tidak banyak yang dapat dilakukan oleh jajaran pemeran film ini untuk menghidupkan peran mereka. Kamal, Syakieb, Noer, Yuliana, dan Didu tampil seadanya. Tidak mengecewakan meskipun sulit untuk menyebut penampilan mereka sebagai penampilan yang mengesankan. Biani, Hello, dan Fitri justru lebih sering mencuri perhatian berkat kemampuan ketiganya dalam mengolah karakter-karakter pendukung yang diberikan pada mereka. Makmum bukanlah sebuah horor yang layak untuk dikenang keberadaannya dalam waktu yang lama. Bahkan mungkin harusnya dilupakan segera setelah filmnya usai. [D]
Makmum (2019)
Directed by Hadrah Daeng Ratu Produced by Dheeraj Kalwani Written by Alim Sudio, Vidya Talisa Ariestya (screenplay), Riza Pahlevi (story) Starring Titi Kamal, Ali Syakieb, Tissa Biani, Adila Fitri, Bianca Hello, Jajang C. Noer, Reny Yuliana, Arief Didu, Misha Jeter Music by Joseph S. Djafar Cinematography Rendra Yusworo Editing by Audi Vandira, Firdauzi Trizkiyanto Studio Dee Company/Blue Water Films Running time 95 minutes Country Indonesia Language Indonesian
iya kemarin baru nonton saya. gak ada seram2nya. benar-benar bikin muak. saya seperti ingin cepat2 keluar dari ruang studio terutama di babak akhir film.